Pancarona Garden atau Taman Pancarona adalah salah satu taman terindah di negara Therondia dan oase di tengah-tengah kepadatan dan jenuhnya kehidupan di kota Vanora. Taman Pancarona tidak begitu luas namun pesona dan pemandangan Taman Pancarona menjadikannya patut menjadi destinasi berlibur. Salah satu alasannya adalah taman ini menawarkan suasana yang berbeda dibandingkan dengan taman-taman lain, ada pepohonan yang tumbuh lebat mirip dengan hutan, bukit kecil dan sebuah kolam buatan yang ada di tengah-tengah taman. Menyusuri taman Pancarona seperti menyusuri hutan yang sebenarnya.
Seorang wanita berusia 25 tahun duduk di bawah pohon sakura di tepi danau. Wanita itu terlihat sedang menikmati kedamaian dan keindahan taman Pancarona sambil mentransfer keindahan yang ia lihat ke sebuah kertas kosong dengan tinta warnanya. Wanita itu bernama Sada Keina, seorang seniman yang kerap menjual hasil gambarnya di internet.
Ketika Keina sedang fokus dalam lukisannya, seorang anak kecil menghampiri Keina. Matanya berbinar indah memperhatikan lukisan yang sedang Kaina lukis.
"Wah.... kak, lukisanmu sangat indah" Ucap gadis itu dengan penuh kagum.
Keina sedikit terkejut karena tiba-tiba mendengar seseorang menghampirinya, karena biasanya tidak ada seorang pun yang mempedulikan Keina melukis di taman Pancarona sendirian. Keina menoleh ke sumber suara dan melihat seorang gadis cantik berdiri didekatnya dengan mata berbinar.
"Terima kasih dik, apa kamu suka menggambar juga?" Ucap Keina sambil tersenyum ramah.
Gadis itu mengangguk antusias, "Iya, kak! Lily ingin menjadi pelukis terkenal suatu hari nanti". Ucap gadis itu penuh semangat.
Keina tersenyum mendengar kata-kata gadis itu. Dengan senang hati, Keina mempersilahkan gadis itu untuk duduk bersamanya di bawah pohon sakura sambil belajar menggambar.
"Oh iya siapa namamu dik?" Tanya Keina sambil meneruskan menggambar.
"Ah... Maaf" Gadis itu tiba-tiba kembali berdiri sambil membungkukkan badannya membuat Keina terkejut.
"Nama Lily, Lilyana Purnamasari, salam kenal" Ucap gadis bernama Lily itu dengan semangat.
"Salam kenal juga Lily, namaku Sada Keina" Jawab Keina sambil tersenyum canggung.
"Apa ini kali pertamamu datang ke taman ini?" Tanya Keina karena memang ini kali pertama Keina melihat Lily dan Lily juga orang pertama yang menyapanya karena pengunjung lain lebih memilih untuk mengabaikan Keina.
"Ya... Lily baru saja pindah rumah karena papa memiliki pekerjaan disini. Saat Lily sedang menggambar di halaman rumah, Lily mendengar seorang anak laki-laki tetangga merengek kepada ibunya kalau dia ingin pergi bermain ke taman Pancarona" Jawab Lily.
"karena Lily penasaran, Lily pun pergi ke sini, ini adalah taman terbaik yang pernah Lily kunjungi karena terdapat sebuah danau yang indah padahal letaknya di tengah kota dan juga berbagai tanaman dan berbagai bunga ada di taman ini " Lanjut Lily dengan semangat sambil memuji betapa indahnya taman Pancarona.
Keina terkejut mendengar kekaguman Lily tentang taman Pancarona. Padahal anak-anak seusianya hanya memikirkan tentang bermain di taman, namun Lily malah lebih tertarik dengan keindahan di taman ini.
"Pemandangan di bukit juga sangat bagus Lily bisa melihat taman dari atas, Lily juga bisa melihat kakak yang sedang menggambar di sini" Ucapnya lagi sambil tersenyum.
"Benarkah, lalu apa yang membuat Lily ingin menjadi pelukis terkenal?" Tanya Keina. Lily terdiam ketika mendengar pertanyaan itu, tanpa Lily sadari setetes air mata mengalir di pipi kirinya.
"Lily?" Tanya Keina, Karena tak ada jawaban dari Lily keina pun berhenti melukis dan menyadari bahwa gadis itu menangis.
"Maaf kakak tidak sengaja" Ucap Keina sambil memeluk Lily, tiba-tiba tangisan Lily pecah, Lily menggengam baju Keina dengan erat, mendengar tangisan Lily entah kenapa Keina bisa merasakan apa yang Lily rasakan.
Cukup lama Lily menangis di pelukan Keina, beberapa orang yang lewat menoleh ke arah Keina penasaran, membuat Keina berusaha untuk segera menenangkan Lily agar tidak terus menjadi pusat perhatian.
Tak lama kemudian Lily akhirnya berhenti menangis namun masih tetap memeluk Keina.
"Lily ingin menjadi pelukis terkenal adalah karena Lily ingin mama melihat Lily yang sudah besar, sejak masih bayi Lily hanya bersama papa, Lily tidak pernah melihat mama selain dalam buku gambar peninggalan mama ini" Ucap Lily sambil menunjukkan buku gambar yang selalu dia bawa
Kini gantian Keina yang memeluk Lily erat, setelah mendengar alasan kenapa Lily ingin menjadi pelukis terkenal. Keina tau rasanya hidup tanpa sosok ibu, karena Keina juga kehilangan ibunya saat usianya masih 7 tahun.
Lily awalnya terkejut dengan Keina yang tiba-tiba memeluknya, namun Lily akhirnya menenggelamkan dirinya pada pelukan Keina yang hangat.
"Apa Lily tidak bertanya kepada papa?" Tanya Keina sambil mengusap air matanya, tak ingin Lily tau kalau Keina baru saja menangis.
Lily menggelengkan kepalanya "Papa selalu mengatakan kalau suatu saat Lily pasti mengerti" Jawab Lily.
""Em... apakah kakak boleh melihat buku gambar Lily?" Tiba-tiba Keina mengalihkan topiknya tak ingin terus berlarut-larut dalam kesedihan, jadi Keina penasaran dengan gambar dari mamanya LIly. Meski Keina juga penasaran dimana Ibunya Lily dan kenapa ayahnya tidak.mau bercerita tentang ibunya Lily.
"Ya, kata papa, semua gambar di dalam buku ini, semuanya yang menggambar adalah mama" Jawab Lily sambil menyerahkan buku gambarnya kepada Keina.
" Benarkah, kakak jadi penasaran" Jawab Keina, dia pun membuka buku itu dan melihat-lihat gambar yang di gores dengan pensil, meski hanya hitam putih namun entah kenapa Keina merasa bahwa setiap gambar di halaman buku itu memiliki cerita yang mendalam.
"Gambar ini?" Ketika Keina sedang melihat-lihat, pada satu halaman Keina menemukan sebuah gambar yang cukup familiar dengannya, namun Keina tidak bisa meninggat dimana dia pernah melihat lukisan itu sebelumnya.
"Kak ada apa?" Tanya Lily melihat Keina terdiam.
"Ah... maaf... lukisan mamamu cantik dan juga indah sekali, kakak yakin dengan Lily terus belajar menggambar suatu saat nanti Lily pasti bisa bikin lukisan yang indah seperti ini juga, dan Lily pasti akan dikenal oleh semua orang"
"Benarkah?" Tanya Lily dengan mata berbinar.
"Tentu saja, selama Lily terus semangat dalam belajar Lily pasti akan menjadi pelukis terkenal" Ucap Keina.
"Kalau begitu maukah kakak mengajari Lily menggambar?" Tanya Lily lagi.
"Eh...? mengajari menggambar?" Tanya Keina.
"Tentu saja, Lily! Kakak akan senang untuk mengajari Lily menggambar," ucap Keina sambil tersenyum hangat. Meski awalnya Keina ragu dengan dirinya sendiri apakah dirinya mampu mengajari Lily menggambar atau tidak karena sejujurnya Keina belajar menggambar secara otodidak.
Lily berseri-seri mendengar kabar baik itu. Dia segera duduk di samping Keina, siap untuk belajar, dengan pensil dan penghapus yang Lily bawa sendiri. Keina mulai mengajar Lily teknik dasar menggambar di kertas kosong yang Keina bawa.
Mereka menghabiskan waktu bersama di bawah pohon sakura, dengan Keina memberikan arahan dan tips kepada Lily. Setiap goresan pensil Lily mulai memperlihatkan kemajuan. Keina melihat potensi besar dalam bakat alami Lily dan memberikan dorongan agar Lily terus berkembang.
Matahari mulai tenggelam di ufuk barat, memberikan cahaya senja yang indah di Pancarona Garden. Keina dan Lily masih fokus pada kegiatan menggambar mereka, tak terganggu oleh keramaian sekitar. Saat hari mulai gelap, Lily menyelesaikan gambar pertamanya dengan penuh semangat. Dia menatap hasil karyanya dengan bangga, sementara Keina tersenyum melihat kebahagiaan yang terpancar dari wajah Lily.
"Luar biasa, Lily! Kamu memiliki bakat yang luar biasa," puji Keina sambil mengelus kepala Lily dengan penuh kebanggaan. Lily tersenyum bahagia, merasa terinspirasi dan bersemangat untuk terus belajar menggambar. Dia berjanji pada dirinya sendiri untuk menjadi pelukis terkenal seperti yang diimpikannya.
Malam mulai turun, dan Keina dan Lily meninggalkan taman Pancarona dengan hati penuh kebahagiaan. Mereka berpisah dengan janji untuk bertemu lagi dan terus belajar bersama.
Di bawah cahaya bulan dan bintang, Pancarona Garden tetap menjadi saksi bisu dari pertemuan yang penuh arti antara Keina dan Lily. Suasana damai dan indah taman itu membawa harapan dan inspirasi bagi masa depan yang cerah bagi keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pancagati - buku harian
RomantikSebuah goresan tinta hitam menuliskan cerita cerita penuh warna, seorang wanita bernama Sada Keina tak sengaja bertemu dengan gadis cantik bernama Lily Purnamasari, bagaikan bulan purnama Lily menyinari jalan Keina di gelapnya malam.