bab 2

1.3K 117 1
                                    

"Oy! Jika ingin tidur di sini, bayar tempat ini!!!" Kiel mendengar teriakan itu saat segerombolan pria berbadan besar mendekat ke arahnya.

"Apa mereka preman? Siapa yang mau tidur di jalanan?" batin Kiel, merasa bingung dengan situasi ini.

"Kau budeg?" salah satu dari mereka menghampirinya dan bertanya.

"Tidak," Kiel menjawab dengan tegas.

"Bayar tempat ini beserta bunganya," ucapnya lagi, menuntut Kiel untuk membayar.

"Aku tidak akan tidur di sini, jadi aku tidak perlu membayar, kan?" Kiel menolak dengan tegas.

"Tetap bayar!" ucap salah satu dari mereka, mempertahankan tuntutannya.

"Apa!! Aku tidak akan tidur di sini. Mengapa aku harus bayar?!" Kiel semakin kesal.

"Tapi kau duduk di sini, kan?" mereka mencoba memberikan alasan.

"Cik sialan!" Kiel mengumpat dalam hati, merasa marah dengan situasi ini.

"Kau mengumpat pada kami?" salah satu dari mereka menegurnya.

"Wajah mereka seram, kalau begini, cuman ada satu jalan," batin Kiel, mencoba mencari jalan keluar dari situasi yang semakin rumit.

"Malah diam lagi, apa kau bud-" mereka belum sempat menyelesaikan kalimatnya.

"Lari!!!" Kiel langsung memutuskan untuk berlari, mencoba melarikan diri dari mereka.

"Sialan, tangkap dia!!" ucap salah satu dari mereka, terutama bos mereka, yang memberikan perintah.

"Si aduh, malah ngejar," batin Kiel setelah sekilas melihat ke belakang, menyadari bahwa mereka sedang mengejarnya.

Terjadilah aksi kejar-kejaran yang seru, dengan Kiel berusaha keras untuk menghindari pengejaran mereka.

Kiel melihat ke belakang lagi sambil terus berlari. Namun, ia tidak menyadari bahwa dirinya sedang menyeberangi jalanan karena panik. Tiba-tiba, sebuah mobil dengan kecepatan sedang melaju ke arahnya dan...

TIT!

Kiel jatuh terduduk, hampir saja tertabrak oleh mobil tersebut.

preman mulai mendekati Kiel, dan kesempatan mereka bertepatan dengan supir mobil yang keluar dari mobilnya.

"Kau tidak apa-apa?" ucap supir mobil tersebut, khawatir.

"Sakit banget," Kiel mengusap punggungnya sendiri, merasakan rasa sakit yang tak tertahankan

"Dek? Kamu baik-baik saja?" tanya supir mobil tersebut dengan keprihatinan.

"Ada apa? Apa dia terluka?" tanya pemilik mobil yang ikut keluar, melihat kejadian tersebut.

"Maaf, Tuan. Saya sudah bertanya sebelumnya, tapi tidak ada jawaban," ucap supir.

Pemilik mobil tersebut memutuskan untuk menyentuh pundak Kiel. Kiel yang merasakan tepukan di pundaknya pun menoleh ke arahnya.

"Kamu baik-baik saja?" tanya pemilik mobil tersebut

"Tidak! Punggungku sakit, dan pantatku juga," jawab Kiel

Kiel hampir saja menangis. Bagaimana bisa dia tidak merasakan sakit? Punggung dan pantatnya memang benar-benar terasa sakit, jadi jawaban "baik-baik saja" terdengar tidak masuk akal.

Pemilik mobil tersebut bingung dengan situasinya dan tidak tahu apa yang harus dilakukan.

"Apakah kita perlu pergi ke rumah sakit?" tanyanya.

"Tidak, Kiel tidak mau. Jangan ke rumah sakit," jawab Kiel cepat, menolak ajakan tersebut.

Pemilik mobil tersebut mulai curiga. Bagaimana tidak, Kiel menolak ajakannya ke rumah sakit. Ini sering terjadi ketika seseorang sengaja menabrak orang lain untuk mencari keuntungan.

"Apa aku boleh melihat punggungmu?" tanya pemilik mobil tersebut dengan hati-hati.

Kiel mendengarnya dan hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawabannya.

Pemilik mobil tersebut berjalan ke arah punggung Kiel, lalu berjongkok dan mulai memeriksa punggungnya. Terdapat lebam dan luka-luka di tubuhnya. Seharusnya tabrakan tadi tidak membuat punggungnya seperti ini. Luka lebam masih masuk akal, tapi apa ini luka goresan dan sayatan? Apakah anak ini mencoba meminta pertolongan?

Pemilik mobil ingin menyentuh punggung Kiel, tapi sebelum itu, para preman mendekat ke arah mereka.

"Siapa kalian?" tanya pemilik mobil, ingin tahu siapa mereka.

"Kami kenalan anak itu. Bisa kah Tuan memberikannya pada kami? Anak itu memang nakal, dia sering pergi keluyuran tanpa memberitahu kami. Kami jadi khawatir," ucap salah satu dari mereka.

"Lihat, kamu jadi terluka kan? Sudah kukatakan jangan pergi tanpa memberitahu," lanjutnya.

"Naon sih, so kenal," batin Kiel, bingung dengan situasi ini.

Tanpa sadar, Kiel memegang erat jas pemilik mobil, mencari perlindungan.

Pemilik mobil mulai berdiri dan tanpa aba-aba, ia menggendong Kiel.

"Dia anakku. Aku tidak tahu jika anakku punya kenalan seperti kalian," ucap pemilik mobil, mengusap lembut kepala Kiel.

"A-apa anak?" terkejut preman dengan terbata-bata.

"Apa kamu mengenal mereka, Kel?" tanya pemilik mobil, ingin tahu apakah Kiel mengenal preman-preman ini.

"Ha? O-ouh, tidak. Aku tidak mengenal mereka," jawab Kiel, masih bingung dengan kejadian ini.

"Kalian dengar, anakku bilang dia tidak mengenal kalian. Mengapa kalian begitu akrab dengan anakku?" tanya pemilik mobil dengan nada tegas.

"Tapi apa benar, Bapak ayahnya?" tanya balik preman, meragukan identitas pemilik mobil.

"Apa kalian meragukan diriku?" ucap pemilik mobil dengan nada dingin.

"Ti-tidak, maafkan kami," ucap mereka serempak, lalu pergi menjauh dari tempat tersebut.

Melihat mereka telah pergi, pria tersebut menatap ke arah orang-orang yang sedang melihat kejadian tadi. Saat ini, mereka sedang menjadi bahan tontonan.

Pemilik mobil tersebut tanpa berkata apapun, memasuki mobilnya beserta Kiel yang masih berada dalam gendongannya. Supir yang mengerti situasi pun mulai masuk ke dalam mobil juga.

"Jalan," ucap pemilik mobil dengan satu kata yang dimengerti oleh sang supir. Ia pun menjalankan mobilnya.

Kiel yang mulai sadar bertanya kepada pemilik mobil, ingin tahu ke mana mereka akan pergi.

"Om, kita akan kemana? Kenapa Kiel dibawa ke mobil?" tanya Kiel, masih bingung dengan situasi ini.

HANYA FIGURAN BIASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang