7. Pandangan ke sekian kalinya

6 1 0
                                    

Angin mulai terasa tenang menyapu dedaunan kering yang berguguran dan berserakan di jalanan aspal.

Dan senja pun sudah menampakkan keindahannya yang berwarna khas kejinggaan, bagi sebagian ciptaannya mungkin itu adalah waktu untuk kembali ke habitat masing-masing, tetapi tidak dengan remaja laki-laki yang kini sedang terduduk di sebuah bangku taman.

Lelaki dengan seragam sekolah yang masih melekat di tubuhnya itu sedang membiarkan maniknya menikmati suguhan sunset cantik nan indah.

Entah apa, siapa, kenapa dan mengapa lelaki itu cukup lama memandangi langit yang tampaknya langit itu pun sudah berubah warna perlahan menjadi gelap.

Ya, itu adalah Tara walaupun dirinya disekolah di cap sebagai cowok ngeselin dan si paling tidak mau kalah, dirinya juga seorang pecinta senja.

Ngomong-ngomong mengenai senja, jadi mengingatkan dirinya ke masa dimana ia dan adiknya sering bermain di taman ini dan menikmati senja bersama.

"Kak Tara lihat deh warna awannya cantik ya," ucap seorang gadis kecil kepada kakaknya seraya menunjuk siluet gumpalan awan kejinggaan itu.

"Iya cantik, kayak adek," gombal sang kakak pada adiknya, yang membuat sang adik tertawa kecil.

Saat ini mereka berdua sedang berada di sebuah taman dekat rumah, beruntung sekali mereka mempunyai wahana bermain yang memiliki pemandangan sangat indah, gratis pula.

"Udah gelap, kita pulang yuk dek takut mama nyariin."

Sesaat kemudian wajah gadis kecil berumur 6 tahun itu berubah seketika, ia mengerucutkan bibirnya tanda tak suka.

Sadar akan perubahan mimik wajah adiknya, anak laki-laki itu terus membujuk sang adik. Hingga akhirnya adiknya itu luluh dalam hitungan detik.

"Tapi besok main ke sini lagi ya kak," pintanya.

"Iya, kak Tara janji" ujarnya seraya mengangkat tangan dan menyatukannya seperti tanda 'promise'.

Gadis kecil itu membalas dengan posisi dan gerakan yang sama, yaitu mengeluarkan jari kelingking. Hingga akhirnya kelingking mereka beradu layaknya seseorang yang berjanji.

Tak terasa buliran air bening terjatuh dan mendarat ke tangan sang pemilik, membuatnya tersadar akan maniknya yang mengeluarkan buliran bening itu. Buru-buru ia hapus takut jika ada yang melihat dirinya menangis.

Di sisi lain seorang gadis sedang menenteng kantong belanja, kelihatannya sangat sibuk karena kedua tangannya berfungsi untuk menenteng dua kantong belanjaan sekaligus.

Gadis itu adalah Ria, ia sedang berjalan pulang setelah tadi sempat mampir berbelanja untuk kebutuhan jualannya yang rencananya akan di pasarkan melalui media online itu.

Jadi ia membutuhkan beberapa alat dan bahan agar produk jualannya itu terlihat lebih menarik dan berinovasi tentunya.

"Berat banget gila, angkot mana lagi dari tadi." Sial, tidak ada angkutan umum yang melintas. Apa karena hari sudah sore dan mulai gelap? entahlah yang Ria pikirkan sekarang ia ingin cepat-cepat sampai rumah.

Jikalau dirinya seorang nobita pasti ia akan meminta doraemon untuk memberi dirinya sebuah pintu yang dimana ketika di buka akan langsung di arahkan ke lokasi tertuju.

Satu ide terpikirkan oleh Ria.

"Oh iya, di depan kan ada taman dan setahu aku ada jalan tikusnya yang terhubung ke kampung" monolog Ria.

Ria mencoba memikirkan matang-matang dan pada akhirnya ia pun memutuskan untuk menuju sebuah gang kecil 100m dari dirinya berada. Itu adalah sebuah jalan alternatif yang ia maksud tadi.

Karena tidak ingin semakin pulang dengan boros waktu alias telat, langkah kakinya mulai ia lebarkan dan ia percepat.

Ria sangat sibuk menenteng tas belanjaannya, sehingga ia tidak sadar dirinya akan berada pada situasi gawat darurat.

"Eh ada cewek, mau kemana nih neng?"

Suara tersebut membuat Ria menghentikan langkahnya dan mendongak menatap dua orang lelaki, satu dengan badan kerempeng dan satunya lagi memiliki perut dengan ukuran melebihi kapasitas dengan penampilan yang acak-acakan layaknya seorang preman.

Tubuhnya kini menegang dan mengeluarkan keringat dingin, ia berusaha untuk tenang walaupun di dalam hati ia terus melafalkan doa berharap keajaiban melindunginya.

"Permisi bang, saya mau lewat"

Langkah Ria pun tidak berhasil, tangannya lebih dulu di cekal oleh salah satu preman dengan perut buncit.

"Buru-buru amat sih neng," tangan nakal preman itu mencolek dagu Ria, yang membuat sang empu menepisnya dengan kasar.

"Gak usah macem-macem, saya bisa aja teriak!"

"Kalo satu macem boleh?," ucap salah satu preman berperut buncit seraya terus memajukan badannya.

Nafas Ria kini tak beraturan, dirinya perlahan mundur dengan tatapan bergantian kepada kedua preman itu.

Takut-takut jika dirinya lengah akan membuat sebuah kesempatan dalam kesempitan untuk kedua preman itu.

"Kok mundur-mundur terus sih neng."

"Tau nih, so jual mahal banget lu," salah satunya ikut menimpali.

Sial seribu sial kembali menimpa Ria, kini di belakangnya sudah tidak ada ruang lagi.

"T-TOLONG!!" teriakkan Ria menggelegar membuat kedua preman semakin berontak melancarkan aksinya.

Sebelum benar-benar mendekatkan wajahnya kepada Ria, tubuh preman itu ditarik kasar dan di tonjok oleh seorang yang secara tiba-tiba datang bak seorang superman yang dikirimkan tuhan untuk Ria.

Mendengar kegaduhan yang terjadi, Ria membuka matanya yang sejak tadi terpejam.

"Tara" monolognya pelan sampai tak terdengar oleh siapapun.

Ternyata takdir masih berpihak baik kepadanya hari ini tuhan mengirimkan malaikat berwujud manusia, dan itu adalah Tara.

"Gak kasian lo berdua sama anak, istri?" ucap Tara kepada kedua preman yang mulai ketakutan itu.

"I-istri saya udah meninggal bang" jawab salah satu preman itu seraya memegang pipinya yang terkena bogeman Tara tadi.

"B-bener tuh bang, istri gua juga lagi hamil" timpal salah satu yang sejak tadi berdiri dengan getaran ketakutan di kakinya.

"Oh jadi lo mau nyusul istri lo gitu?" tanya Tara yang dibalas dengan gelengan cepat.

Beralih ke preman satunya lagi, Tara mendekat dan mencengkram kerah baju preman itu.

"Dan lo udah tau istri lagi hamil, ngapain lo masih godain cewek lain?!"

Tidak ada jawaban, yang ada hanya ketakutan yang menggerogoti preman kaleng-kaleng itu.

"JAWAB SIALAN!"

"O-oke kita berdua minta maaf bang, k-kita khilaf." Jawabnya bersamaan seraya berlutut di kaki Tara.

"Pergi lo berdua!." Titah Tara.

Dan kedua preman itu pun lari kocar-kacir dengan tanda layangan bogeman dari salah satunya.

Sangat tidak adil sepertinya, hanya satu saja yang menerima bogeman. Satunya lagi hanya mendapatkan nasihat singkat dari Tara.

Tapi Tara rasa itu cukup membuat preman kaleng-kaleng itu ketakutan.

Dan sekarang Tara mendekat ke arah Ria, Ria terlihat ketakutan dan panik, itu tercetak jelas di wajahnya.

Tangan Tara memegang pundak Ria "Hei lo gak papa kan?"

Ria melirik ke arah Tara sesaat kemudian dirinya gelagapan "I-iya gua gak papa kok."

Entah mengapa hari ini Ria melihat Tara sangat berbeda dari biasanya, Ria melihat Tara seperti seorang pangeran kerajaan yang menyelamatkan sang putri dari jebakan penculik.

"Woi! Ngapain bengong lo?!."

Ria tersentak dari lamunannya, "ah eh enggak," ucapnya gelagapan.

Tara melirik ke bawah dimana tas belanjaan yang sudah tergeletak dan menimbulkan beberapa barang sudah berserakan di tanah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 25 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

A DREAMER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang