3.Perjanjian atau Tantangan?

29 3 0
                                    


"Mas"

"Bunda, gak"

"Bundaaa!!"

Ribka pun terbangun dari mimpi buruknya, dengan nafas yang memburu dan keringat yang bercucuran di pelipisnya. Ya mimpi buruk, yang membunuh dirinya sendiri, masa lalunya membunuh masa kecilnya, membuatnya selalu dihantui rasa bersalah.

"Nesha bodoh. Bunda Maaf." Gumam Ribka sambil merutuki kebodohannya sendiri di masa lalu.

Tok.. Tok... Tok...

"Vanesha? Ayo bangun nak, sudah pagi ayo sarapan." Ucap Omah Rachel, setelah mengetuk pintu kamar Vanesha.

"Ya omah, sebentar lagi Vanesha keluar." Ucap Vanesha sedikit keras, dan langsung bersiap-siap untuk ke kamar mandi.

Setelah beberapa saat Vanesha pun sudah siap dengan pakaian formalnya, dan turun untuk sarapan.

"Selamat pagi Vanesha, ayo sarapan dulu sesudah sarapan kamu boleh pergi ke kantor, oh ya, kamu mau dibawain bekal?" Ucap omah Rachel sambil mengambilkan makanan untuk Vanesha.

"Pagi omah, tidak apa omah, untuk makan siang Vanesha akan beli saja." Ucap Vanesha sambil berjalan ke arah omahnya, dan mengambil makanannya dari omahnya.

"Eh? Tumben biasanya juga minta di bekelin, kamu kenapa tiba-tiba mau makan diluar?" Tanya ayahnya yang sedang sarapan bersama opah Frans.

"Biarkan saja Hendra, tidak ada yang melarang dia untuk makan diluar." Ucap Opah Frans memaklumkan Vanesha untuk makan siang di luar.

Ya sangat jarang bagi Vanesha untuk makan diluar, bukan tanpa alasan, karena dirinya sangat tidak suka bertemu orang asing bahkan bertemu client, sekalipun hanya formalitas saja.

"Sudah-sudah, Vanesha yang mau makan diluar kok kalian yang mempermasalahin sih." Ucap Omah Rachel, melerai Ayah dan Opah Frans.

"Oh ya, bagaimana tawaran opah yang kemarin apakah kamu menyetujuinya, jika tidak mau, itu tidak masalah, hanya saja kamu harus segera mencari pasanganmu untuk minggu depan, bagaimana?" Ucap opah Frans, sedikit memberikan tekanan kepada Ribka.

Flashback on

"Vanesha, opah mau bicara sama kamu. Jangan selalu menghindari pembicaraan ini, ini juga menyangkut masa depan kamu!!" Ucap Opah Frans sedikit kesal, karena cucunya ini selalu menghindari pembicaraan yang menurutnya tidak terlalu penting.

"Baiklah." Ucap Ribka dingin sambil berjalan ke arah opahnya dan mendudukan dirinya disofa yang berhadapan dengan opahnya.

"Dengar Vanesha, Perjodohan ini bukan opah yang minta tapi mereka, mereka yang minta opah untuk menjodohkan kamu dengan anak mereka!!" Ucap opah frans menjelaskan.

"Bukankah opah juga menginginkan hal tersebut? Untuk kali ini aku tidak mau." Ucap Ribka dengan tegas kepada Opahnya.

"Kamu gila!! Vanesha peresmiannya sebentar lagi, kamu harus ada pendamping setidaknya, mereka sudah mengenal siapa pasanganmu, dan banyak kolega yang akan datang ke peresmian mu, jangan membuat semuanya menjadi rumit Vanesha!!!" Ucap Opah Frans sedikit lebih keras kepada Ribka.

"Sudahlah Frans, lagi pula bukankah terlalu cepat jika Vanesha memiliki pasangan, kamu ini gimana sih." Ucap Omah membela Ribka.

"Oke, mari buat perjanjian, jika minggu depan kamu tidak memiliki pasangan maka terpaksa opah akan menjodohkan kamu dengan anak mereka bagaimana?" Ucap Opah Frans dengan senyum liciknya.

"Opah berpikir Vanesha tidak bisa melakukan hal tersebut? Lihat minggu depan Vanesha terima tantangan Opah." Ucap Ribka dengan senyum yang sama tetapi sangat tipis.

I'm Yours? - What Is Love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang