Hembusan angin menerpa permukaan wajah Lizi yang sedang anteng mengendarai motornya mengikuti seseorang. Tadi saat akan pergi menuju parkiran sekolah tiba-tiba Darren datang menghampirinya, dia mengatakan kalau bundanya ingin bertemu dengan Lizi. Lizi yang juga kebetulan sangat ingin bertemu lagi dengan bunda Darren mengiyakan ajakannya.
Dan disinilah dia sekarang mengendarai motornya mengikuti Darren yang memimpin didepan menunjukkan jalan ke rumah laki-laki itu.
Selang beberapa menit mereka menghentikan motornya didepan rumah berlantai dua yang lumayan mewah dengan gerbang berwarna hitam yang menjulang tinggi.
Satpam yang berjaga membuka gerbangnya ketika melihat yang datang adalah anak majikannya.
Ketika gerbang itu sudah terbuka mereka berdua kembali mengendarai motornya masuk kedalam.
Lizi turun dari motornya ia mengedarkan pandangan melihat sekeliling rumah Darren, minimalis tapi terkesan mewah, begitulah pikirnya.
Darren mengajak Lizi untuk masuk kedalam. Lizi mengikuti Darren dari belakang.
"Lo tunggu aja dulu disini, gue mau ke atas dulu" ujar Darren sebelum naik ke lantai atas.
Setelah kepergian Darren, Lizi mendudukkan bokongnya di sofa ruang tamu. Pandangannya mengedar melihat sekeliling rumah Darren. Asik memperhatikan sekitar, matanya menangkap sebuah foto yang terpajang di dinding. Kakinya melangkah mendekati foto dengan ukuran yang cukup besar.
Difoto itu terdapat 2 orang laki-laki dan 2 orang perempuan yang berbeda usia. Difoto itu terlihat wanita yang duduk diatas kursi sambil memangku seorang gadis kecil. Wanita itu adalah ibunya Darren dan anak perempuan itu pasti gadis yang dimaksud ibunya Darren waktu mereka pertama kali bertemu. Matanya beralih menatap 2 laki-laki berbeda usia itu. Anak laki-laki yang ia yakini adalah Darren itu entah kenapa ia merasa pernah melihatnya sebelumnya. Dan saat melihat wajah pria yang berdiri di samping wanita yang sedang duduk itu, Lizi terkejut.
"Itu kan"
Tidak! Tidak mungkin kenapa sangat mirip. Apa ini hanya kebetulan saja? Lizi menggelengkan kepalanya berusaha mengenyahkan pikirannya.
Sibuk dengan pikirannya Lizi tidak menyadari kehadiran Darren yang sudah berdiri dibelakangnya.
"Ngapain?" pertanyaan Darren sontak membuat Lizi tersentak dan berbalik menatap Darren yang memandangnya dengan tatapan bertanya.
"Oh itu tadi gue lagi lihat-lihat"
Darren mengangguk "Yaudah ayo naik udah ditungguin bunda"
Mereka berdua pun naik ke lantai 2 dan menuju ke kamar bunda Darren. Sampai didepan kamar bunda Darren, Lizi ikut mengekori Darren setelah Darren mengajaknya untuk masuk.
Dapat dilihatnya diatas kasur ada bunda Darren yang tengah duduk sambil menyender di headboard.
Lizi menghampiri bunda Darren dan berdiri disampingnya "Tante apa kabar?"
Bunda Rita tersenyum lembut melihat Lizi "Baik sayang, makasih ya udah mau datang kesini jenguk bunda"
"Sama-sama tante lagi pula Lizi juga kangen kok sama tante" ujarnya.
Bunda Rita mengangkat tangannya mengusap lembut surai Lizi "Mulai sekarang jangan panggil tante lagi ya, panggil aja bunda biar sama kayak Darren"
Lizi kembali mengangguk "Siap bunda" ucapnya sambil mengangkat tangan seperti sedang hormat.
"Oh ya gimana sama sekolah kamu?"
"Sekolah Lizi baik-baik aja kok bunda masih kokoh, bagus dan layak buat dihuni" jawab Lizi polos.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Princess
Dla nastolatków"𝙺𝚒𝚜𝚊𝚑 𝚒𝚗𝚒 𝚝𝚎𝚗𝚝𝚊𝚗𝚐 𝚖𝚎𝚛𝚎𝚔𝚊 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚋𝚎𝚛𝚞𝚜𝚊𝚑𝚊 𝚋𝚎𝚛𝚍𝚊𝚖𝚊𝚒 𝚍𝚎𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚖𝚊𝚜𝚊 𝚕𝚊𝚕𝚞" Berawal dari kecelakaan yang merenggut nyawanya. Membuat Lizi harus mengalami transmigrasi. Namun, siapa sangka raga yang ia ma...