2.1 Tentang Karin Jovan
Karina Wijaya atau yang kerap dipanggil Karin, seorang putri tunggal dari Keluarga Wijaya yang memiliki kepribadian ramah dan senang membantu teman-temannya. Karin tak berasal dari keluarga berada, tak memiliki segudang prestasi, dan bukan juga anak yang memiliki kelebihan. Dia anak yang pendiam, namun masih bisa untuk menyesuaikan diri di lingkungannya.
Ada cukup banyak orang yang tidak menyukainya karena dirinya dekat dengan Jovan, namun tak ada yang bisa berbuat apapun padanya. Mereka yang tidak menyukai Karin takut dengan laki-laki yang selalu menjaganya. Jovanka Imanuel. Laki-laki yang selalu melindungi Karin di garda terdepan. Jovanka atau yang kerap dipanggil Jovan merupakan kekasih dari Karin. Putra tunggal sekaligus pewaris di keluarganya itu juga memiliki pengaruh penting di hidup Karin. Kedua orang tuanya dan juga orang tua Karin merupakan teman dekat yang juga merupakan kolega bisnis.
Kehidupan keduanya sangat diinginkan setiap orang. Keluarga harmonis, pertemanan yang baik, asmara yang sangat romantis bak kisah dalam drama dan novel, dan tentunya kekayaan serta kebahagiaan yang diidam-idamkan setiap orang. Namun, dibalik itu tentu ada hal yang tidak diketahui semua orang.
“Rin, ayo selesaiin ini. Jangan berantem lagi, yaa.” Terlihat Jovan sedang berusaha membujuk Karin yang sedang membaca buku di halaman rumahnya.
“Apa sih, Van? Ini hari libur aku. Kemarin aku udah bilang mau me time kan? Kenapa tiba-tiba dateng?” Tanya Karin setelah menutup buku yang baru saja ia baca.
“Aku tau kamu marah sama aku. Me time itu cuma alasan kamu biar gak ketemu aku, kan? Aku tau kamu, Rin. Sekarang, ayo kita bicarain semuanya ya? Jangan marah apalagi sampai menghindar gini,” ucap Jovan.
“Apa yang jadi alasan supaya aku gak marah ke kamu? Ini gak cuma sekali Jovanka.” Karin menatap Jovan yang kini berdiri dihadapannya.
“Aku tau, aku minta maaf. Udah yaa,” ucap Jovan.
“Udah? Segampang itu? Kamu mikirin perasaan aku gak sih? Gimana bisa kamu anggap cuma dengan minta maaf semuanya selesai? Aku bahkan gak yakin kamu sadar sama kesalahan kamu,” ucap Karin.
“Terus aku harus apa Karina? Kamu pikir aku gak cape ada diposisi ini terus? Kamu pikir aku gak cape setiap hari harus ngertiin mood kamu?” Jovan menatap penuh amarah pada Karin.
“Kamu cape? Ya udah tinggalin aku! Sana cari alasan kebahagiaan kamu! Jangan balik seperti kemarin-kemarin kamu ninggalin aku,” ucap Karin santai.
“Hidup aku gak cuma tentang kamu.” Jovan lantas pergi meniggalkan Karin seorang diri di halaman rumahnya.
Karin yang cukup lelah dengan pertengkaran yang sama ini memilih membiarkan Jovan pergi dan berusaha menenangkan dirinya. Tak berselang lama, rintik hujan mulai turun. Karin pun memilih untuk masuk ke kamarnya dan melanjutkan kegiatannya yang sempat tertunda.
Tok! Tok! Tok!
Suara ketukan pintu terdengar, setelahnya sang mama masuk ke kamarnya sambil membawakan segelas susu hangat dan juga camilan kecil untuknya. Sambil meletakkan makanan itu di meja yang tak jauh dari tempat Karin diam, sang mama bertanya padanya.
“Lagi berantem?” Tanya sang mama.
“Berantem sama siapa, Ma?” Tanya Karin balik.
“Gak usah pura-pura. Dibawah ada Jovan yang bilang mau ketemu kamu, tapi dia gak berani masuk. Ada apa?” Sang mama mengelus kepala anak gadisnya yang masih fokus pada bukunya itu.
“Gak ada apa-apa, Ma.” Karin menutup bukunya dan meletakkannya di sebelahnya.
“Kalau ada masalah, diselesaikan ya masalahnya. Jangan hubungannya yang selesai.” Sang mama bangkit dari duduknya dan keluar dari kamar anaknya, “Mama panggilin Jovan. Selesaiin masalahnya baik-baik.”
Tak berselang lama setelah sang mama keluar, pintu kamarnya kembali terbuka. Menampakkan Jovan yang berdiri disana dengan baju yang sedikit basah, yang kemudian menghampirinya dan memeluknya.
“Karin maaf,” ucap Jovan.
“Kenapa balik lagi? Tadi katanya mau pergi,” ucap Karin.
“Gak jadi, mau sama Karin aja. Jovan mau jadi bayinya Karin aja, gak mau pergi.” Jovan semakin mengeratkan pelukannya dan menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher Karin.
“Eh, iya Pa. Ini si Jovan,” ucap Karin. Setelah mendengar itu, Jovan menegakkan badannya dan merapikan baju serta rambutnya.
“Mana papa?” Tanya Jovan.
“Di kantor lah,” jawab Karin.
“Ihhh Karinn!!”
“Apa? Lagian siapa suruh nangis?” Tanya Karin.
“Karin jangan marah-marah, Jovan takut. Jovan janji gak nakal lagi,” ucap Jovan.
“Bukannya tadi kamu mau pergi?” Karin menyamankan duduknya.
“NDAKKK YAA!! Jovan ndak mau pergi, Jovan mau sama Karin aja disini.” Jovan lantas memeluk Karin dan kembali menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher Karin.
“Dasar bayi.” Karin mengelus rambut Jovan yang menyamankan dirinya di pelukan sang gadis.
“Jovan kan emang bayinya Karin. Wlee!!”Tbc...
Hi! Cici it's back. Cici minta maaf ya di cerita kali ini pake nya bukan member SVT tapi member nct × aespa × itzy × exo. Semoga kalian suka yaa...
1 Juli 2024.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku atau Dia
Fanfiction"Masa lalu adalah pemenangnya", siapa yang relate dengan kata itu? Aku rasa sebagian dari kalian pasti pernah ada di posisi ini. Apa posisi ini buat kalian nyaman? Dimana kalian akan terus terbayang dengan masa lalu meskipun kalian sudah bersama den...