BAB 1 : Awal Baru

7.1K 930 315
                                    

Aku kembali, happy reading 🌻

***

Bruuuuuum!

Bersamaan dengan suara menggema tersebut, tampak sebuah mobil terparkir dengan sembarangan di halaman rumah yang terletak cukup jauh dari pemukiman. Membutuhkan sedikit lebih banyak waktu untuk sampai ke rumah itu di saat orang-orang pada umumnya sedang terlelap dalam tidur.

Beberapa orang yang sedang duduk di teras depan langsung bangkit ketika melihat sosok yang telah mengendarai mobil dengan sembarangan di kawasan mereka.

Dia adalah Lea yang sedang diselimuti oleh emosi. Dia datang untuk mencari suaminya yang masih asik kelayapan sampai pukul satu dini hari.

“Mana si Leo?!” tanyanya dengan nada penuh amarah kepada salah satu pemuda yang dia kenali. Jika sedang berada dalam dunia kartun, mata Lea mungkin akan digambarkan dengan api yang berkobar-kobar, siap membakar siapa saja yang dia tatap.

“Eh, sabar dulu atuh, Lon, sabar,” ujar Daffa, si biang kerok yang telah membocorkan keberadaan Leo.

“Kalau sabar gue bisa dijadiin emas, mungkin gue udah jadi orang kaya di muka bumi ini!” sentak Lea tanpa rasa takut sedikitpun apalagi saat ini beberapa pasang mata dari orang-orang yang senang membuat onar sedang ikut menatapnya.

“Minggir lo!” Lea mendorong bahu Daffa lalu menerobos masuk ke dalam rumah yang penuh dengan suara musik dan orang-orang yang asyik mengobrol.

Tidak ada orang yang berani menahannya meski berpotensi berakhir dengan drama rumah tangga, karena hal seperti ini bukan sekali dua kali Lea lakukan. Leo— suaminya, dari awal menikah sampai punya anak memang sangat senang sekali membangunkan banteng betina yang sedang tidur. Selalu ada saja tingkahnya yang membuat Lea sakit kepala.

“SAEPULOH!” Lea langsung berteriak nyaring begitu netranya melihat keberadaan orang yang sedang dicarinya.

Di hadapannya, Leo sedang asyik tertawa dengan satu gelas berisi cairan merah di tangannya. Seperti disambar petir di siang bolong, suara nyaring Lea langsung menyambar telinganya.

“Aduh!” Leo bergumam, sebelum buru-buru bangkit dan menghampiri Lea.

Tanpa tinggal diam, begitu Leo di hadapannya, Lea langsung menjewer telinga bapak satu anak itu lalu menyeretnya keluar.

“Aduh, aduh, aduuuuhhh! Sakit, Ya!” sontak saja Leo meringis kesakitan. Harga dirinya yang di mata orang-orang terlihat menyeramkan karena menjadi salah satu anggota geng, tapi di mata Lea, dia bukanlah apa-apa, hanya seonggok daging diberi nyawa yang ditakdirkan untuk hidup bersama wanita itu.

Setelah cukup jauh dari hiruk pikuk teman-teman Leo yang berisik, Lea melepaskan jewerannya. “Gila lo ya?! Jam berapa sekarang?” hardiknya penuh emosi.

Kalau saja sosok di hadapannya saat ini adalah sebuah bakso, mungkin sudah dia telan bulat-bulat.

“Gue kasih izin lo buat main bukan berarti bisa pulang seenaknya!” omel Lea lagi tanpa memberikan kesempatan kepada Leo yang sudah membuka mulut siap menjawab pertanyaannya.

“Pinter lo ya, hp sengaja dimatiin biar gak direcokin kan?!” Lea masih belum puas memuntahkan amarahnya. Siapa yang tidak kesal, disaat dia sibuk merawat anak, Leo malah asik-asikan main sampai lupa waktu. Menurutnya, kontribusi Leo dalam membantu merawat anak yang tidak sengaja mereka berdua hadirkan lebih cepat, hanya kurang dari 50%, tapi herannya Cio malah lebih nempel dengan Leo.

Leo langsung menggelengkan kepala. “Nggak, sumpah, batrenya abis.”

“Halah alesan aja lo, ayo pulang!” Lea kemudian menyeret Leo untuk masuk ke dalam mobilnya yang terparkir di belakanh tubuh laki-laki itu.

[Not] A Secret Relationship Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang