Aloha! Ini adalah novelet yang sudah tamat dengan jumlah halaman 121 dan terdiri dari 17 chapter. Dapat kalian baca sampai selesai di Karyakarsa kataromchick, ya. Ada kode voucher [ONLY] yang bisa kalian masukkan ketika membelinya di Karyakarsa. Kode voucher hanya tersedia bagi 15 orang tercepat, ya.
CHAPTER 1
Tidak ada yang lebih baik ketimbang mengikuti semua instruksi orang lebih berkuasa. Lebih baik diam dan tidak banyak membuat kesalahan. Menurut ibunya, yang seorang pekerja sebagai pembantu atau kini kerennya disebut asisten rumah tangga, mereka tidak memiliki waktu dan kesempatan untuk menjadi orang yang mengungkapkan suara paling tinggi. Paling aman dan baik adalah mengucapkan, "Iya, Nyonya. Iya, Tuan. Iya, Pak. Iya, Bu."
Belia menjadi memiliki karakter yang serba manut, serba nurut, serba tidak bisa mengatakan tidak. Bahkan ketika dirinya tidak disekolahkan tinggi, hanya tamatan SMA, Belia harus berpuas diri. Dia mau menuntut apa? Sebaik-baiknya keluarga yang sudah mempekerjakan ibunya, tetap saja ada banyak faktor Belia tidak bisa meneruskan pendidikannya hingga bangku kuliah.
Berpendidikan tinggi hanya akan membebani ibunya. Meski memang Belia memiliki cita-cita yang tidak bisa dikatakan remeh, tapi dia harus menelannya lebih banyak. Jangan sampai ada banyak kesulitan yang dihadapi ibunya yang sudah semakin tua.
"Ini siapa, Mami? Tenaga kerja baru?" tanya Naga.
Kanaga Sakti adalah pria yang kembali setelah pendidikannya di jenjang master selesai. Belia cukup iri dengan kehidupan pria itu. Hampir tidak ada celah, dan Belia selalu mendapati dia termenung ketika ada perayaan di rumah tersebut untuk Naga.
Dari kecil hingga Naga yang sekarang berusia 26 tahun, dia selalu mendapatkan keberuntungan. Hidupnya nyaman, dan Belia adalah saksi sejak kecil. Belia cukup beruntung bisa masuk ke rumah tersebut karena ibunya yang suka mengajak supaya Belia tidak sendirian di rumah.
"Anaknya Bik Isah. Bik Isah nggak bisa masuk, jadi anaknya yang gantiin."
"Nggak sekolah?"
Nyonya rumah itu tertawa. "Keliatannya kayak masih kecil, ya, Mas? Tapi setelah diinget lagi, usianya nggak beda jauh dari kamu. Sudah 24 tahun, loh."
Belia mengangguk sekilas ketika Naga menatapnya. Anak majikannya itu adalah anak kedua. Ada anak perempuan yang sekarang tinggal di luar negeri bersama suami dan anaknya. Tinggal Naga saja yang disayang-sayang di rumah tersebut.
"Oh, ini anak Bik Isah yang dulu suka ikut ke sini, kan? Anak yang dulu dekil. Sekarang udah nggak dekil lagi, ya."
Belia kesal sekali dengan embel-embel dekil yang dipakai oleh Naga. Jelas saja Belia sudah tidak sedekil dulu, dia sudah tahu cara merawat diri meskipun seadanya. Untungnya kulit wajahnya tidak pernah bermasalah, jadi dia tidak semakin dinilai dekil oleh anak majikan ibunya itu.
"Kamu ini kalo ngomong suka asal nyeletuk aja, Mas. Udahlah, sekarang langsung naik, bersih-bersih dan prepare buat ke acaranya Pak Sugi. Papi kamu pasti udah duluan disana."
Belia menyingkir dari sana dan bersiap untuk membersihkan dapur. Dia tidak memiliki waktu untuk mengamati Naga dan maminya yang sibuk untuk bersiap menuju pestanya orang kaya.
"Eh, anaknya Bik Isah!" seru Naga.
Belia langsung menoleh. "Iya, Pak?"
"Kok, Pak, sih?"
"Iya, maaf Tuan. Kenapa?"
"Tolong nanti bersihin kamar saya, ya. Tapi habis saya selesai. Pastikan kamar saya bersih dan nggak ada debu. Pakai vacum yang bener. Soalnya di sini debu banyak banget. Karena tropis, nggak seperti di—"
"Saya paham, Tuan. Kalau begitu saya ke dapur dulu, nanti akan saya bersihkan begitu Tuan berangkat."
Belia tidak ingin mendengarkan ocehan Naga. Dia tidak ingin menjadi pembantu selamanya disana. Belia hanya bertugas menggantikan ibunya. Setelah itu dia akan mengumpulkan uang untuk bisa meraih pendidikan yang lebih tinggi.
YOU ARE READING
My Only Love (Novelet)
Short StoryNaga dikalahkan dengan semua tekanan yang diberikan orangtuanya. Pria itu harus menukar kehidupannya yang perlahan kembali dengan perceraian. Saat ini, di depannya, di atas meja, sudah tersedia lembaran dari surat pengajuan cerai. Itu bukan kebohon...