12. berani suka harus berani terluka

13.8K 1.5K 2.2K
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

[●اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ مُحَمَّدٍ●]

Hallow semuanya, apa kabar? Sebelum membaca jangan lupa komen dan vote. Tandai kalau masih ada typo.

🌷Happy reading 🌷

****

Sementara Nina dan Eva menyiapkan perbumbuan, Nisa dibantu umi Maryam membersihkan ikan. Mereka tak banyak bicara, Nisa segan jika harus cerewet di depan nyai nya. Apalagi ini nenek dari manusia tersayangnya. Harus jaga image lah.

“Umi berharap banget Arsya, mau menerima perjodohan ini.” sahut umi Maryam setelah sekian lama diam.

Deg!

Sedikit tertegun, tangan Nisa berhenti, menoleh pelan pada wanita yang fokus pada ikan-ikan yang ia potong.

“Arsya itu, satu-satunya warisan terakhir anak umi.”

“umi berharap dia bisa menerima Aisyah, pilihan yang tepat untuk dia dan masa depan nya.” Umi Maryam menoleh pada Nisa yang terus menatapnya.

“Kenapa, Nisa?”

Nisa tersadar, “ah, nggak papa umi.”

“Menurut kamu gimana?” Tanya umi Maryam.

Nisa tersenyum tipis. “Kalo menurut Nisa, apapun itu, pilihan orang tua pasti yang terbaik.”

“Doakan ya, Arsya dan Aisyah.”

Nisa mengangguk, walau hatinya pilu. Mendoakan orang yang dia cintai bersama orang lain? bukan ikhlas, tapi paksaan.

Aamiin.”

******

Kini keluarga berkumpul di ruangan tamu. Suasana lebih nyaman Setelah mereka saling mengenal satu sama lain.

Nampak Arsyi dan Aisyah mulai akrab, kedua gadis itu membahas berbagai macam berita yang ada di dunia maya.

Para orang tua juga jauh lebih akrab dari sebelumnya, wajah berumur itu tampak senang.

Arsya juga tak secangung saat pertama bertemu. Pria itu duduk berdekatan dengan Aqilah, di depannya ada Arsyi dan di samping Arsyi ada Aisyah.

“Bang, cantik ya,” bisik Aqilah.

“Semua perempuan cantik, dek,” Balas Arsya.

“Cantiknya kak Ais, nggak ngebosenin.”

“Kamu juga Cantiknya nggak ngga bikin bosan.” Kekeh Arsya.

Aisyah berdecak pelan, salah tingkah. “Serius deh, Qila pengen tau pendapat abang tentang kak Ais?”

Hmmm…” Arsya berfikir sejenak sambil melirik ke arah Aisyah.

Kemudian Nisa dan dua teman-teman datang membawa hidangan untuk di santap bersama.

Otomatis nerta Arsya teralihkan.

“Dari 1-10 berapa?”

Sempurna.” gumam Arsya.

“Wah, berarti abang setuju dong?” Tanya Aqilah mengalihkan kembali perhatian Arsya pada adiknya.

Arsya mengejap pelan, seperti orang linglung. Aqilah sudah menaik-turunkan alisnya menggoda abangnya itu.

“Nah ini kenalin, santri-santri kesayangan saya semua.” Sahut umi Maryam memperkenalkan Nisa dan kawan-kawan nya.

Cinta di langit ArsyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang