Bibirnya semakin maju dengan sedikit bergetar, wajahnya mulai memerah. Kiel siap menumpahkan air matanya lagi, tapi ia mencoba menahannya.
"Lepas infusnya," dari nadanya saja sudah bisa dipastikan bahwa Kiel mencoba menahan tangisannya.
"Tidak bisa," Varez menolak permintaan Kiel.
"Kenapa? Kenapa infusnya tidak bisa dilepas? Tangan kanan Kiel sakit kalau pakai ini," ucap Kiel sambil menatap ke arah Varez.
"Jika dilepas secara paksa, akan semakin sakit. Jadi, Kiel harus bersabar. Ini juga demi kesehatan Kiel. Infusnya akan dilepas jika sudah waktunya," Varez menjelaskannya dengan lembut.
"Baiklah, Kiel akan sabar menunggunya."
"Tuan muda, persiapan untuk ke Indonesia sudah selesai. Perlengkapan dan barang-barang semua sudah dimasukkan ke dalam kopernya," seorang pria berbadan tinggi dan memakai baju serba hitam berdiri tegak lurus, memandang lurus ke arah laki-laki yang sedang duduk di kursinya sambil meminum segelas jus.
"Kau yakin barang-barangku sudah semua? Aku tidak ingin ada yang tertinggal. Sudahkah kau memeriksa semuanya?" Menatap tajam pada bodyguardnya.
"Saya yakin, Tuan muda. Saya sudah menyuruh pelayan membereskannya dan juga mengecek ulang kopernya. Saya juga ikut mengeceknya ulang," jawabnya.
"Baguslah kalau begitu. Kapan keberangkatanku dimulai?" Laki-laki dengan umur yang terbilang muda bertanya lagi pada bodyguard.
"Sekitar 2 jam lagi, Tuan muda," jawabnya.
Mendengarnya, ia berdiri dari kursinya lalu meminta bodyguardnya untuk mempersiapkan pakaian yang akan ia kenakan saat akan pulang ke mansionnya yang berada di Indonesia.
Bodyguard menundukkan kepalanya lalu pergi dari ruangan tersebut untuk meminta para maid mempersiapkan pakaian Tuan mudanya.
Pakaian telah siap, ia memakai pakaian yang tidak terlalu mencolok, simpel tapi elegan. Laki-laki tersebut keluar dari mansionnya lalu menaiki mobilnya untuk pergi ke bandara, diikuti oleh para bodyguard di belakangnya.
Setelah menunggu cukup lama, pesawat pun akhirnya tiba. Ia menaiki pesawatnya beserta beberapa bodyguard yang ia bawa. Dirinya sengaja tidak menggunakan pesawat pribadinya agar para musuhnya tidak mengikutinya. Dia bisa saja menghabisi mereka, namun akan terlalu merepotkan jika bajunya dan juga para bodyguardnya berlumuran darah.
Beberapa hari telah berlalu sejak pertemuan Kiel dengan pria paruh baya yang sialnya memiliki wajah yang sangat tampan, dan juga pertemuan Kiel dengan istrinya, Varez, yaitu Ranashya. Ranashya tidak kalah cantik dari suaminya, bahkan menurut Kiel, wanita paruh baya tersebut memiliki wajah yang sangat cantik.
Sejak Kiel merengek meminta melepaskan infusnya dan Varez menolak permintaannya, entah ada angin apa, ia langsung diterima di keluarga ini. Lebih tepatnya, hanya tinggal Varez yang menyuruhnya untuk tinggal di mansionnya. Awalnya, Kiel menolak dengan alasan "Tidak ingin menjadi beban lebih lama", tapi Varez malah memaksanya. Jika tidak tinggal di mansionnya, Kiel harus membayar dokter yang sudah datang untuk mengobatinya.
Kiel melihat Ranashya, berharap wanita itu tidak setuju dengan apa yang dikatakan suaminya. Namun, yang Kiel harapkan tidak terjadi, malahan wanita tersebut tersenyum dengan wajah tenangnya. Raut wajahnya seolah mengatakan, "Tinggallah di sini."
Kiel tidak tau jika dirinya akan di obati oleh dokter, padahal dia hanya tidur saja. Dengan raut wajah terpaksa, berbeda dengan isi hatinya yang sudah senang diterima tanpa harus menguras tenaga lebih lama dan mendapatkan tempat tinggal tanpa harus mengeluarkan uang sepeser pun.
Mereka mulai semakin dekat. Apakah mereka tidak memiliki kewaspadaan terhadap orang asing yang tiba-tiba numpang di rumah mereka?
Bagaimana jika Kiel ingin mencuri barang berharga mereka? Itu yang selalu terbayang dalam benak Kiel, walaupun mustahil dia melakukannya. Jika memang ia berniat mencuri, Kiel akan melakukannya sehari setelah infusnya dilepas. Kiel bisa saja melarikan diri setelah membawa barang berharga.
Kiel senang bersama Varez dan juga Ranashya, tapi di sana dia seperti dianggap bayi kecil. Ia juga terlalu dimanja, padahal usianya sudah termasuk usia dewasa. Contohnya seperti sekarang.
"Kiel, pilih yang mana?" tanya Ranashya.
Saat ini, mereka sedang berada di toko boneka. Bukan pertama kalinya mereka ke sini, tapi beberapa kali Ranashya selalu membelikan Kiel boneka. Padahal, di kamarnya sudah penuh dengan berbagai boneka, malahan seperti toko boneka bagi Kiel. Saat Kiel mulai menolak pemberian Ranashya, raut wajah Ranashya tiba-tiba menjadi suram.
"Em, yang itu." Kiel menunjuk boneka kecil berbentuk dinosaurus asal. Ranashya mulai berpikir, membuat Kiel memiringkan wajahnya bingung. Tiba-tiba, Ranashya berjalan melewati boneka yang Kiel tunjuk dan mengambil boneka yang lebih besar bahkan bisa menutupi tubuh Kiel.
"Sepertinya boneka ini lebih cocok buat Kiel. Kiel belum punya boneka besar, bukan? Kita akan membelinya." Tanpa menunggu jawaban Kiel, Ranashya memegang lengan Kiel dan menuntunnya menuju kasir, walaupun dengan susah payah Kiel membawa bonekanya.
Setelah selesai membelinya, Kiel memeluk bonekanya terus-menerus. Ia suka bau harum dari bonekanya.
"Kiel suka dengan bonekanya?" Sedari tadi, Kiel tidak ingin melepaskan pelukannya dari boneka yang ia berikan, padahal dia bisa menyuruh bodyguard membawakan bonekanya seperti biasa, sama halnya dengan di kasir.
"Sangat!! Karena ini pemberian Tante Ranashya, Kiel akan menjaga semua bonekanya. Yang satu ini sangat berbeda. Kiel akan sangat-sangat-sangat menjaganya sekaligus merawatnya, karena Tante Ranashya yang memilihkannya. Awalnya Kiel yang selalu memilih sendiri, tapi saat Tante Ranashya yang memilihkannya, Kiel tidak akan membiarkan siapapun menyentuhnya." Ucapnya panjang lebar.
Entah kenapa suasana hatinya merasa senang. Kiel benar-benar menyukai boneka yang satu ini, malahan lebih suka yang ini dibanding boneka yang lainnya.
"Benarkah?" tanya Ranashya tersenyum.
"Ya, terima kasih Tante Asha. Terima kasih sudah memberikan Kiel tempat tinggal. Terima kasih juga atas semua kebaikan Tante Asha. Lihat, Kiel tidak salah menilai Tante Asha. Tante Asha memang cantik luar dalam. Kiel suka Tante Asha. Tante Asha sama baiknya dengan mamah Kiel, bahkan lebih baik. Kiel sangat menyukai kalian, lebih dari apapun." Tersenyum sangat cerah, menatap wanita paruh baya yang juga menatapnya.
"Lengan Ranashya sedari tadi sedang menggenggam tangan Kiel dan mulai mengeratkan genggamannya sedikit.
"Kiel, bisakah kamu memanggil saya 'Tante Mommy'?"
KAMU SEDANG MEMBACA
HANYA FIGURAN BIASA
Teen Fictionpindah kesini ya bukan bl ❌ menceritakan Kiel yang terseret ke dalam layar game yang sedang ia mainkan oleh sistem bisakah ia meluluhkan hati para pemeran tokoh dalam game atau malah sebaliknya