📃 03 ; nasi pecel andalan.

168 44 0
                                    

━━━

─ pecel ✨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

─ pecel ✨

NDUK, ASMANE SINTEN? (NAK, NAMANYA SIAPA?)

"Kula [Name], Mbak." Wanita di sampingnya mengangguk mengerti.

"Nama kamu bagus, ya." [Name] terkekeh dan tersenyum canggung terhadap pujian yang dilontarkan.

"Saya Srih, kamu panggil saja saya Budhe Srih." [Name] terperanjat mendengarnya.

'Serius secantik ini sudah dipanggil Budhe? Anjir, baby face banget.' [Name] mengira jika wanita di sebelahnya hanya berbeda 2 atau 3 tahun dan ternyata fakta yang dirinya ketahui sekarang sangat di luar perkiraan.

Walaupun terdapat beberapa kerutan di wajah cantik Budhe Srih, namun kerutan itu tidak membuat wajahnya ketuaan. Apa karena di sini minim polusi sehingga wajahnya masih terjaga? Pikir [Name] singkat.

Wajah Budhe Srih mulus tidak ada bekas jerawat yang bersarang di sana, pembawaannya anggun membuat [Name] semakin terpukau.

[Name] melirik ke jalanan samping kirinya, manik coklatnya tak sengaja melihat sebuah toko kecil yang menjual berbagai jenis barang anyaman. Mulai dari caping atau topi dari anyaman bambu yang dulunya kerap dikenakan di kepalanya Neneknya jika pergi ke sawah, kipas yang digunakan pedagang sate, wadah nasi, dan lain-lain.

Lalu jajanan tradisional dan mainan anak-anak, tak lupa pedagang asongan yang menawarkan dagangannya.

Melihat banyak orang yang berdagang membuat [Name] menyadari suatu hal. Gue harus kerja gimana ya sampai gue menemukan jalan untuk kembali ke tahun gue .... Pikirnya sembari memasang raut wajah sedih.

'Kira-kira gue lolos gak ya tahun ini? Teman-teman gue gimana? Barang yang gue bawa tadi kemana? Gimana caranya gue balik? Ada yang nyariin gak ya? Keluarga gue .....'

Raut wajah [Name] semakin memburuk sehingga Budhe Srih yang berada di sebelahnya ikut merasakan apa yang dirinya rasakan. Wanita itu sangatlah peka.

"Nduk, kamu sudah jauh-jauh dari Batavia sampai ke sini." Budhe Srih menutup mulutnya sejenak, sekon kemudian nada halusnya membuat [Name] menfokuskan atensinya kepada Sang Budhe. "Apa tujuan kamu ke sini?"

Waktu seperti berhenti sejenak untuk menunggu [Name] mengeluarkan jawaban dari pertanyaan sederhana namun mengganggu atmanya dan membuat gusar emosinya.

Tatapannya perlahan menjadi tenang kala menemukan suatu jawabannya setelah renungan singkatnya.

"Saya ingin bekerja." Dan sekon kemudian dirinya teringat masa mudanya, tepatnya kala ia di bangku SMA dan berjualan makanan salah satunya pecel.

"Mungkin jika ada yang membutuhkan tenaga kerja dalam memasak saya bisa membantu."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
❛❛ je t'aime ; rezef hill ╮Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang