Bab 2 - Let's Start

382 42 16
                                    

Seo Do Ah POV.

Ketika mendengar kata pernikahan, apa yang ada di pikiran kalian?

Bagiku, pernikahan adalah hal sakral. Ya, karena pernikahan adalah hidup bersama pasangan sampai yang Mahakuasa mengambil kamu kembali ke pangkuan nya. Seserius itulah pernikahan bagiku.

Sebuah janji suci yang kita ucapkan dengan lantang, tanpa ada rasa ragu. Keteguhan hati dalam menjalani kehidupan yang akan lebih berat dari orang pacaran.

Walau begitu aku percaya aku bisa menjalani nya dengan rasa yang kamu genggam bersama. Iya kan?

POV End.

_-_-_-_

Kim Bona POV

Reuni? Tak pernah kupikirkan kalau aku akan menerima interaksi di luar pekerjaan. Tapi ini rasanya nyaman. Terlebih di samping ku sekarang ialah istri ku yang selalu bersamaku, membantuku yang tak menemukan jalan keluar.

Sungguh aku mencintai nya, kuharap ke depannya, hubungan kami akan semakin erat. Dan tak akan lagi rintangan yang dapat menggoncangkan hubungan kami. Hubungan yang didasari oleh kepercayaan pastinya akan tetap kokoh, dan aku percaya padanya.

Sungguh harapanku hanya itu, hidup bersama nya hingga hari tua. Itu tak sulit, kan? Saat-saat bersama itu lah yang membuatku ingin menjaga nya. Dia duniaku. Kehidupan ku berporos padanya, tanpa dia, tanpa Doah, aku hanyalah ruang hampa tak berbobot.

Sungguh, rasanya aku menyesal tak menemukan nya dari dulu. Juga sebenarnya aku ingin keluar dari dunia bawah yang gelap. Tapi satu yang aku tau, jika pun aku keluar, dunia itu tetap mengejar ku. Membahayakan diriku dan keluarga ku, aku.. takut. Takut itu akan terjadi.

Itu tak akan terjadi kan?

POV END

_-_-_-_

Reuni ini membuat kehangatan itu selalu ada. Sebenernya Harin, Sooji, dan Doah satu kampus, namun beda jurusan. Tapi emang kesibukan masing-masing yang membuat jarang bertemu. Jika Yerim, Ji ae, Jaeun juga Jaehyeong kampus sebelah, tak terlalu jauh.

"So, gimana, Ji ae, gue liat-liat rame nih," ujar Jaehyeong yang mengaduk-aduk minumannya yang baru saja datang. Dan menyesap nya.

"Iya loh, ternyata lu ada jiwa pembisnisnya," sahut Sooji.

Ji ae terkekeh malu dan bersandar pada sandaran kursi. "Udah dong," rengek Ji ae.

Yerim tersenyum tipis menatap Ji ae, dan memakan sesendok cake yang ia pesan.

Saat mereka akan kembali bicara, suara telepon dari Sooji berdering. Sooji mengambilnya dan ternyata yang menelepon adalah sang ayah. Yang lain senyap agar tak mengganggu.

"Angkat, sayang." Kata Harin sambil menyenggol lengan Sooji.

Sooji mengangguk dan mengangkat telepon tersebut. "Halo, yah?"

"Halo nak, kamu sedang di mana?"

"Ah, aku sedang di restoran, ada reuni bersama teman-teman ku." Sooji menggenggam erat handphone itu.

"Reuni? Bisakah kamu ke sini, ke rumah. Ayah kangen, tapi hanya kamu, jangan ajak yang lain, termasuk pacar kamu. Ayah cuman mau berdua sama anak ayah."

Gadis itu mengangguk walaupun ayah ya tak melihatnya. "Um.. baiklah."

"Terimakasih, nak."

Panggilan itu terputus, lalu Sooji memasukkan nya ke dalam saku jaket nya.

"Sayang, aku mau ke rumah ayah dulu, kamu di sini dulu, ya? Nanti aku jemput kalo kamu mau pulang."

Bibir Harin mengerucut, "mau ikut~"

Melihat itu yang lain memasang wajah serasa ingin muntah. Sedangkan, Bona dan Doah hanya terkekeh menatap tingkah laku mereka.

"Diem kalian." Dengan melotot Harin menatap teman-temannya.

"Aku cuman sebentar kok," ujar Sooji sambil mengelus pipi Harin. Dan tersenyum, kemudian mengecup puncak kepala nya sembari bangkit berdiri, lalu mencium bibir indah gadisnya. Walaupun Harin tak mau ditinggal, ia mengangguk dengan wajah sedihnya.

"Yaudah, guys! Gue balik dulu, ya. Ada urusan bentar," pamit Sooji.

"Awas jangan melipir," sahut Jaehyeong.

"Jae," senggol Jaeun.

"Hati-hati, Ji." Lanjut Jaeun dengan senyum tipis.

Bona melirik Sooji, yang mengangguk lalu menepuk pelan bajunya ketika melewati nya. Bona hanya dapat diam, dia tahu sesuatu akan terjadi jika dirinya tak mencari tahu sesuatu.

Ting!

Gadis itu menatap handphonenya dari ujung mata nya. Lalu mengeceknya. Melihat Doah masih fokus mengobrol dengan yang lain.

Matanya menahan saat melihat pesan yang tertera. Dahinya mengerut, ketika nomor yang tak dikenal masuk dengan kata-kata yang menurut nya ancaman.

"Bersiaplah, Kim Bona. Semuanya akan hancur."

Matanya menatap keluar, mobil Sooji sudah tak ada di parkiran. Pikirannya jadi kalut. Tubuhnya bangkit berdiri, dan melangkah tanpa disadari sang istri. Walaupun Jaeun melihatnya keluar dari restoran.

"Eunseo. Tolong lacak nomor telepon ini yang gue kirim. Secepatnya!" perintah Bona saat ia berhasil menelpon Eunseo di luar restoran.

"Okeh, secepatnya gue lacak," jawab Eunseo. Lalu telepon terputus.

Bona mondar mandir di dekat mobilnya. Ia tahu bahwa tak mungkin itu pesan ngawur yang tak sengaja masuk. Namanya jelas-jelas tertera. Dia tak takut untuk menghadapi nya, hanya saja, ia takut akan membahayakan teman-teman nya, terutama Doah, sang istri.

Ting!

Pesan dari nomor yang berbeda. Ini semacam teror. Tangannya mengepal saat membaca itu. Siapa yang berani-beraninya menyenggol amarah nya. Tapi apa tujuan orang ini sebenarnya?

"Gak seru dong, kalau saya sampai ketahuan. Jadi ayo bermain-main sebentar, okay?"

Just You and Me 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang