Bab 4 - Bona is an Innocent Girl~

341 44 15
                                    

Sooji tengah fokus bermain PlayStation 5 nya yang baru-baru ini dia beli setelah bekerja paruh waktu bersama sang kakak, Bona! Dia ingin refreshing rasanya.

Namun, dari belakang leher nya dirangkul. Ia tahu siapa. Dia tersenyum tipis, dan mengelus lengan itu.

"Sayang~" rengek gadis itu. Sooji tengah duduk di karpet, dan gadisnya itu memeluknya dari belakang.

"Iya, Harinku sayang? Sini sini.." Sooji menepuk ruang di antara pahanya. Dengan girang Harin duduk di tempat yang Sooji berikan.

"Sayang.. aku nya mau main juga, jangan dicuekkin," keluh Harin, sambil bersandar di dada Sooji.

"Loh, kamu mau nyoba main? Susah loh kontrol nya. Emang bisa?" Tanya Sooji dengan senyuman mengejek.

Gadis itu menepuk paha Sooji kesal, hal itu membuat Sooji mengaduh.

"Darling.. atit.. jangan gitu," kata Sooji mengusap pahanya. Matanya berair, melihat itu Harin panik, dan duduk menghadap nya.

"Oh sayang, bayik.. jangan nangis."

"Atitt.."

Sooji meletakkan stik PS nya dan merajuk, Harin tentu tak tinggal diam. Dia sedikit menunduk, dan menggapai paha Sooji yang ia tepuk, mengecup nya.

"Sakit.. hilang ya.. jangan buat Sooji sakit." Setelah dikecup Harin mengelus pahanya. Gadis bermarga Sung itu merinding dengan sentuhan itu. Mencoba menetralisir jantung nya.

"Udah. Udah sayang, udah ndak atit." Senyumnya melebar, dan Harin merasa lega.

Tapi terhenyak saat tubuhnya melayang, dan punggungnya menghantam lembut sofa. Dia di angkat oleh gadis dominan yang kini sedang di atasnya. Matanya membulat melihat tatapan Sooji.

"Kamu sih.. aku kan jadi holni.." Sooji mengerucutkan bibirnya. Tubuhnya berada di antara paha Harin yang yang terbuka.

"Astaga.. Bayik mau minta jatah, hm?" Dua tangan Harin yang lentik menyentuh kedua pipi Sooji lembut. Yang dijawab anggukan putus asa.

"I am yours.."

_-_-_-_

Ji ae mengetik di laptop-nya, tentu ia sedang mengerjakan laporan keuangan untuk restoran nya hari ini. Mengalami peningkatan dari hari biasanya.

Ia tersenyum puas, jerih payah nya berbuahkan hasil. Ia meregangkan tubuhnya. Dan bersandar, ia duduk selonjoran di bawah sofa.

"Gimana, Ji ae? Peningkatan?" Tanya seseorang yang baru saja datang dengan dua gelas minuman berwarna kekuningan, bisa di tebak jika itu adalah minuman jeruk.

"Iya dong, Yer. Gue gitu loh.."

Seseorang itu Yerim, dan ia duduk di samping Ji ae, lalu memberikan minuman satunya pada gadis berkacamata itu.

"Yee, itu kan saran gue." Kata Yerim sambil menyalakan televisi.

"Iya deh, Nyonya.." Pyo Ji ae, gadis itu hanya terkekeh, dan meminum gelasnya.

Keduanya menatap televisi, dan berganti ke berita.

"Eunjung kembali memenangkan pertandingan kejuaraan, dan kini tingkat internasional cup-"

Ji ae langsung mengganti ke channel lain saat nama itu kembali terdengar. Yerim hanya terkekeh menatap Ji ae. Takut Yerim akan sakit lagi mendengar itu.

"Tenang, Ji. Gue udah lupain mantan kok, lagian media juga gak tau aslinya dia gimana, yah diagung-agungkan lah."

Gadis berkacamata itu menghela napas dan tersenyum, remote televisi di letakkan di meja. Dan ia membawa gadis itu ke pelukannya.

"Gue takut, Lo sakit lagi. Tapi gue lega, li udah gakpapa."

Gadis itu membalas pelukan Ji ae, dan terkikik. "Bukan karena Lo cemburu, kan, Ji ae?"

_-_-_-_

"Oi oi.. lihatlah pasangan ini, sama ayah sendiri lupa."

Ketika ketukan pintu terdengar, Doah dan Bona buru-buru membuka pintu, setelah melihat dari jendela siapa yang datang. Mereka tersenyum, dan membuka pintu untuk laki-laki paruh baya yang baru saja datang.

"Ayah, kok ayah gak bilang mau ke sini?" Tanya Doah dengan senang, lalu memeluk ayahnya.

"Ayah mau kasih kejutan dong." Jawab sang ayah, dan kemudian pelukan ku terlepas, "udah jangan lama-lama peluk nya, nanti ada yang cemburu."

Bona yang tahu sedang digoda hanya tertawa. "Masa aku cemburu sama mertua sendiri, sih, ayah."

Mereka bertiga tertawa bareng, dan duduk di ruang tamu. Ternyata tuan Seo baru saja pulang dari Australia, selesai dari perjalanan bisnisnya. Dan membawanya beberapa oleh-oleh untuk keduanya.

"Ayah ini banyak banget," keluh Doah.

"Buat sebulan bisa lah, ini daging enak loh." Ayahnya terkekeh dan memberi jari jempolnya.

"Iya sayang, gakpapalah, sekali-kali dapat oleh-oleh yang banyak, ya, kan, Ayah?" Bona menaik turunkan alisnya.

Mereka berdua bertos ria. Doah hanya cemberut.

"Yaudah, aku taruh di kulkas dulu deh." Doah beranjak meninggalkan Bona dan tuan Seo di ruang tamu.

Setelah melihat Doah memasuki dapur, tuan Seo kembali serius menatap Bona. Sadar dengan itu, Bona mengangguk.

"Saya memegang akun KakaoTalk Doah, dia memakainya tapi jarang dilihat. Jadi saya cek, dan mendapatkan pesan yang sama, berupa ancaman. Untung Doah tak membacanya," jelas Tuan Seo.

Bona mengangguk, "tapi apa tidak apa, jika begini, ayah?"

Tuan Seo tersenyum menenangkan, "untuk saat ini saja. Kamu jaga Doah, ya. Kamu setidaknya tenang saja."

"Oh iya.. kamu sama Doah kapan ngasih cucu ke saya?" Tanya Tuan Seo mengalihkan topik agar suasana kembali mencair.

Waja Bona memerah ketika mendengar itu. "Anu.. saya belum siap.."

Tuan Seo menyernyitkan dahinya. "Hah? Belum siap? Jadi kamu selama semingguan ini kurang lebih belum pernah? Malam pertama juga belum?"

Gadis itu hanya menyengir dan menggaruk kepalanya yang tak gatal. "I.. iya."

"Astaga! Kenapa?!" Lama-lama tuan Seo bisa borak menghadapi dua sejoli ini.

"Gak ngerti, aku takut gak ngasih yang terbaik.."

"Kamu. Astaga, haish," gerutu Tuan Seo. "Umur saja tua, pengalaman masih polos. Tinggal liat film lah, saya dulu juga gitu."

"Eh.." tuan Seo langsung menutup bibirnya dengan telapak tangan nya. Wajahnya begitu tertekan saat ia menyadari bahwa ia keceplosan.

"Jadi ada filmnya?" Tanya Bona polos.

Just You and Me 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang