06

193 28 0
                                    

Lupakan emosi aneh itu

.
.
.
.

Setelah hampir tinggal bersama dalam satu gubuk Fourth belum kunjung mendapatkan informasi pasti tentang kehidupan di dalam hutan terlarang, serta apa saja spesies hewan dan tanaman di dalamnya. Sejauh ini Fourth hanya dapat masuk di kawasan yang tidak terlalu dalam. Dan sepertinya Gemini sang rubah emas sangat was-was dalam membuka mulutnya.

Tidak pernah sehari terlewat bagi Gemini untuk tidak bersama dengan Fourth ke mana pun Fourth pergi. Satu desa sudah mengenal pasti siapa Gemini dan apa hubungan yang mereka katakan di depan umum. Fourth tidak tau mengapa setelah sekian lama sang rubah tidak kunjung kembali pada rumahnya.

Fourth menyukai jika rubah emas mau tinggal dengannya tetapi aneh rasanya jika sang siluman tidak merindukan rumah. Hari-hari hanya berputar-putar tentang hal itu saja. Entah sudah berapa kali sapaan pagi dari si kembang desa Nafa, ia abaikan. Beruntung Fourth segera meminta maaf.

Di malam ini kala semua rumah sudah gelap mematikan pencahayaan dan mulai merangkak masuk ke atas tempat tidur Fourth masih sibuk berkutik dengan ramuan di meja kebangsaannya. Fourth terlalu fokus tidak memperhatikan sekitar sementara peri rumah membersihkan botol bekas ramuan yang kini sudah tidak terpakai. Awalnya memang fokus akan tetapi suara ribut di kamar tidur merusak konsentrasinya.

"Ada apa dengannya? Berteriak di tengah malam seperti ini," Gerutu Fourth marah  bergegas melihat apa yang terjadi di kamar.

Suara teriakan yang berasal dari sang rubah emas itu membuat Fourth merasa geram, ia hampir selesai menyiapkan ramuannya akan tetapi dikacaukan oleh teriakan menyayat telinga. Saat sampai di depan pintu Fourth hanya mendapati seseorang tengah tidur di ranjang. Memang tidak ada yang aneh tetapi raut wajah teduh itu rusak, menunjukkan ekspresi tidak nyaman. Kaki yang tertutup kain tipis juga bergerak ke sana ke mari.

Fourth tidak mengerti apa yang terjadi hanya mengikuti instingnya untuk mendekat pada sosok yang terbaring. Menguncang bahu rubah tersebut menunggu kelopak mata terbuka.

"Maaf, maaf Gemini tidak bermaksud."

"Ini bukan salah Gemini, tolong biarkan masuk ke dalam."

Aneh. Gemini mengigau dalam tidurnya, tanpa sengaja memeluk lengan Fourth yang sedari tadi mencoba membangunkan.

"Hei! Bangun ada apa? Kau kenapa?" Fourth mulai panik menepuk pipi Gemini kuat.

Jantung Fourth tiba-tiba terdegup kencang merasakan perasaan aneh yang membuatnya berkeringat. Setelah berbagai percobaan akhirnya Gemini terbangun dengan mata memerah dan nafas tidak beraturan. Fourth segera menarik perhatian Gemini agar tidak merasa takut lagi.

Mengantarkan sebuah pelukan kecil lalu cepat-cepat melepaskannya. Fourth mengusap pucuk rambut Gemini pelan kemudian mencoba bertanya apa yang terjadi sehingga mengigau tidak jelas.

Karena tidak kunjung mendapatkan jawaban Fourth kira Gemini tidak ingin memberitahunya. Jadi Fourth hanya diam menunggu orang lain tertidur agar ia dapat melanjutkan pekerjaan yang sempat tertunda. Namun, tidak terduga Gemini mulai membuka suara walau hanya sedikit kata yang dilontarkan.

"Kenangan buruk di dalam hutan," sahut Gemini menelan ludah kasarnya, "Hanya itu saja," lanjutnya seraya melirik sekilas wajah bingung Fourth.

Di pagi harinya Fourth sudah berangkat ke pasar untuk membeli bahan makanan. Melihat Gemini masih tidur di kamar ia tidak tega membangunkannya alhasil berjalan sendirian di tengah keramaian. Orang-orang mulai ber teriakan di sana sini menyerukan barang dagangan mereka.

Awalnya Fourth ingin langsung pulang kala sudah selesai berbelanja tetapi Nara yang kedatangannya tidak diketahui membuat Fourth mengurungkan niat. Tanpa pikir panjang menyetujui untuk menemani Nara berkeliling mencari keranjang buah baru, Nara bilang keranjang buah lamanya sudah rusak dan tidak bisa dipakai lagi. Fourth mengangguk mengerti menunjukkan senyum barulah mengantar pergi.

Mereka datang ke salah satu kedai yang menjual berbagai barang yang terbuat dari kayu. Mulai dari kursi keranjang, tongkat, nampan, dan lainnya lainnya.

"Apakah kau menyukai keranjang yang ini?"

"Itu bagus tapi mungkin yang ini cocok untuk kau, terlihat berbeda dan sangat cantik." Fourth membalas mengambil keranjang yang ada di sampingnya.

Mengangkat tinggi-tinggi agar Nara bisa melihat sesuatu yang ada di tangannya dengan jelas.

"Jika kau berpikir begitu aku akan menyetujuinya," respon Nara sumringah.

Mereka akhirnya memutuskan untuk pulang. Kebetulan Nara melewati jalan yang sama yang dilewati oleh Fourth, mau tidak mau Fourth mempersilahkan Nara untuk berjalan di sampingnya. Menghabiskan waktu dengan candaan serta beberapa obrolan sensitif lainnya.

"Aku berpikir kau menyukaiku, Fourth."

Fourth tersenyum kecut tanpa menoleh. Matanya melihat arah depan hingga berpapasan dengan rubah emas yang baru saja selesai mandi di sungai.

"Gemini?"

Mungkin Fourth memang tidak berpikir jika Nara saat ini menghampiri Gemini dengan wajah riang. Mengajak mengobrol tanpa luntur senyum dari bibir tipisnya sedangkan Gemini sendiri hanya mengangguk mengerti sesekali melirik Fourth. Mengangkat alis bingung.

Mereka bertiga berakhir berjalan beriringan. Di sepanjang perjalanan hanya Nara yang mengoceh riang menceritakan hari-hari penuh kesibukan. Fourth tidak mempunyai kesempatan untuk berkomunikasi dengan Gemini, ia diam mendengarkan.

"Kau serius?" tanya Nara antusias dengan ucapan Gemini.

Gemini lantas mengangguk pelan lalu menyahut, "Iya."

"Oh iya. Gemini lihat bagus tidak keranjang buah yang ku beli ini?"

"Iya bagus, cantik cocok untuk kau."

"Benarkah? Fourth juga bilang itu padaku, dia yang memilihkan keranjang ini katanya juga cocok untukku."

Gemini hanya mengangguk mengerti sampai perpisahan mereka tiba. Nara melambaikan tangan lalu berjalan pulang sedangkan Fourth serta Gemini masuk ke dalam rumah. Membiarkan Gemini duduk bersama peri rumah sedangkan dirinya pergi ke dapur menyusun bahan makanan pada tempatnya.

Selesai beberes Fourth kembali ke depan mendapati Gemini yang melamun tanpa menyadari keberadaan peri rumah yang sudah tidak ada di sampingnya. Fourth berpikir mungkin Gemini tengah memikirkan akan kejadian semalan. Memang jika diingat-ingat Fourth juga cukup gelisah pada malam itu.

"Kau pergi ke pasar tanpa mengajakku?"

Fourth menoleh menatap wajah rupawan Gemini lalu menaikan satu alisnya. "Kau masih tertidur jadi aku pergi sendiri."

"Seharusnya kau membangunkanku, Shaman."

"Atas dasar apa aku harus membangunkanmu?" Fourth melirik sekilas.

Tidak ada jawaban dari sang rubah emas hanya terdengar suara menggeram tidak jelas dan tidak lama kemudian rubah tersebut pergi dari hadapan shaman.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 07 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Little Fox || FourthGemini On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang