6 - Akaashi🌲

805 117 6
                                    

"Kenapa, Kei? Kau kan harus bertanding." Tanya Nori dengan wajah kebingungan.

"Lebih baik kau pulang saja."

"Hah?!"

"Kenapa kau menangis? Apa ada yang mengganggumu?"

"A-Apa maksudmu?"

"Berhenti mengelak, matamu saja pinggirnya saja merah-merah kayak habis nangis."

"Sana pulang."

Nori menggeleng kuat. "Ga mau! Aku masih mau di sini, aku nangis karena keingat masa lalu, itupun hanya sebentar. Akaashi-san sangat baik padaku, jadi aku hanya sedikit terharu."

"...Kalau begitu, mulai sekarang jangan berbicara dengan siapa-siapa selain aku sama Akaashi-san."

"Mana bisa gitu?!"

"Sudahlah, Kei kembali saja! Berhenti menggangguku dan fokus ke pertandinganmu!" Ucap Nori yang kembali ke gedung.

"Berhenti memanggilku dengan nama."

"Bodoamat." Ucap Nori sambil menjulurkan lidahnya.

"Cepat sekali sudah 20 : 19."

"Oh, Nori-kun. Kau kembali." Ucap Yachi.

"Haha... Iya, habis dicegat sama orang aneh."

"Akaashi! Jangan mengoper bola padaku sekarang!"

"Aku mengerti." Balasnya yang membuat Bokuto natap sedih.

"Bo-Bokuto-san kenapa?" Tanya Nori ke Yachi.

"Dia terlihat gelisah karena terus membuat kesalahan, sepertinya dia sedang di mode putus asa."

'Susah juga ya di tim sana...'

"Tapi... Tanpa dia sepertinya Fukurodani masih sangat kuat, ya."

"Sepertinya mereka sudah terbiasa dengan sikapnya." Ucap Yachi.

'Melihatnya membuatku sedikit empati, haha...'

"...Bokuto-san semangat!" Teriak Nori tiba-tiba walaupun tidak sekeras biasanya.

Itu membuat timnya terkejut, begitu juga dengan tim Fukurodani.

Akaashi langsung mengoper bolanya ke arah Bokuto begitu melihat ada keunggulan.

Poin terakhir 25, akhirnya dicetak oleh Fukurodani.

"...."

"Ya- yah... Ini kan hanya pertandingan biasa, tidak ada salahnya saling mendukung." Ucap Nori yang kelihatan gugup ditatap tajam sama abangnya itu.

"HEI HEI HEI!" Teriak Bokuto dengan kepuasannya.

Seperti biasa, Karasuno melakukan push up dan lain-lain sebagai hukuman kekalahan.
.
.
.
.

"Akhirnya!"

"Makan daging!"

"BBQ!"

Semuanya sibuk makan, hanya Nori, Kenma, dan Kei yang tidak makan.

"Meng, kau juga ada main game baru ini?!"

"Aku lumayan tertarik dengan game open world, Nori ada main juga?"

"Tentu saja! Ayo add nanti, levelmu sudah berapa?"

"150."

Nori tercengang. "Gila... Ini game kan baru rilis kemarin, aku saja baru level 60."

"Pfft- avatarmu pakai telinga sama ekor kucing? Lucu sekali hahahaha!"

"I-Itu karena kau menyukai... Kucing."

"Aku memang suka sama kucing sih."

"Kalian berdua! Berhenti main game cepat makan!" Ucap Kuroo yang tiba-tiba datang.

"Nori, berhenti memojok seperti itu! Ayo makan bersama!" Tanaka tanpa lama-lama langsung menarik Nori bergabung dengan di sana.

"Aku tidak lapar..."

"Kau masih kecil, harus makan banyak daging untuk perkembangan tubuhmu."

'Kenapa dia tiba-tiba sok dewasa terhadapku...?'

"Hoi, Noya! Kalau mau pangganglah sendiri!"

Nori hanya menatapnya lalu melihat keberadaan Akaashi, tentu saja langsung menghampirinya.

"Pasti susah sekali ya mengurus Bokuto-san."

"Kami sudah terbiasa sih, dia memang selalu merasa terpukul dengan masalah yang sepele. Tapi dia tidak pernah gentar menghadapi lawan yang kuat. Jadi kurasa itu tidak menjadi kelemahan kami."

"Sebaliknya, saat rekan-rekan sedang sedih, dia akan tetap bersemangat. Jadi dia tetap menjadi sosok yang dapat diandalkan."

"Yah... Begitulah sosok leader, ya." Gumam Nori.

"Seperti itulah."

"Bokuto-san sangat beruntung ya memiliki teman setim sepertimu."

"Sebenarnya dulu aku juga pernah ikut ekstra voli di sekolah, aku bermain karena Kei sih."

"...Lalu, kenapa sekarang berhenti?" Tanya Akaashi.

"Entahlah, anggap saja aku sudah tidak berminat pada voli. Dan juga bahu kananku terluka, hanya untuk memukul bola saja sudah sangat sakit."

"Akaashi-san, hanya kau dan Kei yang mengetahui ini, jadi lebih baik tidak menceritakannya ke yang lain."

"Nori, kau beneran tidak memiliki minat lagi pada voli? Dari matamu, sepertinya itu tidak benar."

"...Aku hanya bermain voli beberapa tahun saja, aku sudah berhenti sejak kelas 6 SD, sejak saat itu aku sudah kehilangan minat kok."

"Kalau kau ingin cerita, aku akan mendengarkannya, setidaknya bebanmu akan sedikit berkurang, kan? Jika ada yang bisa kubantu, aku akan membantumu."

"Aku baik-baik saja, tidak perlu dipikirkan. Kalian makan dulu saja, aku mau cari Kei sebentar."

"Tunggu sebentar." Akaashi tiba-tiba memegang tangan Nori sebentar dia pergi.

"Ada apa, Akaashi-san?" Bingung Nori.

"Kedepannya, jika kau ada ke Tokyo atau aku yang ke Miyagi, apa kita bisa bertemu lagi? Kau boleh memanggilku Keiji."

"..."

"Kalau bertemu, aku pasti akan menyapamu kok, Keiji."

Akaashi tersenyum.

"Permisi."

"Ya?"

"Apa kita bisa tukar nomor ponsel?"

'Siapa ini?' Pikir Nori saat melihat orang asing di depannya.

"Maaf, tapi aku tidak mengenalmu, dan ini juga termasuk bagian privasi..."

"Ka-Kalau begitu bagaimana kalau kita bermain saat akhir pekan ini?"

"Itu benar, setelah itu kita bisa lebih sering berjalan bersama, kan?"

Kelihatan 2 orang di depannya tidak ingin menyerah segampang itu.

"Hei, bukankah kalian terlalu–"

Tiba-tiba Akaashi menarik tangan Nori menjauh dari sana. "Maaf mengganggu, tapi dia sudah ada janji denganku untuk kedepannya." Nori terlihat sangat terkejut.

"Ayo Nori."

"Ke-Keiji." Nori hanya bisa mengikuti langkah Akaashi begitu dia membawanya berlari sambil menggandeng tangannya.

'Jantungku berisik... Apa ini akan baik-baik saja jika aku menyukainya?'

—————

Sampai akhir hanya ada 1 pemenang, masih dipertimbangkan ya, siapa yang menjadi couple ending.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 21 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bungsu Tsukishima yang Kiyowo [Haikyuu x MaleOC]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang