6. Perasaan Yang Mulai Tumbuh

45 4 0
                                    


"Saya setuju"

"Bisakah anda mengulanginya?" Kaget ku tiba-tiba dirinya menjawab.

"Tidak ada pengulangan nona, ayo pulang hari sudah larut." Ucapnya lalu melenggang pergi dan langsung masuk ke dalam mobilku.

"Nesha, kamu gak mau pulang?" Ucapnya sedikit berteriak kepadaku, dari dalam mobil.

"Ah.. iya." Aku pun bergegas masuk ke dalam mobil, dan menyalakan mobilku lalu bergegas mengantarkan Manuel untuk pulang.

Sepertinya ini akan menjadi permulaanku untuk mendekatinya. Karena sejujurnya, aku mulai menyukainya. Dan aku merasa bahwa hidupku sangat berantakan tanpa adanya dia.

Di dalam perjalanan tidak ada yang membuka pembicaraan sama sekali, dan membuat suasana menjadi canggung, bahkan aku harus mencari topik pembicaraan yang lain?

"Cuacanya bagus yah?" Ucapku membuka pembicaraan, hanya untuk sekedar basa-basi.

"Apakah menurutmu Cuaca mendung, cuaca yang bagus?" Ucapnya sambil keheranan melihatku, sial sepertinya salah. Hanya satu kata Malu.

"Mengapa wajahmu memerah? Kamu sakit atau Malu?" Ucapnya sambil menggodaku dengan menaik turunkan alisnya.

"Tidak. Aku tidak sakit, ataupun malu, hanya... ha.. hanya, kepanasan ya, itu. Sepertinya Ac mobilnya tidak terasa." Ucapku mengalihkan pembicaraan.

"Hahahaha, kamu lucu jika seperti itu." Dia tertawa? Lucu. Baru pertama kalinya aku melihatnya tertawa, entah mengapa, bahagia jika melihatnya tertawa. Aku hanya tersenyum tipis mendengar tawanya itu. Sangat candu.

Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh, kami pun hampir sampai di depan rumah Manuel, tetapi terlihat sekitar 4 pria berbadan besar, dan 1 pria paruh baya berperawakan sedikit lebih kecil dengan rambutnya yang cukup panjang dan bergelombang, dengan penampilan yang sangat berantakan, sedang dipukuli oleh 4 orang tersebut.

Mobilku ku hentikan tidak terlalu jauh, dari mereka, dan Manuel yang terlihat panik segera turun, menghampiri pria paruh baya tersebut.

"Papah!!" Ucap Manuel, aku pun menyusul Manuel karena menurutku keadaan sudah tidak kondusif.

Aku pun menghampiri ke 4 pria tersebut dan langsung bertanya kepada mereka.

"Maaf tuan, ada apa ini? Seharusnya kalian berbicara dengan baik-baik tanpa harus ada kekerasan disini." Ucap ku sambil menghampiri mereka.

"Lo siapanya dia hah!! Kalo gak ada urusan minggir!! Kita ini punya urusannya sama dia doang!!" Ucap salah satu dari pria tersebut yang tidak memiliki rambut atau bisa dibilang botak itu, agak sedikit membentak.

"Sebenarnya ada apa pak, kenapa kalian mukulin papah saya?" Tanya Manuel, panik karen melihat kondisi ayahnya yang bisa dibilang cukup babak belur.

"Oh, jadi lu anaknya?!!, dengerin yah ayah lu itu punya utang ke bos kita tapi gak pernah di balikin!! dari kemarin dia janji-janji terus bakal dibalikin, tapi sampe sekarang gak ada!! Kalo emang ayah lu gak bisa balikin utang, dengan terpaksa rumah ini yang bakal kita ambil, karena ayah lo udah ngasih sertifikat rumah ini ke bos kami, sebagai jaminan!! ." Ucap salah satu pria yang memiliki tato dengan simbol api di lengannya, sambil menunjukan map, yang sepertinya isinya sertifikat rumah tersebut. Sepertinya cukup familiar bagiku melihat tato tersebut.

"Jangan pak!! Biar saya saja yang melunasi utang ayah saya, tapi jangan rumah ini, saya mohon pak!!" Ucap Manuel sambil memohon kepada 4 orang tersebut.

"Emang lu mampu hah!! Utang ayah lo itu banyak, jangan sok-sok an deh!!" Ucap pria yang menggunakan pakaian yang agak nyentrik dibanding yang lainnya.

"Memangnya berapa banyak, hutang ayah saya pak?" Ucap Manuel sedikit ragu.

I'm Yours? - What Is Love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang