BAB II. Karin dan Jovanka

3 1 0
                                    

2.3 Jadi, ada apa?
Waktu terus berlalu, hingga tak terasa satu bulan sudah sekolah mereka kedatangan murid baru yang merupakan masa lalu dari Karin dan Jovan. Hubungan antara Jovan dan Karin juga terkadang terlibat perkelahian yang dikarenakan kedua orang itu.

Di satu sisi Jovan kesal karena masa lalu Karin yang selalu mengusik kehidupan Karin sehingga mengakibatkan Karin menjaga jarak dengan orang-orang di sekitarnya dan menjadi pribadi yang tertutup tidak seperti awal-awal, sedangkan disisi lain Karin kesal karena hingga saat ini Jovan tidak menjelaskan apapun tentang perempuan yang merupakan masa lalunya itu. Yang Karin tau, perempuan itu merupakan masa lalu dari Jovan yang selalu mengusik hubungan Jovan dengan kekasihnya, setidaknya itu yang ia tau dari Widya. Jangan tanya bagaimana Widya bisa mengetahui hal ini, itu karena Widya merupakan teman lama Jovan dan Widya juga lah yang mengenalkannya pada Jovan.

Seperti saat ini Jovan tengah berusaha untuk membujuk Karin yang mendiamkannya semingguan ini. Jujur, Jovan sedikit lelah dengan sikap Karin yang mudah cemburu dan marah seperti ini padanya.
“Aku udah bilang belum mau ketemu kamu kan? Selagi kamu gak tau kesalahan kamu, jangan temui aku.” Karin menatap lurus kedepan, enggan melihat Jovan yang berdiri disebelahnya.

“Rin, gak bisakah kamu bersikap lebih dewasa lagi? Jangan kekanak-kanakan seperti ini. Aku gak bisa baca isi pikiran kamu, aku gak tau apa yang buat kamu marah sama aku.”

“Kamu bilang apa barusan? Dewasa? Kekanak-kanakan? Cih! Jadi selama ini kamu selalu anggap aku kekanak-kanakan? Seharusnya kamu liat diri kamu sendiri, apa kamu udah dewasa? Di awal hubungan kita kamu bilang bakal selalu jujur perihal apapun itu, entah masa lalu kamu, masalah keseharian kamu, atau apapun itu. Tapi apa? Selama kita pacaran, aku gak pernah denger kamu cerita tentang apapun itu ke aku. Kamu anggap aku pacar kamu kan, Van?”

“Gimana bisa kamu nanya aku anggap kamu apa? Udah jelas kamu pacaraku, Karin.”

“Aku pacar kamu, tapi cuma status. Aku ga pernah ngejalanin peran aku sebagai pacar kamu yang kamu harapin. Bahkan, kamu gak pernah bilang aku perempuan yang kamu ingini atau bukan.”

“Udahlah, jangan mendebatkan hal-hal sepele seperti ini. Aku minta maaf yaa, kita baikan.”

“Kamu anggap ini sepele? Jovan, aku selalu berusaha ceritain apapun yang aku alami ke kamu. Aku selalu jelasin semua hal yang aku alami sebelum ketemu kamu bahkan setelah kenal dan jadi pacar kamu. Gak ada satu pun yang aku tutup-tutupi, tapi kenapa cuma cerita tentang keseharian kamu aja, kamu gak bisa?”

“Rin, hidup aku gak 24/7 harus tentang kamu. Aku punya hak untuk gak cerita tentang apapun itu ke siapapun, termasuk kamu.”

“Terus, posisi aku apa? Buat apa kamu pacaran sama aku kalau kamu gak pernah anggap aku ada, Jovanka?”

“Rin, ayolah. Jangan jadiin ini makin panjang.”

“Ini gak akan panjang kalau kamu mau lebih jujur sama aku, Van.”

“Okayy! Jadi apa yang mau kamu tau? Aku bakal jelasin ke kamu.”

“Yuna.”

“Dia mantan aku waktu SMP. Kita putus karena Yuna pindah sekolah dan juga sakit waktu itu. Hubungan aku sama dia udah jalan 1 tahun saat itu, lalu kita pisah dan gak pernah ada komunikasi lagi. Sampai akhirnya, waktu aku pacaran sama mantan aku sebelum kamu, dia ngehubungin aku dan minta buat balikan, bahkan dia ngehubungin mantan aku dan bilang kalau kita bakal nikah. Tapi, setelah kejadian itu aku gak pernah denger apapun dari dia lagi karena aku milih buat ganti semua sosial media aku. Dan, ya akhirnya kita kenal dan pacaran. Ada yang mau kamu tanyain lagi?”

“Dia kemarin ngehubungin aku dan bilang kalau kalian udah nikah secara tertutup 2 tahun lalu dan sekarang dia balik buat nemuin kamu dan minta aku buat ninggalin kamu. Bahkan dia ngasi liat bukti kalau dia udah nikah sama kamu.”

“Jangan percaya sama dia. 3 tahun kita kenal, kamu tau jelas aku gak pernah kemana-mana tanpa kamu ataupun temen-temen aku. Kalau kamu-“

Drtt…

Belum selesai Jovan menjelaskan pada Karin, ponselnya lebih dulu bordering menandakan ada pesan masuk.

[unknown]
Sayang, bisa jemput aku?
Aku kejebak hujan di restoran tempat biasa kita datengin
Supir aku gak bisa jemput dan gak ada taxi

Dapat Karin lihat apa isi pesan yang masuk ke ponsel Jovan, membuatnya semakin kesal dan marah.
“Jemput tuh selingkuhan kamu, udah rewel kan?”

“Rin, aku gak tau dia siapa. Dia tiba-tiba aja ngehubungin aku, aku gak kenal dia.”

“Sama dia aja kamu panggil sayang, sama pacar sendiri gak pernah tuh ada panggilan sayang yang keluar dari mulut kamu. Udahlah, jemput dulu tuh pacar kamu yang lain.”

Jovan pun membalas pesan itu, untuk menanyakan siapa sebenarnya orang yang ada dibalik nomor tak dikenal ini.
[unknown]
Kamu gak nyimpen kontak aku?
Aku Yuna, sayang. Pacar kamu.
Jadi, kamu bisa jemput aku kan? Disini dingin banget.

Jovan
Gue pesenin taxi online.
Gue lagi sama istri gue.
Jangan ganggu istri gue kalau lo gak mau dapet masalah.

[unknown]
Cewek kamu itu sama aja sama mantan kamu yang sebelumnya.
Cengeng, ngambekan, manja.
Lagian, apa salahnya sih jemput aku dulu terus kamu temenin dia?
Posesif banget jadi cewek.
Pasti cewek kamu yang sekarang selalu larang kamu buat kumpul
sama temen-temen kamu kan? Emang cewek problematic.

Jovan
Jangan ngomong yang aneh-aneh tentang cewek gue.
Lo gak tau apa-apa tentang dia, jadi lebih baik lo diem.

Setelahnya, Jovan memblokir kontak tersebut dan kembali pada gadisnya yang kini menundukkan kepalanya. Dapat Jovan lihat, bahunya sedikit bergetar dan isakkan kecil mulai terdengar dari bibir si cantik.

“Karin, jangan nangis. Udah, kamu jangan pikirin perkataan dia.” Jovan memilih membawa gadisnya pada pelukannya. Di elusnya pelan kepala dan punggung sang kekasih, berharap agar kekasihnya tenang.

“Aku cewek problematic kan? Bener apa yang dia bilang. Aku manja, cengeng, posesif, ngambekan. Seharusnya kamu bisa dapetin yang lebih dari aku, Van. Aku gak pantes buat kamu. Aku gak seperti Yuna yang bisa segalanya dan bisa kamu banggain ke temen-temen kamu.

“Hei, berhenti ngomongin hal-hal gak penting gitu. Aku pacaran sama kamu gak karena hal itu, Karin. Aku suka kamu dan pacaran sama kamu karena kamu itu Karina Wijaya. Bukan karena kamu orang lain. Aku gak peduli gimana pandangann orang-orang tentang kamu, kita, yang penting gimana kamu mandang aku dan gimana kita yang berusaha jaga hubungan ini.”

Tbc...
Hai, semuaa!!! Cici it's back. Maaf ya karena telat update, Senin kemarin Cici ada kesibukan di kampus jadi baru bisa update sekarang. Semoga kalian suka yaa, terimakasih. Have a nice day semuaa!!!
13 Juli 2024.

Aku atau Dia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang