Part 1 - Adegan Cinderella

67 13 17
                                    

"Jika bukan jodohnya, mau digenggam seerat apapun, pasti terlepas juga."

***

Nila menghela napas berat saat sedang menunggu pesanan makan siang di depan kantin sekolah. Entah apa yang sedang dia pikirkan, tapi dia sangat terkejut saat sebuah minuman dingin disentuhkan ke pipinya.

"Aaaa!"

Ibu-ibu kantin sampai menoleh dari jendela dan bertanya setelah mendengar teriakan Nila.

"Ada apa, Bu?"

Nila segera mengontrol dirinya dan memberikan senyum canggung.

"Eh, gak papa. Ini nih Pak Nizam ngagetin orang pake air dingin, Mbok. Masa' botol yang dalemnya jadi es gini ditempelin ke pipi saya, kan dingin."

Nila setengah mengomel pada Nizam yang sudah mengagetkannya. Pria dengan baju dinas khaki itu tidak merasa bersalah. Dia justru membuka kaleng soda miliknya.

"Habisnya dia cuma melamun. Gimana kalau sampai kesambet, Mbok? Saya juga yang repot kan?"

"Haha, ya gak lah. Masa' Bu guru cantik gitu kesambet. Ada-ada aja."

Mbok Yati, ibu kantin itu kembali melanjutkan aktivitasnya. Sementara itu, Nizam membukakan air mineral yang dia bawakan untuk Nila.

"Lagi mikir apa sih? Bocil-bocilmu susah diatur hari ini?" Nizam memulai pembicaraan seraya menyodorkan minuman untuk Nila.

Wanita dengan seragam yang sama tanpa pin PNS di kerudungnya itu menegak air sebelum memberikan jawaban.

"Aku stres!"

Dia berbicara agak keras. Namun, setelah sadar mereka di mana dan posisi mereka sebagai guru, Nila memelankan suaranya. Ya, Nila adalah guru baru di TK, sedangkan Nizam sudah menjadi guru PNS di SMA. Lokasi sekolah mereka yang berada di satu lingkungan membuat mereka sering bertemu saat istirahat di kantin.

"Kenapa lagi? Jangan bilang dia ngajak balikan?" Nizam menebak.

"Mustahil kalau itu. Kamu juga tau kan, yang lebih mencintai itu aku bukan dia."

"Hm, terus?"

Nila memejamkan mata erat. Nizam melanjutkan minumnya seraya menunggu Nila kembali berbicara.

"Masalahnya, aku udah ngenalin Mas Nawal ke keluargaku," ucap Nila tiba-tiba.

Seketika Nizam tersedak.

"Uhuk! Uhuk!" Dia batuk dengan keras sampai Nila harus menepuk punggungnya dan menyuruhnya minum air putih.

"Ya Allah, udah gede juga keselek gak berhenti-henti! Makanya baca doa dulu sebelum minum, Pak guru."

"Ekhem! Uhuk!"

Nizam berusaha meredakan panas di tenggorokannya. Tapi, sejujurnya bukan itu yang mengganggunya. Namun, kalimat Nila tadi.

"Kapan? Kapan kamu ngajak Nawal ke rumahmu?" Nizam bertanya dengan sangat pelan.

Nila melihat sekeliling, jika dia berbicara di sini, kemungkinan besar ibu-ibu kantin akan mendengarnya.

"Sebentar ..."

Nila lalu berdiri.

"Mbok, nanti makan siangnya antar ke kantor TK aja ya. Saya ada urusan sama Pak Nizam."

"Iya, Bu. Siap."

Nila kemudian mengajak Nizam berdiri. Mereka mulai berbicara lagi saat berjalan ke luar kantin. Jarak kantin dan kantor guru SMA cukup jauh, jadi mereka memiliki waktu untuk mengobrol.

Teman ke SurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang