Bab 2

224 31 1
                                    


Harry melihat lebih cermat.

Malfoy meninggalkan Eeylops, detektif sebelumnya mencatat. Tidak ada saksi lain. Ada wawancara dengan istri Malfoy, Astoria Greengrass, yang melaporkan Malfoy hilang setelah dia tidak pulang ke rumah malam itu. Wawancara yang biasa, pikir Harry, membaca transkripnya. Astoria tampak 'dalam keadaan tertekan' dan terbukti yang tidak banyak berguna. Meskipun demikian, dia membacanya berulang-ulang. Mengunjungi pensieve berulang-ulang sampai dia menghafalnya, sampai dia hafal naskahnya.

"Apa yang bisa saya bantu?"

"Aku butuh seekor burung hantu. Kecepatan tidak sepenting akurasinya."

Si penjaga toko, memainkan perannya sebagai pria pascaperang yang bertemu dengan Pelahap Maut pascaperang. Kata-kata yang terpotong dan bahasa tubuh yang kaku yang mengatakan aku tau siapa kamu, tetapi aku terlalu baik untuk memberitaukan itu.

Draco Malfoy, juga memainkan perannya. Tidak boleh terlihat terlalu kurang ajar atau menuntut, pikir Harry, sambil memperhatikan Malfoy untuk kesepuluh kalinya saat ia meraih burung hantunya. Harus menunjukkan rasa hormat yang tepat; itu terlihat dari nada netralnya yang sopan, dari caranya menjaga bahasa tubuhnya tetap minim dan terkendali. Tidak menarik perhatian, tidak membuat gerakan yang berani atau berlebihan. Aku juga tau siapa diriku, dan aku lelah dengan orang-orang yang memberitaukan itu.

Ia mengamati memori itu lagi. Sebelas kali secara total, dan tidak ada hasilnya. Ini adalah bagian tersulit dari memecahkan kasus, pikir Harry. Memulai Mencari sesuatu, tetapi tidak ada yang tau apa itu. Ini seperti mencoba menemukan buku tanpa mengetahui judul ataupun penulisnya.

Buku...

Hermione.

Dia memutuskan untuk mengunjunginya besok malam.

💐💐💐

"Kamu butuh bantuanku?"

Hermione tau, pikirnya, begitu ia melihatnya berdiri di perapiannya. Ron sedang pergi bertugas semalaman; meskipun demikian, makan malam sedang dimasak di atas perapian dapur dan Harry berasumsi ia diundang untuk tinggal tanpa sepatah kata pun dari Hermione.

"Kau penyihir terpintar yang kukenal."

"Jangan mulai," katanya sambil tertawa. "Aku selalu mendengar itu dari Ron ketika dia butuh bantuan melacak artefak atau ramuan Kuno."

Harry tersenyum kecut padanya dan melangkah masuk ke area dapur, meletakkan berkas itu di meja dapur. Sebaiknya dia langsung ke pokok permasalahan, pikirnya. Mereka saling mengenal dengan baik untuk menghabiskan waktu berdebat tentang suatu topik.

"Draco Malfoy."

Hermione terkejut. "Apa? Kau melihatnya?"

"Tidak. Itulah masalahnya."

Alisnya berkerut, meski hanya sesaat. Kemudian dia melirik berkas itu dan mengingatnya. "Oh, Harry," katanya, tampak jengkel. "Mereka tidak menugaskanmu untuk mengurus berkas itu, kan?"

Dia mengangguk dan menarik kursi, lalu duduk.

"Oh, sejujurnya." Hermione mendesah. "Kau pikir mereka akan lebih waras. Yah, kalau kau meminta Holdsworth untuk mentransfer berkas, aku yakin-"

"Aku bisa bersikap objektif, lho," kata Harry, sedikit kesal. "Lagipula, ini pekerjaanku. Memecahkan kasus."

Hermione menatapnya, mengangkat alisnya, dan kemudian berbalik untuk menyibukkan diri dengan teko.

"Teh?"

"Kamu tidak percaya padaku."

"Ya, kau mau Teh?"

Running on air Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang