Bab 3 - Hate or Love?

323 41 4
                                    

Gadis itu keluar dari mobilnya, tangannya membetulkan topi yang tengah ia pakai. Mencoba memahami apa yang ayahnya inginkan.

Kini sepatu snickers nya berpacu dengan lantai ubin. Memasuki rumah yang sangat familiar baginya. Tentu, ini adalah rumah sang ayah. Detak jantungnya seirama dengan tergesa-gesa nya suara sepatunya.

Matanya menatap sang ayah yang terduduk santai di sofa, sambil membaca majalah. Ia mendekati laki-laki paruh baya itu.

"Ayah.. aku pulang."

Sang ayah mendongak, dan tersenyum senang. Ia meletakkan majalah nya. Lalu menepuk sofa samping nya, mengisyaratkan agar gadis itu bisa duduk di sampingnya.

"Ayo, nak. Duduklah." Ajak nya.

Sooji mengangguk dan terduduk di sampingnya. Dan bersandar di sofa.

"Anakku.."

Gadis itu mendongak ketika namanya dipanggil. "Kenapa, yah?"

Sang ayah tersenyum dan mengelus rambut anaknya dengan lembut. "Kamu tau perusahaan Baek, kan?"

Pertanyaan itu membuatnya bingung. "Te.. tentu saja aku tahu, sekarang Harin memegang perusahaan itu."

"Kamu masih berhubungan dengan gadis itu, anakku?" Tanyanya sambil melepaskan tangan nya dari Sooji, tatapan menelisik nya pada Sooji membuat gadis itu tak nyaman.

Gadis itu terdiam. "Tentu, kenapa, yah?"

Tuan Sung sekaligus ayahnya itu menghela napas. "Kamu tau Baek, kan? Tau segimana nya mereka pada kita dulu?"

"Tapi Harin bukan mereka, Ayah. Bahkan, Harin juga korban dari kekejaman mereka, ayah!" Sooji tampak mulai tak nyaman dengan topik ini.

"Tapi dia tetap keluarga Baek, nak." Suara Tuan Sung seperti tampak putus asa.

"Harin bukan salah satu dari mereka lagi, setelah aku menikah dengannya, ayah. Dia akan mendapat marga Sung."

Tuan Sung mengepalkan tangannya dan memegang kerah baju Sooji. "Tapi bukankah dulu ia jahat padamu, nak? Dia pembully, bagaiman bisa kamu dekat dengan nya. Berpacaran?"

"Ayah benci keluarga Baek.. karena mereka-" suaranya serak dan kedua tangannya yang menggenggam kerah Sooji tampak memutih saking kerasnya ia genggam. "Mereka.. membunuh ibumu, nak. Kamu gak ingat itu?"

"Tentu saja aku ingat ayah, walaupun itu waktu kecil, aku benar-benar bisa melihat dengan mata kepalaku sendiri.." Sooji memegang kedua tangan ayahnya yang ada di kerahnya.

"Lalu? Harin adalah orang yang membuat mu hampir mati kan? Saat di sana, di Paint-ball.."

Sooji menggeleng, "bukan dia, Ayah.."

"Ayah tau, tapi ini masih ada hubungannya dengan dia. Ayah sudah kehilangan ibumu, jangan sampai ayah juga kehilangan dirimu, Sooji."

Gadis itu mengelus tangan ayahnya. "Selain aku, ayah juga punya kak Bona, kan?"

Tuan Sung mengatupkan bibirnya, dan mencoba terkekeh. "Ah, iya, benar, dia. Aku masih memiliki dua anakku yang ku sayang."

_-_-_-_

"Sayang.. Sooji kemana sih, ya? Harin nya di tinggal gitu aja." Sambi membuat pose berpikir.

"Eh, tapi setidaknya ada Ji ae sih di situ," lanjut nya sambilan menatap Bona, yang ternyata tampak melamun.

Bona menatap jalanan di depan, saat ini dan Doah telah di mobil, dan auto-drive ke rumah mereka yang telah mereka beli saat sebelum menikah. Padahal Doah sedari tadi menceritakan banyak hal, namun Bona seperti tak mendengarnya.

"Sayang.."

"Bona Sayang~"

"Sayang."

Doah menggoyangkan tubuh Bona. Dan agak membesarkan suaranya, "Sayang!"

Bona berdeham dan mengerjapkan matanya, menatap Doah yang ada di kursi sampingnya. Dengan senyuman seolah-olah tak terjadi apapun, "apa sayangku..?"

Doah menyernyit heran, sebenarnya dia merasa aneh. Namun ia mencoba menekan hal itu. Wajahnya cemberut.

"Kamu dengerin aku gak sih?" Rengeknya.

Bona hanya tampak tekekeh dan membawa tubuh Doah ke pangkuan nya, tubuh gadis itu dihadapkan ke arah Bona. Doah hanya menerima perlakuan itu. Pinggang nya di peluk erat oleh Bona, kesayangannya.

"Maaf, Hm? Aku mendengarkan kamu kok."

Doah memanyunkan bibirnya, "hng.. jangan melamun.. kalau kamu kepikiran sesuatu, kita omongin, ya? Jangan pendam sendirian."

Pipinya ditangkup oleh yang lebih muda dan yang lebih tua hanya terkekeh.

"Siap, tuan putri!"

Perlahan bibir Doah terangkat menjadi membentuk senyuman. Bona menggesekkan hidung nya dengan Doah. Mata mereka saling memandang dan kepala mereka miring. Bibir lembut milik Doah perlahan bersentuhan dengan bibir tebal Bona.

Doah mengalungkan tangannya ke leher Bona, suara decakan di dalam mobil yang bisa berkendara secara otomatis itu. Bona mengusap punggung gadis yang ada di pangkuan nya itu.

L

enguhan kecil yang terdengar imut bagi Bona keluar dari bibir Doah saat lidahnya melesak masuk. Tangan Doah yang melingkar mengusap tengkuknya yang sensitif.

Ciuman itu dengan lembut terlepas saat oksigen keduanya menipis. Suara engah dari keduanya terdengar. Ibu jari Bona mengusap bibir bengkak dan basah milik Doah karena ciuman barusan.

"Doah.. apapun yang terjadi kedepannya, kuharap kamu percaya padaku, ya? Percaya padaku, kalau aku selalu mencintaimu, Kim Doah."

Gadis berkacamata itu menatap manik mata Bona yang terlihat serius dan tampak menutupi sesuatu. Walaupun begitu ia berharap Bona memberitahukan apa yang terjadi padanya. Tidak ada rahasia yang di simpan oleh dua orang yang sudah menikah.

Tangannya mengelus leher Bona, senyum lembut nya dapat membuat kekhawatiran Bona melebur. Kecupan singkat di bibirnya, di keningnya, di pipi, dan juga hidung nya Doah berikan.

"Iya, sayang. Aku bakal percaya kamu, apapun yang terjadi. Kamu juga, percaya sama aku, ya? Aku mencintaimu, Kim Bona."

Mereka saling tersenyum. Setidaknya Bona bisa melupakan kegelisahan hatinya untuk sementara waktu.

"Aku gak akan biarkan mereka menyentuh kamu, Doah. Aku bakal lindungin kamu, meski nyawa aku taruhannya."

Just You and Me 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang