Diterjemahkan oleh: Asa
Ringkasan:
Setelah kekalahan Harry Potter di pertempuran Hogwarts, Pelahap Maut Draco Malfoy dikirim untuk mengejar Hermione Granger atas perintah Pangeran Kegelapan. Tugas ini adalah tugas yang Draco yakini sangat cocok untuk dilakukannya.
Meskipun hanya ketika Draco mencium aroma Omega yang tidak salah lagi dalam masa panas di kedalaman hutan, ia mengerti mengapa Pangeran Kegelapan memilih dirinya—seorang Alpha.
Catatan:
Mengandung elemen pemerkosaan dan persetujuan yang meragukan.
Karya asli dapat ditemukan di:
https://archiveofourown.org/works/39619344
***
"Oh, astaga," erang Draco saat kakinya tergelincir ke dalam tanah yang basah kuyup.
Menarik sepatu bot Dragonhide-nya agar bebas dari kotoran, ia meringis mendengar suara bising, sebelum melemparkan Scourgify tanpa tongkat. "Pekerjaan sialan."
Sudah lebih dari setahun sejak lingkaran dalam Pelahap Maut dikirim untuk misi seperti ini; untuk mengumpulkan dan menyeret sisa-sisa Orde yang menyedihkan yang tersebar di seluruh negeri. Lebih lama lagi sejak Draco sendiri yang dikirim ke lapangan.
Draco selalu menjadi seorang Occlumens alami, darah Black dan pelatihan ibunya semakin memperkuat keterampilan itu. Begitu ia tampil sebagai seorang Alpha, pikirannya menjadi tidak bisa ditembus, bahkan Bellatrix—dengan segala kekejamannya—tidak dapat menemukan kesalahan apa pun. Saat itulah Pangeran Kegelapan melihat Draco sebagaimana adanya, sebuah benteng tak tertembus yang menyimpan rahasia paling dijaganya. Sejak saat itu, Draco tidak lagi diharuskan ikut serta dalam pesta pora, atau menyiksa tawanan. Ia telah diangkat melampaui posisi rendahan yang diperuntukkan bagi mereka yang dapat dibuang. Pada akhirnya, pikirannya, kecerdasannya, telah dimanfaatkan untuk kepentingan sebagai ahli taktik dan analis.
Jadi kenapa ia ada di sini—di hutan yang ditinggalkan dewa ini—mencari Darah Lumpur yang telah menjadi duri di sisinya sejak ia berumur sebelas tahun? Draco adalah pelacak yang hebat, tentu saja. Indera Alpha-nya yang tinggi memberinya keunggulan yang tidak dimiliki orang lain. Namun dengan kematian Potter, Darah Lumpurnya tidak lagi menjadi ancaman bagi Pangeran Kegelapan. Tidak lebih dari sekadar gangguan. Simbol pemberontakan yang terus bertahan meski menghadapi banyak rintangan. Draco tahu Pangeran Kegelapan menginginkan Darah Lumpur itu. Ingin memilikinya, menghancurkannya. Menjadikannya contoh bagi orang-orang sejenisnya yang tinggal di sudut-sudut gelap masyarakat seperti kecoa. Namun yang pasti bakat Draco lebih cocok di tempat lain. Draco yakin misi ini bisa dengan mudah dilaksanakan oleh para pengikut Pangeran Kegelapan yang paling mudah dibuang. Berdasarkan informasi yang mereka terima, Darah Lumpur hanyalah cangkang dari dirinya yang dulu. Bahkan Goyle pun tidak bisa gagal dalam tugas sederhana ini.
Melalui kesturi hutan yang lembap, sebuah aroma menarik perhatian Draco; halus, meski manisnya tidak dapat disangkal. Langkahnya terhenti saat kelopak matanya terpejam, lubang hidungnya melebar saat ia menarik napas dalam-dalam. Aromanya samar-samar, namun sangat berbeda dengan lingkungan sekitarnya. Sesuatu di lubuk hatinya memaksanya untuk mengikutinya.
Semakin jauh ia memasuki hutan lebat, semakin kuat aromanya. Seiring berjalannya waktu, Draco mulai merasa frustrasi karena ketidakmampuannya mengidentifikasi aroma tertentu. Itu tidak dibuat-buat, ia yakin akan hal itu. Meski lebih dari itu, ia tidak bisa membedakan apakah itu bunga atau bahkan bisa dimakan. Aroma itu tidak seperti aroma lain yang pernah ia temui, baik yang bersifat eksotik maupun yang familiar.
Dari sudut matanya, Draco melihat pemandangan bumi yang baru berubah dan sebagian kecil tumbuhan yang pastinya telah terlantar. Kemungkinan besar gangguan tersebut disebabkan oleh hewan yang lewat, namun ia perlu memastikannya terlebih dahulu sebelum melanjutkan. Saat ia mendekat, aroma manisnya semakin kuat. Menelusuri ujung jarinya di sepanjang dahan pohon yang tipis, Draco sampai di tempat di mana kayunya retak. Sambil membungkuk, ia memeriksa kerusakannya. Tersangkut di antara bagian ranting yang patah itu ada sehelai rambut keriting yang jelas. Draco menarik rambut itu dari dahan, menyisirnya di antara ujung jarinya sebelum membawanya ke hidung. Kelopak matanya terpejam saat ia menarik napas dalam-dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dramione: Never Ending Story
Fanfiction32.171 dunia alternatif antara Draco dan Hermione yang pastinya akan terus bertambah. Yang manis, yang kelam, yang dewasa, yang sedih, yang senang, dan yang lainnya. ***Berisi kumpulan oneshot dan cerita pendek Dramione. Jangan lupa baca bab "Kata P...