Bagian 10 - Pardonne-moi

56 9 0
                                    

November 2019
Paris, Prancis.

***

“Jika panasnya belum turun sampai lusa tolong hubungi saya lagi. Sekarang saya sudah infus M. Jules untuk menambah asupan cairan, dia banyak berkeringat. Jangan lupa tetap kompres menggunakan air hangat ya.” Ucap seorang dokter berkacamata, dokter keluarga Antoine.

“Baik, dok. Terima kasih.” Jawab Dion.

“Mari saya antar, dok.” Tawar Jes untuk mengantar dokter ke depan.

Saat mereka sudah keluar dari kamar Jules, Jes berkata, “Dok, tolong jangan beritahu jika kakak sakit kepada orang tua saya ya.”

“Jika boleh tahu kenapa? Saya diperintahkan papa anda untuk selalu mengabarinya jika anda atau M. Jules sakit.”

“Saya hanya tidak ingin mereka khawatir, tolong. ” Ucap Jes dengan sedikit senyuman.

Ia tahu, jika kedua orang tua mereka mengetahui tentang keadaan Jules maka sang kakak harus kembali ke rumah untuk dirawat di sana. Dengan perawat yang selalu menemani 24 jam. Dan Jes tahu betul bahwa sang kakak tidak menyukai ide itu.

“Baik, M. Justin. Obatnya harus diminum 3 kali sehari. Hubungi saya jika infusnya habis, nanti akan saya kirim asisten untuk mengeceknya.”

“Baik, dok. Terima kasih.” Setelah itu Jes menutup pintu unit Jules.

Ollie duduk di kasur samping Jules, yang ditangisi masih betah memejamkan mata. Dion menyandarkan punggungnya di dinding melihat adiknya menangis dari awal kedatangannya.

Helaan nafas berat keluar dari Dion, “Huhh.. Ollie, mungkin dia sakit karena memikirkanmu. Kakak sudah bilang kalau ada masalah dengan siapapun dibicarakan, jangan menghindarinya. Kamu sudah dewasa, Ollie. Jangan menangis lagi, kakak tau kamu juga sering menangis saat sendiri di kamar.”

Ollie hanya bisa menangis dan mengangguk bersamaan, ia tak tega melihat Jules yang terbaring pucat. Lalu ia pergi ke arah sang kakak dan memeluknya dengan erat. Usapan halus dipunggungnya mampu membuat Ollie lebih tenang.

“Shhh ayo kita keluar dulu, biarkan Jules istirahat.” Ajak Dion dengan masih memeluk Ollie.

Di ruang tamu sudah ada Pie, Jes dan Ane yang duduk terdiam tanpa ada orang yang berinisiatif memecah keheningan. Kedatangan Dion dan Ollie dari arah kamar Jules membuat mereka yang duduk tertarik menatap.

“Sini Ollie duduk samping kak Ane.” Tawar Ane sembari menepuk tempat kosong di sebelahnya. Namun, hanya gelengan yang didapatkan. Ollie masih betah menempel di lengan Dion dan sedikit menyembunyikan isakannya di sana.

“Anak kecil ingusan ini masih ingin manja-manja denganku, Ane.” Goda Dion dan ia menerima cubitan di pinggangnya. Membuat Ane tertawa.

Dion mengajak Ollie duduk di sofa. Ia terus melihat ke arah Pie yang melihat adiknya dengan mata sendu. Tahu bahwa kedatangan adiknya tadi seperti tidak ingin melirik keberadaannya yang sedari awal sudah di sana. Lalu Dion memeberikan kode pada Pie agar memulai percakapan.

Takut-takut Pie berkata, “Ehkmm.. Ollie, jangan menangis lagi. Kak Juu pasti akan segera sembuh.” Namun hanya keheningan yang didapat.

“Ollie, kamu masih tidak ingin berbicara denganku? Apakah aku boleh tahu apa yang membuatmu marah selama ini?” Ucap Pie lagi.

Karena tak ada jawaban lagi, kini Dion ikut berbicara, “Ollie, tadi kakak bilang apa?”

Ollie menatap mata kakaknya, dari iris matanya memperlihatkan kesedihan, marah dan kekecewaan yang menggelayuti adiknya. Mata merahnya kini membendung air mata lagi. Lalu Dion mengusap punggung adiknya pelan, dengan bergumam bahwa semuanya akan baik-baik saja.

Clair de Lune [OFFGUN] // HiatusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang