Bagian 3 - Un Secret

46 6 3
                                    

Oktober 2019
Paris, Prancis.

***

“Hahaha pasti kakak bohong.” Tawa Pie menggema di dalam mobil Jules, membuat sang pengemudi ikut tersenyum dan menggelengkan kepala menyangkal bahwa dirinya tak berbohong.

“Ini beneran? Hahaha orang gila mana yang minta kak Dion memotretnya sambil having sex?” Tanyanya lagi masih dengan tawanya yang tak percaya.

Jules mengangkat bahu tak tahu, “Dion yang cerita. Satu galeri diomeli, dia marah karena klien itu dan hampir saja Ane membanting kameranya karena frustasi dengerin ocehan Dion.”

“Yahh, memang kak Dion hanya akan diam jika yang bicara itu kak Gill.” Sahut Pie dengan tawanya yang sudah kian mereda.

Jules setuju dengan Pie, sahabatnya itu memang sudah cinta mati terhadap sahabat satunya— Gill. Bersahabat dengan mereka selama bertahun-tahun membuat Jules mengenal baik bagaimana sahabat-sahabatnya itu hingga meraka berdua— Dion dan Gill memutuskan untuk berkencan dan membuat Jules seperti itik yang mengikuti induknya saat jalan bertiga.

“Emang kak Jules gak pengen punya hubungan serius sama seseorang?” Tanya Pie tiba-tiba, matanya menatap serius pada Jules yang sibuk dengan kemudinya.

Tak ada jawaban yang diterima Pie, hingga akhirnya ia mengabaikan pertanyaannya tadi dan menatap ke arah depan. Tapi saat tujuan mereka sudah di depan mata, lalu Jules menghentikan mobilnya, ia berkata sedikit bergumam, “Apakah aku bisa?”

Pie yang sudah membuka pintu di sampingnya menghentikan kakinya untuk keluar, “Ya? Kakak kenapa?” Tanyanya yang sempat mendengar gumaman Jules, bertanya untuk memastikan.

“Tidak, Pie. Terima kasih sudah mau direpotkan menemani aku.” Senyumnya tulus.

“Ah, oke kak Juu. Pas de problème (tidak masalah), aku senang menemani orang tampan.” Jawab Pie dengan senyumannya yang menawan. Setelah itu ia keluar dari mobil Jules dan melambaikan tangannya setelah melihat mobil itu melaju.

Tanpa mereka berdua sadari, ada seseorang yang melihat adegan itu dan mengabadikannya dengan kamera ponsel.

***

Hari ini Ollie sudah ada di studio galeri selama ± 3 jam bersama Jes, ini sudah hari ke limanya hampir sebulan ini. Ia merasa lebih fokus jika suasana sepi seperti ini. Kini dirinya sedang belajar bersama Jes tentang apa saja hal yang harus diperhatikan atau ditorehkan dalam sebuah lukisan romantisme.

Dua minggu lagi sudah memasuki hari libur musim gugur, sejak dimulainya awal tahun ajaran baru pada September lalu. Setelah liburan selama 2 minggu itu berakhir, maka para mahasiswa yang telah mendaftar ingin mengikuti pameran harus menunjukkan progresnya pada dosen mereka, karena sebelum liburan natal tiba pameran itu akan dilaksanakan.

Ollie hanya memiliki waktu satu bulan lagi untuk membuat karyanya dan menunjukkan progres pada dosennya setelah liburan musim gugur berakhir. Oleh karena itu, ia memanfaatkan waktu sebaik mungkin untuk belajar dan membuat karyanya dengan Jes.

Jules yang baru saja sampai galeri melihat Ollie dan adiknya duduk berdekatan dengan wajah yang fokus pada sebuah kanvas di depannya. Tidak banyak bicara, hanya tangan-tangan mereka yang bergerak lihai bersamaan membubuhkan cat yang ada dalam palet.

“Dari mana?” tanya Jes menyadari kehadiran kakaknya yang sudah mendudukkan diri pada kursi dan memainkan ponselnya.

“Jalan.” Jawab Jules singkat tanpa mengalihkan matanya dari ponsel. Ia sedang membalas pesan dari Pie yang menanyakan apakah ia sudah sampai dengan selamat di galeri.

Ollie melihat ke arah Jules, ada sedikit kekecewaan dari jawaban yang ia dengar dari mulut Jules. Namun, ia mengabaikan itu lalu kembali fokus pada kanvasnya.

Clair de Lune [OFFGUN] // HiatusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang