[02] Haura

23 4 3
                                    

Boring banget. 

Haura juga masih bingung dari kemarin gak ada yang seru, mulai dari berangkat sekolah, sampai besoknya berangkat sekolah lagi. Kehidupannya berjalan terasa begitu lambat dan membosankan karena terus mengulang hal yang sama. 

Berasa jadi budak korporat, padahal kerjaannya kalau gak sekolah ya ngegame. Kalau di Twitter dah di hujat si Haura nih. 

Mana nyokap nya dari kemarin marah-marah terus, "HAURA MAU KEMANA LAGI LU" tuhkan belum apa-apa juga udah diteriakin. 

Padahal kan tadi pagi dia udah bilang mau main. 

"Mau main mah, bentar doang sama hani kok" seru Haura di ambang pintu ruang tamu, ia menghela nafas kasar siap-siap kena semprot lagi ini mah. 

"Main apaan? dari kemarin kerjaan lu main aja, liat nyokap lu dirumah ada niatan ngebantuin juga kaga lu kalau mau jadi anak durhaka gak usah setengah-setengah lu. SEKALIAN AJA JUAL NIH SERTIFIKAT RUMAH." 

Haura memejamkan matanya sesaat, bingung nih kalau mamahnya udah kaya gini maunya dingertiin terus "Ya Allah mah, Haura kan bilang mau main bukan kabur dari rumah" Haura mencoba untuk tidak meninggikan suaranya sama sekali. 

Tapi kayanya kalau dari telinga orang tua apapun yang diucapkan anaknya udah berasa kaya bisikan syaitonnirojim. 

"BERANI LU SAMA GUE SEKARANG? EMANG ANAK KAGA TAU DI UNTUNG BALIK AJA LU KE BEKASI SONO" 

Polusi suara terus nih tiap hari kayanya. 





Toko usang dengan papan nama sederhana bertuliskan "Cicada's Book" menjadi satu-satunya tempat Haura bisa menenangkan pikirannya yang berkecamuk dalam perjalanan tadi. 

Kalau udah kaya gini rasanya Haura gak pengen pulang, nginep di warnet 24 jam juga dia jabanin dah. 

Sebenernya yang bikin nyokapnya marah-marah tuh emang bukan Haura, pikirannya aja lagi kacau kayanya. Tapi malah Haura yang dimarah-marahin, anakmu ini salah apa mak. Dia baru pulang sekolah aja disangka habis luntang-lantung gak jelas. 

"Ngapain diem di depan toko?"

Seruan lembut dari Hani akhirnya membuat Haura tergerak untuk masuk ke dalam, "Ini toko apa kuburan sepi amat dah"

Pintu yang semula terlihat usang itu kini mulai menarik perhatiannya saat ia masuk kedalam nya, menampakkan ruangan yang dipenuhi dengan buku-buku yang tertata dengan rapi di rak, meski memang ada beberapa buku yang berserakan di lantai. 

Harum buku-buku lama mulai menyentuh indra Haura, suasana lembap dengan aroma semerbak kayu yang khas membuat perasaannya terasa lebih damai ketika menelusuri rak demi rak buku itu. 

"Rame kok!" Hani membantahnya seolah tak terima dengan ungkapan gadis bergaris mata kucing itu. 

"Rame penunggunya maksud lo?"

Hani mendorong pelan bahu Haura, "Lu jangan macem-macem sama toko gue ya" Gadis itu kini mengeluarkan beberapa lembar kertas yang berisikan nomor ponsel dan nama toko yang tengah di elu-elukan oleh sang empunya. 

"Apa nih mau promosi?" tanya Haura bingung. 

Ia menarik bangku kosong disebelahnya untuk mendengar penjelasan lebih dalam dari Hani. 

"Iyalah, promosi biar orang-orang pada dateng kesini."

"Alah kata lu dah rame ni tempat"

Hani terdiam, tak lama kemudian ia menukikkan kedua ujung bibirnya kebawah dengan raut muka sedih yang dibuat-buat itu. 

Dari hawa-hawanya Haura tau dah dia mau ngapain. 

"Lagian toko kita isinya anak skena doang, gue kan pengen lebih banyak orang yang tau tentang toko kita. Bantuin gue yaa pliss"

"Yah liat sikon dah"




"Coba tanyain deh itu orang dipinggir jalan kasian banget, kaya gak punya rumah gitu"

Haura menyipitkan kedua matanya untuk melihat seseorang yang dimaksud. Terlihat lelaki berseragam putih abu dengan hoodie yang diselempangkan ke samping, pakaiannya terlihat bagus dan rapi hoodienya juga masih baru. 

"Apaan dah orang kaya kali itu mah, masa pake sepatu konverensi lu kira gelandangan gitu"

Konverensi konverensi, dikira konferensi meja bundar kali ah. 

"Ihh samperin aja yuk, kita kasih selebaran ini deh kali aja lagi butuh kerjaan dia" Hani mencoba merayu Haura untuk menghampiri pemuda itu, ya Haura mana mau ngegaji orang yang hidupnya berkecukupan kaya tuh laki. 

"Katanya mau nyari pelanggan kok jadi buka lowongan kerja???" seru Haura tak terima. 

"Justru kalau pekerjanya ganteng kaya gitu, nanti yang dateng juga makin banyak!"

Cerdas kamu nak Hani. 

'PatheticTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang