Bab 1

3 0 0
                                    

Namaku Sada Keina, seorang pelayan toko dengan gaji pas-pasan. Setelah lulus sekolah menengah aku tak bisa melanjutkan ke universitas selain aku selalu gagal dalam ujian masuk, aku sudah tidak punya uang lagi.

Akhirnya setelah setahun lebih aku mencari pekerjaan, aku di terima sebagai pegawai di toko kecil yang berada di pinggiran kota.

Setelah mendapatkan pekerjaan aku memutuskan untuk mencari kos-kosan yang dekat dengan tempatku bekerja agar aku bisa menghemat biaya transportasi.

Aku sadar bahwa gaji sebagai pelayan toko tidaklah cukup untuk biaya hidupku sendiri, alhasil aku pun mulai mencoba untuk mencari pekerjaan tambahan, namun selalu berakhir gagal.

"Kenapa kamu ga jual aja lukisanmu yg menumpuk di kamarmu itu?" Ucap Miko salah satu teman kerjaku di toko.

"Memangnya mau di jual dimana? Di toko ini?" Jawabku, 'ada-ada saja Miko ini, masa iya aku pajang lukisanku di depan toko ini, yang ada di marahin pak Yamato' batinku

"Otakmu yang lemot itu yang membuatku sering kesal denganmu" Sahutnya. Sambil menyentil dahiku.

"Sekarang jaman udah modern tapi otakmu masih berfikir primitif, gunakan smartphone-mu itu jual secara online" Lanjutnya, tanpa merasa bersalah bahwa aku kesakitan karena sentilannya terlalu keras.

"Kalian ngapain malah ngobrol disini, itu ada pelanggan cepat layani mereka" Belum selesai kami mengobrol pak Yamato dengan wajah tegasnya datang menegur kami.

Waktu menunjukkan jam lima sore yang artinya sekarang sudah waktunya aku pulang, setelah berpamitan aku berjalan menuju kos-kosanku sambil merenungkan ucapan Miko siang tadi.

Setelah mandi dan berganti pakaian, aku melihat sekeliling kamar kos'ku yang penuh dengan lukisan, segera aku pun mencari berbagai artikel dan website tentang jual beli lukisan online sambil membaringkan badanku.

"Ini dia" Aku pun bangun dari tempat tidur, rupanya benar apa yang dikatakan Miko, memang ada tempat untuk menjual lukisan secara online. Setelah membaca-baca persyaratan dan langkah-langkahnya aku pun mencoba mengunggah salah satu lukisanku dan berharap agar lukisanku bisa terjual. Aku pun tidur dengan berbagai angan-angan yang indah.

"Kenapa lesu begitu?" Tanya Miko saat melihatku datang ke toko dengan raut masam.

"Seperti yang kamu katakan kemarin, aku mencoba menjual salah satu lukisanku ke internet tapi tadi pagi aku cek lukisanku belum terjual" Ucapku dengan lelah.

"Astaga Keina" Sahutnya sambil menepuk dahinya sendiri dengan pelan.

"Namanya juga orang jualan, ya ga mungkinlah bisa terjual dalam satu malam, asal kamu konsisten mengunggah lukisanmu, pasti nanti bakal menarik perhatian orang-orang di internet" Lanjutnya.

"Tapi untuk sekarang cepat sana pakai seragam'mu dan bersihkan lantainya" Ucapnya sambil menyentil dahiku lagi.

"B-baiklah, makasih Miko" Meski dahiku terasa sakit, aku tetap berterimakasih kepada Miko yang mau membantuku.

Semenjak saat itu, aku mulai mengunggah semua lukisanku ke internet dan berharap lukisanku bisa terjual semua. Rutinitas keseharian'ku pun mulai berubah. Biasanya setelah bangun pagi aku akan langsung mandi dan pergi kerja, namun sekarang setelah bangun pagi, aku akan mengecek smartphoneku untuk melihat apakah lukisanku terjual atau tidak.

"Miko gimana ini, ini sudah dua minggu tapi semua lukisanku belum ada yang terjual" Keluhku pada Miko saat jam istirahat.

"Huh... Dan ini udah dua minggu kamu selalu ngeluh soal lukisan kepadaku" Jawabnya dengan kesal.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 08 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pancagati - buku harian Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang