04. Fireplace

37 5 0
                                    

Music : Teste

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

••ΦΦ••

Remus Lupin mengerang pelan saat mendapati dirinya terjebak dalam tugas sebagai prefect malam ini. Tugas itu jelas-jelas mengganggu rencananya untuk bergabung dengan sahabat-sahabatnya yang tengah merayakan kekalahan mereka dalam pertandingan quidditch dengan segelas minuman. Hatinya bersimpati pada James Potter, yang selalu berusaha keras namun malam ini harus menelan kekalahan. Sahabatnya itu pasti sangat kecewa.

"Moonyyyy, kau tegaaa?!"
"Ayolah! Kau bisa bolos kan sehari saja untuk James?"
"Remus, bagaimana jika mereka melakukan hal-hal aneh!"

Keluh kesah teman-temannya membuat Remus hanya bisa tersenyum tipis. Di mata Lily Evans, ia sering dianggap seperti figur ayah dari The Marauders. Meskipun begitu, permintaan mereka membuatnya merasa sedikit canggung. Ia merasa lebih baik jika melakukan tugasnya dan memastikan bahwa semuanya berjalan lancar di Hogwarts, daripada meninggalkan posnya untuk merayakan kekalahan bersama James dan Sirius.

Saat melintasi lorong-lorong Hogwarts, Remus merasa kantuk mulai merayapi dirinya. Dengan langkah perlahan, ia menuju dapur, berharap menemukan sesuatu yang dapat menyegarkannya. Tiba di dapur, ia menemukan ruangan itu tidak seperti biasanya. Biasanya dipenuhi dengan house-elf yang sibuk, malam ini ruangan itu tampak sepi. Hanya ada satu sosok yang tampak tak biasa, seorang gadis yang duduk di depan perapian, tampak tenggelam dalam pikirannya.

"Laurent?," Remus bertanya dengan suara pelan, matanya melebar sedikit karena terkejut. Elena Laurent, yang sedang melamun di depan api, berbalik cepat mendengar namanya dipanggil. Ia menatap Remus dengan terkejut.

"Lupin?!," Remus merasa bingung dan sedikit canggung, terkejut melihat Elena di sini. "Sebaiknya kau segera kembali ke asrama, Miss Laurent," perintahnya lembut namun tegas. Elena tampak ragu sejenak, tetapi akhirnya menganggukkan kepalanya. "Baiklah," jawabnya pelan

Saat Remus menuju meja counter untuk menyiapkan teh, Elena mengikuti di belakangnya dengan langkah perlahan. Remus membuka lemari dan mengeluarkan beberapa bahan. Dalam keheningan yang menyelimuti dapur, Elena mengamati setiap gerakan Remus dengan rasa ingin tahunya.

"Berapa cubes gula untuk tehmu?," tanya Remus, sambil menyiapkan cangkir dan teko.

Elena mengangkat bahunya sedikit, terlihat berpikir. "Masukkan tiga cubes saja," jawabnya.

Remus mengangguk dan mulai menyiapkan teh sesuai dengan instruksi Elena. Saat ia menambahkan gula ke dalam teh, Elena tidak bisa menahan rasa ingin tahunya. "Kau sering begadang, ya? Atau kau hanya datang ke dapur di malam hari untuk menenangkan diri?," tanyanya dengan nada penasaran.

Remus tersenyum tipis. "Kadang-kadang hanya butuh sesuatu untuk membuatku tetap terjaga. Dan kadang-kadang, hanya butuh waktu tenang seperti ini untuk berpikir," jawabnya sambil mengaduk teh di dalam cangkir.

Elena tersenyum lembut, tampak lebih nyaman dalam suasana tenang ini. "Aku juga sering datang ke sini untuk merenung. Rasanya, perapian ini memiliki cara ajaib untuk menenangkan pikiran."

Setelah teh selesai, Remus membawa cangkir tersebut ke arah Elena dan menyerahkannya. "Ini untukmu," katanya sambil menawarkan senyum kecil. Elena menerima cangkir dengan ucapan terima kasih, dan mereka kembali duduk di dekat perapian, menikmati kehangatan api dan aroma teh yang menyegarkan.

Keduanya duduk dalam diam untuk beberapa waktu, menikmati suasana tenang yang hanya dipenuhi oleh suara api yang menyala. Remus merasa aneh tetapi menyenangkan berada di sini bersama Elena. Ia tidak bisa menyangkal bahwa kehadiran Elena memberikan rasa ketenangan yang ia butuhkan, meskipun situasi malam ini tampaknya tidak sesuai dengan kebiasaannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 11 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LA VIE D'ELENA || 𝐌𝐚𝐫𝐚𝐮𝐝𝐞𝐫𝐬 𝐄𝐫𝐚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang