Bab 2 : Kerajaan Timur (1)

1 2 0
                                    

Kapal berlayar melalui gelombang yang tenang menuju sebuah pulau kecil yang terletak di tengah-tengah lautan. Eida dan Mina berdiri di atas dek kapal, merasakan sinar matahari pagi yang hangat dan angin laut yang segar menyapa wajah mereka. Kapten kapal telah memberitahu mereka bahwa mereka akan singgah sebentar di pulau ini—Pulau Salmon, untuk mengisi persediaan air dan makanan sebelum melanjutkan perjalanan ke Kerajaan Timur.

"Sepertinya Pulau Salmon dinamakan ‘Salmon’ karena mereka penghasil salmon. Aku pikir begitu." kata Mina, tersenyum kecil.

Eida mengangguk. "Ya, tetapi bisa saja itu berarti lain." Mina kebingungan dengan apa yang dikatakan Eida.

“Maksud anda?” Tanya Mina. "Lupakan." Eida berjalan mendahului Mina.

Kapal berlabuh di pelabuhan kecil di Pulau Salmon. Penduduk setempat sibuk beraktivitas di sekitar dermaga, mempersiapkan barang dagangan mereka untuk dijual kepada para pelaut. Eida dan Mina turun dari kapal dengan hati-hati, menghirup udara segar dan melihat-lihat sekeliling.

Mereka menemui seorang wanita tua yang duduk di depan kedai kecil di pinggir pantai. Wanita itu memandang mereka dengan ramah dan tersenyum. "Selamat datang di Pulau Salmon, anak muda. Apa yang membawa kalian ke sini?"

Mina menjawab dengan sopan, "Kami singgah sejenak untuk mengisi persediaan sebelum melanjutkan perjalanan kami."

Eida dan Mina duduk bersama wanita tua di sebuah kedai kecil yang tidak jauh dari pantai.

“Apa saya boleh bertanya sesuatu?” Tanya Mina pada wanita tua itu setelah meneguk-kan minumannya.

“Apakah itu wahai gadis muda?” Nenek itu bertanya kembali. “Kenapa nama pulau ini 'Salmon’?” Ternyata Mina masih penasaran soal itu.

Nenek itu tersenyum dan membuka mulutnya, "Pulau ini dinamakan Pulau Salmon karena pulau ini memiliki sifat unik, anak muda," kata Nenek itu—menatap lautan yang luas di depan mereka. "Salmon di sini bukan hanya nama ikan, tetapi juga simbol perpindahan dan imigrasi."

Eida dan Mina saling pandang. Mereka mendekatkan tubuh mereka lebih dekat dengan Nenek itu—tertarik dengan lanjutannya.

"Ya, pada zaman dahulu, pulau ini merupakan bagian dari daratan besar yang jauh di timur sini," lanjut Nenek itu. "Namun, perubahan iklim dan gerakan bumi telah mengubahnya menjadi pulau terpisah seperti yang kita kenal sekarang. Seperti salmon yang bermigrasi antara sungai dan lautan, pulau ini juga 'bermigrasi' dari daratan utama menjadi pulau terpisah."

Mina mengangguk paham. "Wah, itu luar biasa! Pulau ini benar-benar keren!"

Nenek tersenyum. "Kami di Pulau Salmon menghargai sifat dinamis ini. Kami belajar untuk beradaptasi dengan perubahan dan menjaga harmoni dengan alam sekitar kami."

Eida menatap pulau dengan penuh kagum. "Saya mengerti."

"Mungkin ini adalah pengingat bagi kita semua, anak muda," kata Nenek itu, matanya berbinar penuh kebijaksanaan. "Bahwa hidup adalah perjalanan yang terus berubah, dan kita harus belajar untuk mengikuti alur perubahan dengan tetap memegang nilai-nilai dan kebijaksanaan yang kita warisi dari nenek moyang kita."

Mina tersenyum mengangguk, merenungkan kata-kata bijak dari Nenek itu.

Setelah mendengar cerita dari Nenek itu, Mina berterima kasih kepadanya sebelum memutuskan untuk menjelajahi pulau kecil yang indah itu. Mereka berjalan melalui jalan-jalan kecil yang dilapisi kerikil, melewati rumah-rumah penduduk dan ladang-ladang kecil yang dikelola dengan rapi.

Saat mereka mendekati sisi barat pulau, mereka melihat sebuah mata air tawar yang bening mengalir dari tebing batu. Eida segera mengisi botol-botol air mereka sementara Mina duduk di tepi air, merasakan kelezatan air yang segar setelah berhari-hari di laut.

"Pulau ini sangat tenang dan damai," ujar Mina sambil menikmati pemandangan sekeliling. Eida masih fokus mengisi botol air mereka.

Mereka menghabiskan tiga jam di Pulau Salmon, membeli beberapa persediaan tambahan untuk perjalanan mereka ke Kerajaan Timur. Ketika mereka kembali ke kapal, matahari sudah mulai tenggelam di ufuk barat, mewarnai langit dengan warna oranye dan merah.

Kapal kembali melanjutkan perjalanan menuju arah timur, meninggalkan Pulau Salmon di belakang mereka.

"Eida, bisakah saya tetap memanggil anda menggunakan kata nona di depannya?" Mina bicara dengan pelan. "Terserah."

"Ngomong-ngomong, nona, menurut anda apa yang menanti kita di Kerajaan Timur?" tanya Mina, sambil memecah keheningan.

Eida menghela napas, memandang ke arah cakrawala yang gelap. "Aku juga tidak tahu, Mina."

𓆝 𓆟 𓆞 𓆝 𓆟

“Aku dengar di Kerajaan Timur ada sebuah keluarga besar yang menyimpan banyak artefak kuno, Tuan Rags!” Pria berusia empat puluh tahun dengan postur tubuh bungkuk itu berbicara kepada tuannya yang bernama Rags.

Eida menguping tak jauh dari dua orang itu, mereka adalah penumpang baru kapal ini.

“Benarkah? Tapi walaupun pasti sangat mahal di jual, itu juga pasti akan sangat sulit untuk di curi…” Rags menjawabnya sambil berpikir.

"Kita lewatkan saja yang itu untuk sementara." Lanjutnya.

Mereka berdua terus membicarakan harta dari keluarga kaya raya—karena mereka adalah pencuri dan target mereka selanjutnya ke Kerajaan Timur.

Waktu berlalu, dan akhirnya kapal merapat di pelabuhan Kerajaan Timur.

Saat Eida dan Mina melangkah turun dari kapal, mereka disambut oleh pemandangan lautan pasir yang membentang sejauh mata memandang. Angin gurun yang kering dan berdebu menerpa wajah mereka.

Wilayah ini adalah hamparan gurun pasir yang luas, panas yang menyengat dari matahari yang terik membuat perjalanan di tanah ini menjadi sangat menantang.

Eida memantau Rags dan anak buahnya dengan seksama. Ia memutuskan untuk mengikuti mereka.

"Kita akan kemana, Nona?" Mina mengikuti langkah Eida.

"Sstt, diam dan ikuti dulu." Eida berjalan dengan langkah ringan, mendekat ke tempat Rags.

" Eida berjalan dengan langkah ringan, mendekat ke tempat Rags

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terimakasih sudah membaca. Selamat bertemu di Bab berikutnya..

Tolong kasih tau kalau ada typo atau salah kata :^)

Precious Souls Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang