8

3 0 0
                                    

Leo tersenyum, hari ini ia rasa adalah hari yang membahagiakan baginya, hingga ia membuka pintu rumah besar tersebut dan mendapati papanya menunggunya di sofa ruangan tersebut. "dari mana saja? kenapa baru pulang?" Leo enggan menjawab dan berdebat dengan papanya. "Hema bilang kerja kelompoknya selesai dari jam 11 siang. lalu kemana kamu pergi dari jam 11 siang sehingga baru pulang jam 8 malam leo?!" Jeremy meninggikan nada bicaranya.

leo masih tak peduli, ia berjalan menuju dapur, ia sangat haus. jeremy mengikuti leo, ia butuh alasan kemana anaknya tersebut pergi selama 9 jam itu. "Leo, jawab papa. sebelum papa blokir kartu yang kamu pegang itu." ancam Jeremy. Leo tidak takut, ia mengambil kartu tersebut dan menaruhnya di mrja makan. "kamu pasti bermain game kan? kamu menghabiskan uang untuk bermain game bukan?!!" Jeremy sudah mulai naik.

"ambil saja pa, leo tidak butuh. lagi pula papa pasti bisa lebih tau leo menggunakannya untuk apa sebelum leo mengembalikannya. papa bisa mengeceknya dengan mudah." Leo memilih pergi meninggalkan papanya di dapur. "makan malam dulu leo." ucap jeremy. "leo sudah makan." leo menutup pintu kamarnya dan enggan menjawab apapun yang mungkin akan keluar dari papanya.

Jeremy lagi dan lagi menyesali segala perbuatannya dahulu, Leo yang sekaramg adalah karenanya. ia yang tak pernah memberikan perhatian pada leo, ia yang memforsir leo untuk belajar, walaupun weekend.

Jeremy mengecek ponselnya, melihat pengeluaran yang berasal dari kartu yang leo pegang. pengeluaran yang tercatat hanya sekedar pengisian ulang kartu bus, mesin minuman, dan makanan ringan. Tidak ada catatan leo menggunakannya untuk bermain game di cafecomputer.

"jeremy bodoh, kamu menuduh anakmu sendiri."

______________

kembali jeremy sedang menyiapkan sarapan pagi untuknya dan Leo. anaknya turun dengan tergesa, "sarapan dulu leo." perintahnya. leo menurut, duduk di tempatnya dan menyendok sarapannya itu. Jeremy diam diam menyelipkan kartunya ke dalam tas leo, sepertimya ia sangat gengsi untuk sekedar meminta maaf pada anaknya. "mau papa antar?" tanya Jeremy yang dibalas gelengan oleh Leo. "aku sudah berjanji pada Hema akan berangkat bersama." jawab leo sekenanya. setelahnya ia menghabiskan minumnya dan pergi meninggalkan papanya dirumah. "nanti papa jemput.." pekiknya sebelum leo benar benar menghilang dari balik pintu.

percobaan kedua Jeremy dalam menaklukan hati leo gagal.

"sayang, aku butuh kamu sekarang.." Jeremy mematikan sambungan telepon. ini terlalu menyedihkan untuknya.

2 friendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang