BAB 2: Si Anak Singa

7K 931 309
                                    

Halo naks, aku kembali lagiiii
Jangan lupa follow aku ini yupss

Happy reading 🌻🌻🌻
***

Selesai membantu menyiapkan sarapan, Mama Irene kembali ke kamar untuk membersihkan tubuhnya. Beberapa saat kemudian ketika dia sedang mengenakan kerudung, tiba-tiba terdengar suara anak kecil yang baru saja bangun dari tidur lelapnya.

“Nek,” panggil Lucio yang sudah duduk di atas ranjang sambil mengucek mata. Pipi dan hidungnya tampak merah menggemaskan. Ditambah lagi dengan rambutnya yang sedikit acak-acakan.

Mama Irene segera berbalik. “Eh, sayangnya nenek udah bangun?” sapanya dengan ceria. Dia pun bergegas menghampiri Lucio.

Dipeluklah cucu kesayangannya itu seraya diberikan banyak kecupan sampai membuat Lucio menggeliat risih.

“Papi mana, Nek?” tanya Lucio setelah berhasil terlepas dari pelukan sang nenek.

Lihatlah, meski jarang menghabiskan banyak waktu dengan Leo, anak itu tetap mencari keberadaan ayahnya.

“Papi ada di kamar, masih tidur. Cio mau ke Papi?”

Lucio mengangguk lucu. “Heem.”

Okay, ayo kita bangunin Papi.”

Tangan mungil Lucio pun digandeng oleh sang nenek menuju kamar ayahnya. Untung saja anak itu tidak rewel ketika bangun tidur.

Lucio adalah anak yang sangat manis, siapapun bisa langsung menyukai anak itu. Di usianya yang sekarang, Lucio sedang aktif bertanya dan meniru siapa saja yang dia perhatikan, sampai untuk sekedar panggilan 'Papa' pun Lucio mengikuti teman-temannya yang memanggil 'Papi'. Dulu saat pertama kali panggilan itu tercetus, Leo sempat dibuat kaget, bahkan beberapa kali dia mengoreksi panggilan itu namun tetap saja Lucio memanggilnya 'Papi' hingga sekarang.

***

Di dalam kamar yang tidak terkunci, Lucio langsung naik ke atas tempat tidur lalu merebahkan tubuhnya di punggung Leo yang masih asyik bergelung di balik selimut.

“Ayo bangunin Papinya, Dek,” ujar Mama Irene seraya memperbaiki tatanan rambut Lucio yang sengaja dibuat agak panjang melebihi alis.

Namun Lucio tetaplah Lucio yang sangat pro terhadap ayahnya. Alih-alih membangunkan Leo, anak itu malah menempelkan pipi di punggung telanjang sang ayah yang terasa hangat seraya merentangkan kedua tangan memeluk punggung lebar itu, meski sayangnya tidak sampai.

“Gak boleh, Papinya masih capek abis sekolah,” celoteh Lucio dengan polosnya.

Mendengar penuturan itu membuat Mama Irene menahan diri untuk tidak mencebik, padahal kemarin Leo malah asyik main, bukan kuliah.

“Hari ini Papi sekolah lagi gak, Nek?”

“Nggak, sayang.”

“Kalau aku sekolah lagi gak, Nek?” tanya Lucio lagi kali ini sambil menguap.

Bibir Mama Irene tersungging tipis kemudian dia mengulurkan tangannya kembali guna mengelus kepala Lucio, sepertinya anak itu masih mengantuk. “Kan sekarang hari minggu sayang, berarti sekolah Cio libur juga.”

“Berarti boleh makan ice cream dong, Nek?”

“Eummm ....” Mama Irene membuat gestur seolah sedang berpikir. “Nanti tanya sama Mama dulu ya?”

“Terus Mama Leanya di mana?”

“Mama ada di bawah, Cio mau ke mama?”

Lucio menggelengkan kepalanya dengan bibir cemberut. “Nggak mau,” jawabnya.

[Not] A Secret Relationship Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang