Bagian 8 - Confuse Day 2

40 6 5
                                    

Oktober 2019
Paris, Prancis.

***

Jules dan Pie sudah sampai di Paris, kini mereka menuju apartemen Pie di Rue de Bac. Pie mengambil alih kemudi saat mereka sudah keluar dari tol 2 jam yang lalu agar Jules bisa beristirahat. Ia bisa melihat raut wajah kesedihan dari Jules, matanya lelah namun bukan lelah karena mengantuk tapi lebih ke sayu karena khawatir serta bingung. Sorot itu sudah Pie lihat sejak pagi tadi sebelum mereka berangkat dari rumah keluarga Lucien.

“Kak, masih kepikiran?” Tanya Pie yang melihat Jules menatap kosong jalanan di depan. Anggukan singkat dapat terlihat dari sudut mata Pie yang masih fokus dengan jalan.

“Nanti aku coba bicara ya sama Ollie, aku juga tidak tahu kenapa dia diam saja saat kita ajak bicara bahkan ayahnya ikut bingung.” Lagi-lagi hanya anggukan yang diterima Pie.

Hari sudah begitu larut, rasa lelah untuk menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh Pie membuat Jules hanya dapat mengangguk saja. Tubuhnya memang berada di Paris, namun tidak dengan pikirannya yang masih tenggelam dalam diam Ollie di Èze.

Pertanyaan pada dirinya sendiri tak kunjung terjawab. Bukankah dirinya dan Ollie dalam suasana yang baik-baik saja atau malah begitu baik? Lalu kenapa?

Meninggalkan Èze dengan banyak pertanyaan membuat Jules tak tenang, sekaligus rindu. Ollienya yang ceria betah untuk mendiaminya, tapi ia tak bisa membujuknya seperti biasa. Mereka terlalu jauh, sialan ini semua gara-gara papanya, batin Jules.

Saat pikirannya masih berlarut-larut pada kubis kecilnya, Pie menepuk bahunya pelan, “Kak, kita sudah sampai depan apartemenku. Kakak bisa segera pulang lalu beristirahat.” Ucap Pie.

“Ah maaf Pie aku sedang tidak fokus.” Pie hanya menggelengkan kepala sebentar menanggapi Jules.

“Apakah aku perlu mengantar kakak? Aku takut kakak kenapa-kenapa.”

“Tidak perlu Pie, aku bisa. Kamu beristirahatlah, terima kasih sudah mau menemaniku pulang.” Senyumnya untuk membuktikan pada Pie jika ia baik-baik saja.

“Baiklah, hati-hati ya kak. Nanti akan kukabari jika Ollie mau bicara.” Ucap Pie yang turun dari bangku kemudi, lalu melambaikan tangan pada Jules sebelum ia masuk ke bangunan di belakangnya.

Pie menghamburkan badannya yang lelah di atas sofa. Waktu sudah menunjukkan pukul 10.20 malam tapi pikirannya berkecambuk, firasatnya tidak enak karena Ollie juga ikut mendiaminya. Sudah jelas bahwa Ollie marah padanya, tapi kenapa?

“Apa dia marah karena aku ikut pulang mendadak ini ya?” Tanyanya pada diri sendiri, lalu ia ambil ponselnya untuk menghubungi Ollie.

‘Tut..tut..tut’ butuh waktu yang sedikit lama untuknya menunggu panggilan itu diangkat.

“Halo, Ollie. Aku baru sampai di apartemen, kak Jules sedang pulang menuju apartemennya.” Ucap Pie. Namun tidak ada jawaban dari seberang sana.

“Halo, Ollie? Kamu sudah tidur ya?”

“Hmm..” Hanya suara itu yang dapat Pie tangkap di telinganya.

“Ah baiklah, kamu bisa melanjutkan tidurmu. Besok saja kita bicara. Maaf mengganggu, selamat tidur.” Ucap Pie menyesal lalu mematikan panggilannya dengan berat hati.

“Dia jelas sekali menghindariku, kenapa ya? Argghh Ollie sialan, lebih baik aku mandi saja.” Ucap Pie frustasi dan melangkahkan kakinya dengan berat ke arah kamar mandi. Tapi sebelum itu ia mengirim pesan pada Jules.

"Kak, sudah sampai?
Aku barusan sudah telpon Ollie tapi sepertinya dia sudah tidur. Jangan terlalu dipikirkan ya, kita tunggu saja."

Clair de Lune [OFFGUN] // HiatusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang