Music : Sweater Weather.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.••ΦΦ••
Di tengah suasana Hogwarts yang biasanya riuh, malam itu seluruh aula besar dipenuhi rasa penasaran. Dumbledore berdiri di depan podium, mengenakan jubah biru gelap yang kebesaran, serasi dengan iris birunya yang menatap teduh ke arah para siswa.
"Selamat malam semuanya," sapanya riang, membuat bisikan dan tawa riuh di aula segera mereda. "Aku minta maaf karena keterlambatan makan malam hari ini. Mungkin perut kalian sudah meminta jatahnya," lanjut Dumbledore dengan senyum kecil, menyulut tawa di antara siswa.
"Tapi, sebelum kita mulai," Dumbledore menambahkan, matanya berkilat dengan misteri, "ada satu kabar gembira untuk kita semua." Bisikan penasaran langsung terdengar, tapi segera berhenti ketika ia mengangkat telapak tangannya, memberi isyarat untuk diam.
"Kita kedatangan murid baru yang sangat cantik," katanya, senyumnya meluas. "Kenapa aku bilang begitu? Karena aku sendiri belum pernah melihat anak perempuan secantik dia."
Semua kepala berpaling ke arah pintu besar aula. "Kepada Miss Laurent, silakan masuk."
Pintu besar itu terbuka dengan perlahan, memunculkan seorang gadis dengan langkah tegap dan anggun, rambut coklatnya tergerai halus, tersapu angin malam yang masuk lewat pintu. Bisikan kembali memenuhi aula ketika ia berjalan ke depan, wajah-wajah menoleh, mata-mata menatap penasaran.
Ketika gadis itu sampai di depan, dia berbalik menghadap seluruh siswa. Tatapan-tatapan terpukau tak membuatnya malu atau gugup. Sebaliknya, senyum tipis muncul di bibirnya, seakan mengisyaratkan bahwa ia sudah terbiasa menjadi pusat perhatian.
Dumbledore mengangkat satu tangan, memperlihatkan sebuah topi tua yang berjumbai dan lusuh, a sorting hat.
Saat topi itu menyentuh kepala gadis itu, tiba-tiba topi itu mulai berbicara, suaranya serak namun jelas, hanya terdengar oleh gadis tersebut. "Hmm... unik... sangat unik... licik seperti ayahmu, tapi pemberani seperti ibumu, ya? Hoho, cukup mengesankan... tak mau Slytherin, hmm? Baiklah... mari kita lihat... kurasa..."
Gadis itu terkejut, matanya membulat mendengar topi berbicara. Ia mencoba menahan tawa kecil, tetapi merasa gugup saat topi itu menilai dirinya. Ketenangan yang biasanya ia miliki tampaknya mulai goyang menghadapi situasi yang sangat asing ini.
"GRYFFINDOR!" teriak topi seleksi dengan suara nyaring.
Sorakan nyaring dan tepuk tangan terdengar dari meja Gryffindor. Gadis itu berjalan menuju meja asrama barunya, memberikan senyuman tipis dan menjabat tangan yang terulur, menerima ucapan selamat datang dengan tenang.
"Hebat!" kata Lily Evans, gadis berambut merah dengan mata hijau cemerlang, menyambutnya hangat.
"Tentu, Lily Flower," sahut seorang pemuda berkacamata yang duduk di samping Lily.Gadis itu mengerutkan kening, bingung. "Dan kau siapa?," tanyanya.
"Aku James Potter, calon pacarnya Lily," jawab pemuda itu dengan senyum lebar.Lily mendelikkan matanya, memukul lengannya. "In your dream, Potter!"
Gadis itu tertawa kecil, mengangguk paham. Sepertinya, Lily tidak menyukai Potter, setidaknya untuk saat ini.••ΦΦ••
Keesokan harinya, di koridor menuju ruang kelas Transfigurasi, gadis itu mendengar suara yang memanggilnya. "Hey, Laurent! Hei, nona Laurent!," Seorang pemuda berkacamata yang ia temui semalam berteriak memanggilnya, membuat alisnya terangkat penasaran.
"Ada apa, Potter?" jawabnya, suaranya tenang namun penuh rasa ingin tahu. James menatapnya dengan ekspresi canggung, mencoba tersenyum namun tampak jelas gagal.
Rambutnya yang berantakan hampir menutupi dahi, dan kemejanya yang kusut dengan beberapa kancing terbuka menunjukkan betapa santainya ia. Dasi hilang entah kemana penampilan yang sempurna untuk seorang anggota Marauders, kelompok terkenal yang dicap sebagai berandalan di sekolah ini. Dari cerita yang didengarnya, kelompok itu sering membuat masalah.
James tampak ingin bertanya sesuatu, tapi sebelum sempat membuka mulut, seorang pemuda dengan rambut hitam panjang sebahu muncul dari belakangnya.
"Apa yang kau lakukan, yang lain sudah menunggu," kata pemuda itu, lalu mengalihkan tatapannya pada gadis baru itu. "Oh, kau si murid baru," sapa Sirius Black, suaranya terdengar ramah. James menatap Sirius dengan ekspresi bertanya, "Ada apa, Padfoot?"
"Hai," sapanya singkat kepada mereka berdua. "Aku harus pergi," lanjutnya tanpa basa-basi. Ia ingat peringatan yang diberikan padanya, jangan terlalu dekat dengan The Marauders jika tidak ingin terlibat masalah.
Dengan cepat, ia berbalik dan berjalan menjauh dari mereka. "Dia menarik," gumam Sirius dengan senyum yang lebar, matanya menatap punggung gadis itu yang sudah menghilang di ujung koridor.
••ΦΦ••
Selama beberapa hari berikutnya, gadis itu mulai terbiasa dengan kehidupan di Hogwarts. Namun, ada sesuatu yang terus mengganggu pikirannya, perasaan aneh yang muncul setiap kali Remus Lupin lewat.
Ada sesuatu yang berbeda tentang pemuda itu, sesuatu yang tak bisa dijelaskan. Ketika mata mereka bertemu, ada sekilas keraguan di wajah Remus, seakan dia menyimpan rahasia besar.
Hogwarts penuh dengan rahasia, dan dia merasa dirinya semakin terseret ke dalam pusarannya. Apa yang sebenarnya terjadi di antara para siswa ini? Dan apa peran yang harus ia mainkan dalam cerita yang penuh dengan misteri, persahabatan, dan mungkin, cinta yang berbahaya ini?
Satu hal yang pasti perjalanannya di Hogwarts baru saja dimulai, dan ia siap menghadapi apa pun yang menunggunya.
••ΦΦ••
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.VOTE + KOMEN + LIKE
BYE BYE MUACHHHH
![](https://img.wattpad.com/cover/372393822-288-k699431.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
LA VIE D'ELENA || 𝐌𝐚𝐫𝐚𝐮𝐝𝐞𝐫𝐬 𝐄𝐫𝐚
FanfictionA STORY BY LYYNOWL [update tidak sesering Sacrifier dan Erreur] Seorang gadis Gryffindor dengan tatapan lembut dan rasa ingin tahu yang tinggi, mulai merasa ada sesuatu yang tersembunyi di balik sikap tenang Remus Lupin. Anggota Marauders yang sat...