Seorang gadis tengah membaca symptoms atau gejala pasiennya pada buku catatan yang diberikan oleh dokter umum untuk ia observasi. padahal waktu sudah menunjulkan jam prakteknya akan usai, dan observasi akan dilakukan esok hari, tapi ia masih ingin menyibukkan membaca buku gejala pasiennya dari pada berberes seperti yang lainnya dan segera pulang.
"Dokter Ellouise, jadwal dan observasi hari ini sudah habis ya... terima kasih atas kerja kerasnya." Perawat Marina meninggalkan ruangan untuk segera lembali ke rumahnya. Dan Ellouise masih disana, ia baru akan membereskan barang barangnya untuk pulang.
sedikit jauh tempat Ellouise memarkirkan kendaraannya, sengaja ia melakukan hal tersebut. 'olahraga' adalah dalihnya untuk sekedar berjalan jalan di taman.
taman yang biasa ia lewati biasanya sangat ramai pada sore hari, namun karena sore itu kembali diguyur hujan taman menjadi sepi, bahkan seharusnya tak ada orang. walaupun tak sederas kemarin, tetapi hujan ini cukup untuk membuat seseorang menjadi demam.
di tengah ia yang terburu menuju tempatnya memakirkan kendaraan, seorang anak yang duduk dibangku taman membiarkan dirinya dan tasnya kehujanan tampak termenung seolah tak menyadari keberadaan ellouise disana. ellouise memayungi anak tersebut sehingga si anak sadar bahwa ada seseorang disana. "tidak akan mengaruh kak, aku sudah kehujanan sedari tadi." ucapnya acuh tanpa mau melihat ke arah ellouise.
"mau kuantar pulang?" ellouise bertanya seramah mungkin. "tidak usah peduli denganku, anggap saja aku seperti pohon pohon yang terkena hujan itu." anak itu masih mengenakan seragam sekolahnya. aah apakah ia masih duduk di bangku sekolah dasar? dan bukankah sekolah dasar sidah pulang sedari tadi? "kenapa kamu tidak pulang?" tanya elloise masih memberikan keramahannya dengan anak ini. "untuk di marah papa kemudian? tidak akan. aku akan menunggu tengah malam, agar papa tertidur saat itu aku akan pulang."
ellouise terdiam, ia berpikir. kemudian tangannya terperanjak mengelus surai hitam milik anak tersebut. "kamu membuat kesalahan?" ellouise masih berusaha raman, walaupun si anak menjawabnya dengan acuh. "menurutku tidak, aku hanya membolos les karena aku lelah." jawabnya acuh, matanya memerah, sepertinya ada bongkahan air yang terjatuh dari sana tapi tersamarkan oleh wajahnya yang sebelumnya terkena air hujan. "kenapa harus bolos? kenapa tidak bilang pada orangtuamu jika kamu sedang lelah?"
anak tersebut menatap ellouise kemudian membuang pandangannya ke arah lain. "itu artinya aku mencari mati, tentu saja papa akan marah jika aku lelah. aah aku terlalu lemah rupanya...."
'gruuuuug...'
perut anak itu berbunyi ditengah ia menjelaskan apa yang terjadi pada dirinya. "mau makan dulu?" anak itu melirik dengan malas "tidak. aku akan makan saat dirumah nanti." jawabnya tegas, "kalau begitu ayo pulang, aku akan mengantarmu" lagi lagi penolakan ia dapatkan dari anak tersebur, cukup keras kepala, tapi sepertinga anak ini sedang dalam masa buruk psikologisnya. Ellouise melepas payungnya memberikannya pada si anak, "kalau kamu menolak semua ajakanku, kamu harus menerima yang ini." ellouise memberikan roti yang ia beli tadi siang dan air mineral juga. "anak dalam masa pertumbuhan sepertimu tak baik menahan lapar. kalian harus tetap tumbuh agar lebih kuat. dan ini.." tak lupa ellouise memberikan kartu namanya pada anak laki laki tersebut.
"aku tidak gila kak dokter." sahut anak itu setelah membaca kartu namaku. "aku mengundangmu untuk bercerita anak baik, bukan untuk mengecapmu sebagai orang gila. aah hujan tambah deras.. sampai jumpa lain waktu." ellouise meninggalkan bocah tersebut menuju kendaraannya di parkiran. melajukan mobilnya menembus hujan karema udaranya sudah mulai dimgin.
KAMU SEDANG MEMBACA
2 friend
FanfictionLeo tak pernah tau apa yang papa nya pikirkan, papa nya yang tak pernah memperhatikan kesehariannya tiba tiba berubah menjadi peduli dengan hari hari milik leo. seharusnya leo merasa senang untuk itu, namun setelah mengetahui bahwa papanya memiliki...