bab 6

1.1K 87 1
                                    

"Tuan, mengapa kita kembali ke jalanan? Seharusnya Tuan menjadi anak angkat mereka. Kesempatan untuk mendekati pemeran pria akan semakin besar jika Tuan memanfaatkan kesempatan untuk menjadi dekat dengan kedua orangtuanya," ujar sistem.

Ya, Kiel memutuskan untuk kembali ke jalanan. Ada alasannya mengapa dia kembali.

"Entahlah, aku hanya ingin kembali saja. Lagian, kita sudah tinggal beberapa hari bersama mereka dan mendapatkan tempat tinggal. Ingat, tujuan kita hanya menjadi anak angkat mereka. Misi pun sudah selesai. Jika aku terus tinggal di sana, bagaimana jika pemeran pria tiba-tiba kembali dan menganggap kita sebagai musuhnya yang ingin merebut keluarganya?" Kiel mengucapkannya dalam hati.

"Aku yakin mereka saat ini sedang mencari ku karena aku tiba-tiba pergi begitu saja dengan hanya meninggalkan surat," Kiel mengucapkannya dalam hati lagi dengan rasa kepedean yang sangat tinggi.

"Tuan, Anda terlalu yakin dengan hal itu. Bagaimana jika mereka tidak mencari Anda?"

"Aku tidak yakin akan hal itu."

Sementara di sisi lain, suasana di mansion menjadi kacau balau. Barang-barang berserakan di lantai, para pelayan dan bodyguard berkumpul di ruangan yang sebelumnya ditempati oleh anak yang Dia bawa. Mereka sedang mencari anak itu dengan sibuknya.

"CARI ANAK ITU SEKARANG!!"

Para pelayan dan bodyguard tidak bisa berkata apa-apa, mereka takut akan kemarahan tuan besarnya. Beberapa pelayan gemetar dan tidak bisa menatap lurus ke arah tuannya, begitu pula dengan para bodyguard yang hanya menunduk.

"Apa kalian tidak bisa mendengar perkataan suamiku?" kali ini wanita paruh baya berbicara dengan nada dingin.

"Kami akan mencarinya," ucap mereka secara serempak.

"Mengapa kalian masih berada di sini? Cepat pergi dan cari anakku hingga ketemu. Jangan kembali jika kalian belum menemukannya. Jika ketahuan ada yang kembali dengan tangan kosong, jangan harap tubuh kalian akan utuh," ancamnya.

Para pelayan dan bodyguard segera bergegas keluar dari ruangan untuk mencari tuan muda mereka yang baru.

"Bagaimana bisa Kiel pergi begitu saja, meninggalkan surat yang tidak berarti seperti ini," ucapnya sambil meremas kertas surat dengan erat.

Lelaki paruh baya yang menghancurkan perabotan di ruangan adalah Varez. Varez tidak terima dengan surat-surat ini. Maksudnya, dia tidak membenarkan apa yang Kiel tulis dalam suratnya.

Varez senang dengan kehadiran Kiel, meski awalnya dia terpaksa membawanya karena rasa kemanusiaannya. Dan juga agar orang-orang di jalanan tidak membuat rumor buruk tentangnya yang menabrak seorang anak laki-laki.

Flashback

"Om!" Kiel memberikan setangkai bunga kepada Varez.

Varez menerimanya dengan tatapan bingung.

"Untuk om, Kiel memberikan bunga Daisy kuning yang memiliki makna keceriaan. Kiel berharap om dapat ceria dan bahagia terus bersama keluarga om. Kiel berharap om bisa lebih ceria. Kiel tidak suka melihat wajah datar om, meski begitu, Kiel bisa melihat ketulusan om," ucap Kiel panjang lebar.

"Apa aku terlihat seperti itu di mata mu?" Varez tanpa sadar mengucapkannya.

"Iya, om sangat baik. Bahkan lebih baik daripada yang Kiel kira. Kiel pikir om hanya akan memberikan tempat tinggal untuk Kiel di sini lalu meninggalkan Kiel begitu saja, tapi ternyata Kiel salah. Om malah memberikan Kiel perhatian lebih," ucap Kiel.

Varez hanya diam, menunggu ucapan selanjutnya dari Kiel.

"Sebagai rasa terima kasih, Kiel tolong terima bunga yang Kiel kasih ini, meski ini bunga punya om juga sih," ucap Kiel, dilanjutkan dengan gumamnya. Varez masih bisa mendengarnya.

Varez yang mendengar gumaman terakhir Kiel tertawa kecil. Kiel menatap kembali ke arah Varez yang masih tertawa, wajahnya semakin tampan dengan senyuman yang terpampang di wajahnya.

Tanpa sadar, Kiel menyentuh wajahnya. Varez yang sadar dengan apa yang ia lakukan pun menghentikan tawanya.

Kiel mulai cemberut.

"Mengapa wajahmu cemberut seperti itu?" setelah menyadari perubahan raut wajah Kiel.

"Kiel ingin lebih lama melihat tawa om. Kenapa berhenti padahal om terlihat makin tampan dengan tertawa ya, walau dengan wajah datar om sudah sangat tampan," ucap Kiel.

Varez yang mendengarnya memegang kedua tangan Kiel yang berada di pipinya dengan kedua tangannya juga, lalu mengelus pipinya di telapak tangan Kiel dan mulai memperlihatkan senyumannya.

"Kiel, bisakah kamu memanggilku dengan sebutan Daddy?"

"Daddy? Apa Kiel boleh memanggil Om dengan sebutan Daddy?" ucap Kiel dengan suara pelan.

"Ya, tolong panggil saya dengan sebutan Daddy, Kiel. Maukah kamu melakukannya?" ucapnya dengan penuh harapan.

Kiel mulai merenung sejenak, mempertimbangkan apakah dia seharusnya memanggil Varez dengan sebutan Daddy atau tidak. Setelah berpikir sejenak, Kiel akhirnya memberikan jawabannya.

Dengan wajah yang menggeleng, Kiel menunjukkan bahwa dia tidak bisa menerima tawaran Varez

Varez menatap Kiel dengan kekecewaan yang terlihat jelas di wajahnya. Dengan nada sedih, dia bertanya, "Kiel, tidak suka memanggilku dengan sebutan Daddy?"

Sekali lagi, Kiel menggelengkan kepalanya dengan cepat.

"Kiel bukan tidak suka, tapi menurut Kiel, tidak sopan untuk memanggil orang yang bukan keluarga dengan sebutan 'Daddy'. Kiel bukan keluarga atau saudara, sehingga tidak bisa memanggil Om dengan sebutan 'Daddy'." jawab Kiel.

Varez yang mendengarnya memegang kedua tangan Kiel yang berada di pipinya dengan kedua tangannya juga, lalu mengelus pipinya di telapak tangan Kiel dan mulai memperlihatkan senyumannya.

"Kiel, bisakah kamu memanggilku dengan sebutan Daddy?"

"Daddy? Apa Kiel boleh memanggil Om dengan sebutan Daddy?" ucap Kiel dengan suara pelan.

"Ya, tolong panggil saya dengan sebutan Daddy, Kiel. Maukah kamu melakukannya?" ucapnya dengan penuh harapan.

Kiel mulai merenung sejenak, mempertimbangkan apakah dia seharusnya memanggil Varez dengan sebutan Daddy atau tidak. Setelah berpikir sejenak, Kiel akhirnya memberikan jawabannya.

Dengan wajah yang menggeleng, Kiel menunjukkan bahwa dia tidak bisa menerima tawaran Varez

Varez menatap Kiel dengan kekecewaan yang terlihat jelas di wajahnya. Dengan nada sedih, dia bertanya, "Kiel, tidak suka memanggilku dengan sebutan Daddy?"

Sekali lagi, Kiel menggelengkan kepalanya dengan cepat.

"Kiel bukan tidak suka, tapi menurut Kiel, tidak sopan untuk memanggil orang yang bukan keluarga dengan sebutan 'Daddy'. Kiel bukan keluarga atau saudara, sehingga tidak bisa memanggil Om dengan sebutan 'Daddy'." jawab Kiel.

"Kiel hanya orang asing, Kiel tidak berhak melakukannya," tambah Kiel.

"Tapi Kiel bukan orang asing. Hari ini, Kiel menjadi bagian dari keluarga Xaverius," ucap Varez dengan cepat.

"Maksud Om?" tanya Kiel dengan bingung.

"Mulai hari ini, saya mengangkat kamu sebagai anak angkat saya. Jadi, kamu tidak akan bisa menolak memanggil saya dengan sebutan 'Daddy'," jawab Varez.

"Kena"

HANYA FIGURAN BIASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang