{ P E N Y E I M B A N G }Selayaknya dalam kehidupan yang terus menerus di paksa melangkah maju tanpa jeda untuk mengejar ketertinggalan diantara banyaknya insan di dunia.
Jam menunjukkan pukul 6 pagi waktu setempat. Seperti biasa setelah alarm diatas nakas berbunyi, Melodya dengan segera menyiapkan diri memulai aktivitas menjadi seorang pelajar.
Tentunya pagi hari Melodya telah di sambut dengan masakan ala kadarnya yang di buat Ethan secara terburu-buru dengan bahan yang tersedia di lemari pendingin seperti sandwich, telur dadar, nasi goreng bahkan jika Ethan bangun lebih awal ia dapat membuat masakan yang sedikit lebih rumit.
Dua bersaudara Hanandra dan Hanindita, walau presentase pertengkaran mereka jauh lebih besar dibanding kedamaian tetapi mereka tak luput saling memberi semangat dan dorongan satu sama lain dalam kehidupan yang hanya menyisakan mereka berdua dalam kartu keluarga.
Entah Melodya yang terbiasa melakukan apapun bersama Ethan ataupun Ethan yang sudah terbiasa direpotkan dengan segala sikap adik semata wayangnya.
Sedikit mengulik tentang masa lalu— di usia Ethan yang masih menginjak 15 tahun dan Melodya yang berusia 11 tahun, kedua orang tua mereka pada akhirnya memilih untuk berpisah jalan setelah perdebatan panjang yang dirasa telah menjadi makanan sehari-hari dua bersaudara itu.
Setelah proses perceraian selesai disaat itu juga, ibu mereka menghilang begitu saja setelah melayangkan janji akan sering menjenguk hingga kenyataan pahitnya janji itu bagaikan cangkang kosong tak berisi.
Dari sanalah keduanya terbiasa untuk bergantung satu sama lain karena sang Ayah begitu bekerja keras membiayai kehidupan mereka hingga sulit sekali menyisihkan waktu untuk sekadar makan malam bersama.
Hal itu berlalu seperti angin lewat hingga tak terasa 2 tahun terlewati begitu saja. Malam yang dingin di musim hujan, terdengar suara isak tangis Melodya yang tak lama ini baru menginjak usia 13 tahun di dalam rumah sunyi yang terasa membeku kala itu.
Tubuh Ethan hanya diam tanpa respon dengan Melodya berada dalam peluknya pasca mendengar kabar duka dari rumah sakit yang mengatakan sang ayah menjadi korban tabrak lari di malam itu.
"Kenapa.. bang Ethan..? mama udah telantarin kita, terus kenapa sekarang ayah juga ikut ninggalin kita gitu aja? Melodya ada buat salah apa bang? Kenapa semua orang pergi dari Melodya?"
Lirih Melodya dalam sela isak tangisnya menyayat hati Ethan begitu dalam. Direngkuhnya tubuh sang adik lebih erat mencoba memberi kehangatan untuk menyalurkan rasa tenang. Di saat seperti ini, Ethan sadar bahwa dirinyalah satu-satunya sandaran Melodya di masa mendatang, ia tak boleh goyah— sebagai kakak serta satu-satunya keluarga, Ethan tak boleh merasa sedih dan terlihat lemah agar ia dapat menjadi penopang Melodya seutuhnya.
"Ody, dengerin abang ya? Apapun yang terjadi entah saat ini ataupun di masa depan nanti, masih ada gue disini. Gue nggak akan tinggalin lo sendirian, oke? Percaya sama gue."
- -
Even though the world destroying you,
i will always be here to defend you, Melodya.- -
Kembali ke masa kini— Dengan surainya yang masih terurai setengah basah, Melodya mengambil kursi disisi Ethan untuk menyantap sarapannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Thread of Truth
Novela Juvenil"Hey. if everyone say no, i will always say yes, Melodya." Ini tentang Melodya Hanindita, seorang anak yang hanya tinggal berdua dengan sang kakak- Ethan Hanandra disaat umurnya menginjak 13 tahun. Ethan benar-benar menyayangi adiknya dan mendukung...