SI MACAN DAN SI KUTUB

117 11 1
                                    

Abis di publis langsung gas ke bab selanjutnya

Biar kalian ga  nunggu² wkwkkwk

Jgn lupa vote and spam komen!! Maksa! Haha becanda

🐰°°HAPPY READING°°🐰

••••••

'Aku adalah seseorang yang menunggumu dengan sabar dan mencintaimu tanpa ragu.'

~Adara Ruby Askara~

••••••

Bola basket itu melambung ke atas dan dengan sigap tangan Gibran menangkapnya. Cowok itu men-drible bola itu dengan lincah. Terlihat jelas bahwa ia bukan hanya sekedar bisa bermain, tetapi memang benar-benar mahir. Mata tajamnya menatap lurus kearah ring lalu ketika sudah merasa pas, ia langsung menembak bola itu. Dan tepat sasaran.

"Good job Gibran!" seru Pak Joko selaku pelatih dan guru olahraganya.

Kemudian Gibran berjalan kepinggir lapangan untuk menghampiri teman temannya yang sedari tadi menonton. Rasya menepuk pundaknya sambil tersenyum bangga.

"Urusan basket, emang gaada lawan." ucap Rasya memberi pujian.

"Kalau gue punya anak modelan kaya gini, gue sayang -sayang dah beneran bibit unggul. Udah  tajir, ganteng, pinter, berbakat lagi! Kelemahan Lo apa sih, bran?" ujar Richard sambil memakan keripik pisang milik Noah.

"Kelemahannya sulit digapai!!" ucap Galih.

"Nah, iya bener! Ardes itu sulit digapai. Beda sama Lo gal, bedanya Lo itu kemurahan sama semua cewek mau!" sahut Richard mencibir.

"ADUH ADUH AKIT ATI ABANG!" seru Galih.

"Makanya jadi cowok jangan murahan tuh!" sambar Irsyad terkekeh pelan. "Setia kaya Rasya dong!"

Rasya menggeleng-gelengkan kepalanya mempunyai modelan teman seperti mereka. "Lo gimana sama dia? Jgn kaya gtu dia jg punya hati." kata Rasya menasehati.

"Siapa?"

"Cewek Lo lah! Masa cewe gue? Mau gue tebes pala Lo?" ucap Rasya.

"Gue gaada cewek." ucap Gibran singkat.

"Maksud gue si Adara."

"Gue mau ganti baju." ucap Gibran mengalihkan pembicaraan. Sudah Rasya duga bahwa cowok itu selalu menghindar dari topik yang menyangkut soal Masa lalunya.

Lalu Gibran mengambil tasnya disebelah Noah. Kemudian ia ingin pergi dari lapangan tetapi seorang yang berkuncir rambut satu itu datang menghampirinya dengan satu botol air di tangannya.
Gadis itu tersenyum kikuk ketika menatap Gibran. Sedangkan Gibran menaikkan satu alisnya dengan wajah sangat datar.

"Gibran, t-tadi Lo keren banget main basket nya, ini buat Lo biar gak capek lagi." ucapnya seraya menyodorkan air mineral.

"Gak perlu, Lis." tolak Gibran pada gadis yang bernama Lisa itu.

"Terima aja, Ini gue beli buat Lo. Sekali aja Lo terima pemberian gue, bisa kan?"

"Gue bisa beli sendiri."

KISAH GIDARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang