bab 9

955 78 0
                                    

Dalam hatinya, Kiel telah mengucapkan berbagai umpatan. Tentu saja, dia tidak mungkin mengatakannya di hadapan mereka, terlebih saat ini dia berada di tengah-tengah kedua anggota tersebut.

Belum lagi, punggung dan pantatnya sakit, kakinya juga terasa nyeri. Bahkan, dia telah berdiri terlalu lama. Apakah tidak ada yang mau bicara? Sebelumnya, mereka berkoar-koar tentang tawuran, tetapi sekarang mereka diam.

"Kenapa Lo ada di atas pohon?" Akhirnya, orang di sebelah kanannya membuka suaranya.

Kiel sudah menyimpan jawabannya bila di tanya begini sudah sangat yakin Kiel akan ditanya pertanyaan ini ya kali ga di tanya.

"makan buah sambil melihat pemandangan," jawabnya dengan jujur.

"Lo melihat apa yang kami lakukan kan?" tanya salah satu anggota di sebelah kirinya.

"Mana ada, Kiel lagi melihat pemandangan di langit. Gabut banget Kiel melihat hal yang tidak baik," Jawab Kiel.

"Hal yang tidak baik? Itu berarti Lo melihat kita saat tauran kan!" bentaknya.

"Gimana ga liat, orang kalian suaranya cempreng sebelum tauran. Gimana Kiel ga penasaran coba? Kalau ga mau dilihatin, mendingan kalau mau tauran lagi, volumenya dikurangin aja. Kalau bisa, ga usah tauran sekalian," ucap Kiel dengan wajahnya yang biasa saja. Dia sama sekali tidak terlihat merasa takut akan bentakan tersebut.

Terus juga, kenapa kalian berhenti sih?" gerutu Kiel, padahal lagi seru-serunya.

"Salah siapa coba, tauran jadi berhenti," ucap anggota lain di sebelah kirinya.

"Tadi kan Lo minta kita ga usah tauran sekalian, kenapa malah sekarang minta diteruskan taurannya?" ucapnya lagi.

"Kan itu mah sebelum tauran. Kalau udah terlanjur tauran mah ya dilanjutin. Ga baik kalau berhenti di tengah-tengah," ucap Kiel, padahal dia sendiri yang membuat tauran berhenti."

"Anak aneh," kata anggota sebelah kanan Kiel.

Tentu saja Kiel tidak terima dengan perkataannya.

"Diem aja, orang aneh ngatain orang lain aneh mah ntar makin aneh," jawab Kiel.

"Dih, lo ngomong apa sih?" ucap orang lain.

"YTTA," jawab Kiel.

"YTTA?" bingungnya.

"Yang tau-tau aja, masa gitu aja ga tau," ucap Kiel.

la tidak perlu bersikap seperti apa yang dirinya lakukan pada keluarga salah satu tokoh utama. Jujur saja, dirinya juga merasa geli setelah melakukannya. Kalau manggil namanya sendiri

mah masih mending lah, untuk jaga-jaga juga. "Jangan natap Kiel ke gitu, Kiel masih normal," ucapnya. Jujur saja, ia tidak nyaman dengan tatapan mereka semua.

"Geer banget lo, cil. Siapa juga yang mau sama lo?" ucap laki-laki yang tadi.

"Banyak, malah cewek-cewek yang deketin Kiel banyak sampe pada ngantri," jawabnya sambil menatap laki-laki itu.

"Yang bener, coba sebutin nama-nama cewek yang ngantri ke lo," mintanya.

"Oke, nih ya," Kiel mempersiapkan tangannya ingin mulai menghitung cewek-cewek yang mengantri untuk dirinya. Tapi sebelum menghitung, Kiel diam terlebih dahulu, mencerna dan mengingat kalau di dunianya ia sama sekali tidak punya hal seperti itu, apa lagi kekasih.

ekspresinya yang di tekuk tak luput dari kedua sebelahan, kanan dan kiri. pasang mata mereka menatap lekat ekspresi yang Kiel tunjukan. dapat Mereka simpulkan jika Kiel sedang meratapi nasibnya.

"Kenapa ga jadi hitung?" suara yang terkesan dingin terdengar di telinga Kiel, membuatnya menatap ke arahnya.

"Ga jadi," jawab Kiel singkat.

"Kepo banget sih nanyain nama-nama cewek yang suka sama Kiel," lanjutnya sambil menatap pria tersebut.

"Tadi aja lo bilang oke, sekarang bilang kepo. Bilang aja lo ga ada yang ngantri," ejek Kiel.

"Ada, cuma ga mau bilang takutnya ntar kamu sirik lagi," ucap Kiel sambil mengulurkan lidahnya dan menarik satu matanya ke bawah sedikit.

"Mana ada gue sirik sama lo, gue juga ada malahan sekarang udah jadi pacar," jawabnya dengan percaya diri.

"Masa sih? Tapi kok Kiel ga percaya ya? Soalnya muka kamu kaya muka jomblo abadi," ucap Kiel dengan tatapan yang tak percaya.

"Sembarangan lo kalau ngomong," ucapnya sambil maju mendekat ke arah Kiel, memulai kembali perdebatan mereka.

Perdebatan mereka terus berlanjut, sepertinya mereka lupa akan orang-orang yang sedang menatap mereka saat ini.

salah satu dari keduanya tidak ada yang mau mengalah soal percintaan mereka, dan juga mengapa mereka berdebat tentang hal yang tidak ada manfaatnya itu.

Ketua dari anggota gengnya menyuruh seluruh anggotanya untuk kembali ke markas mereka masing masing salah satunya menyuruh untuk membersihkan markas terlebih dahulu sedangkan yang satunya untuk mencari informasi lebih lanjut untuk kasus yang membuat mereka tertuduh dan yang membuat salah satu anggotanya terluka

Hanya anggota inti yang tetap berada di tempat. Seharusnya tempat ini menjadi tempat untuk tauran, tapi malah berubah menjadi tempat curhatan dan perdebatan tentang cinta.

"Ga ada yang mau mengalah ya?" salah satu suara dari kedua pihak membuka suara secara bersamaan, mereka saling menatap satu sama lain, lalu memalingkan wajah mereka.

karena tidak ada yang mau mengalah terpaksa masing masing ketua mereka berjalan ke arah Kiel dan juga satu orang yang sedang berdebat dengannya menarik kerah bajunya yang satu di lempar begitu saja karena dia bukan anggota gengnya sedang untuk Kiel ia di tarik ke atas seperti kucing

"Kau pendek," satu kata yang keluar dari pria yang menariknya mampu membuat Kiel kesal. Tanpa pikir panjang, Kiel menginjak kaki pria tersebut. Orang-orang yang melihatnya melongo, kecuali salah satu di antara mereka yang menatapnya dengan biasa saja.

"Tinggi Kiel tuh 164 ya Kali pendek," ucap Kiel, meskipun kesal, ia tetap harus menjaga kata-katanya.

"Tau tuh, pendek mah pendek weh," kini laki-laki yang tadi berdebat dengannya kembali membuka suaranya.

setelah mengatakannya laki laki itu menatap laki laki yang melemparnya kalau bukan ketua geng udah di Jambak tuh rambut enak aja tubuhnya di lempar ke ga ada harga dirinya aja.

yang sedang di tatap tidak menatapnya kembali, malahan kini laki laki itu malah di tatap balik sama anggota inti ketua dari orang yang melemparnya ini di belakangnya ada perasaan hawa yang tidak mengenakan.

"Siapa namamu?" tanya laki-laki itu, menatap ke arah Kiel. Meski dirinya sudah tahu namanya karena laki-laki pendek yang ada di hadapannya terus menyebut namanya sendiri, tapi tidak ada salahnya kan menanyakannya.

"Kiel," jawab Kiel.

"Nama panjangnya?" mintanya.

"Kalian dulu kenalin nama kalian satu persatu, Kiel ga mau ngasih tau nama Kiel sebelum kalian perkenalan dulu," ucap Kiel sambil menatap satu persatu para pria yang ada di kedua sisinya. Kenapa mereka semua sangat tinggi? la merasa seperti berada di tengah-tengah para tiang.

HANYA FIGURAN BIASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang