III

7 0 0
                                    

Take me back to the ground cause girl
You look fine as hell.
I'm not easily distracted,
but you're acting like a magnet
You pull me in.
- Tip Toe, HYBS

Laki-laki berparas tampan mengenakan kaos putih, celana hitam dengan jaket yang berwarna hitam juga, tampak gagah mengendarai motor di jalan yang ramai itu. Langit biru yang cerah mengiringi suasana hatinya hari ini.
Sampai di tempat yang dituju, dia memberhentikan kendaraannya untuk menunggu seseorang sambil berkabar lewat gawai miliknya.
Tidak butuh waktu lama untuk menunggu, dia melihat perempuan di sebrangnya. Cantik dengan pakaian yang sederhana berwarna putih namun tetap terlihat anggun dan dewasa. Laki-laki itu membuka kaca helm dengan matanya berbinar kagum. Mereka saling melemparkan senyuman dari jauh, perempuan itu lalu menghampiri.
Sapaan kecil dari mereka sebagai pembuka di pertemuan itu. Kala memberi helm kepada Raya, membukakan footstep guna mempermudah Raya untuk naik. Mereka pergi ke tujuan yang sudah direncanakan sebelumnya.

Kala membuka lalu menahan pintu untuk Raya, perempuan itu tersenyum dan berterima kasih. Kala dan Raya mulai mencari buku-buku bersama. Beragam jenis tumpukan kertas bersampul di sana membuat mereka seperti hilang dalam dunia lain. Sesuai janjinya Raya mencarikan buku yang sesuai untuk Kala, mereka meminjam beberapa untuk dibaca. Sikap Kala yang ramai itu harus berhadapan dengan suasana yang hening khas perpustakan. Mereka mengobrol dengan berbisik, sesekali tertawa dan bersuara membuat mereka dilirik sinis oleh orang-orang yang sedang membaca dengan serius. Merasa tidak enak telah mengganggu ketenangan akhirnya mereka keluar dan mencari tempat lain.

Sampai di suatu taman asri yang ramai pengunjung, beruntung mereka menemukan spot yang sepi dan tenang. Mereka memilih membaca di bawah pohon rindang sekaligus berteduh dari panasnya matahari di siang hari itu.
Raya membaca novel pilihannya sendiri, sementara Kala membaca novel yang direkomendasikan oleh Raya. Mereka membaca dengan serius, hening diantara mereka tanpa rasa canggung. Raya duduk di sebelah Kala, sementara pria itu berbaring dengan tas Raya sebagai alas bantalannya.
Di tengah kegiatan tersebut, sesekali Kala mencuri pandang untuk memperhatikan perempuan yang berada di sampingnya itu. Walaupun buku yang dibacanya bergenre aksi tetapi dia tersenyum bagai orang salah tingkah. Kala tidak bisa benar-benar fokus, ia teralihkan oleh Raya.

Setelah dua jam lebih berlalu, Raya menutup bukunya. Melihat itu Kala juga ikut menutup bukunya.
"Erggh! Pegel juga lama-lama" Raya meregangkan badan sambil memegangi tengkuknya yang terasa sedikit nyeri akibat menunduk.
Kala bangun dari posisi baringnya ke posisi duduk. Dia menawarkan satu botol minuman yang belum dibuka kepada Raya.
"Kapan belinya?" Tanya Raya bingung.

"Lo baca serius banget ya? Sampe ga sadar tadi gua tinggal beli minum?" Raya terdiam sambil berpikir.

"Minum dulu biar ga bingung haha" ucap Kala yang sebenarnya gemas melihat ekspresi Raya yang seperti anak kecil kebingungan.

"Udah sampe mana bacanya?"

"Sedikit lagi selesai. Nih udah baca sampe halaman ini", Raya menunjukan halaman buku yang sudah ditandainya.

"Cepet banget! Seru?" Raya mengangguk sambil tersenyum.

"Tentang apa, ra? Jadi penasaran." Ucap Kala.

"Tentang orang yang ga beruntung dalam segala hal. Merasa dirinya ga pernah cukup menguasai, misalnya pintar tapi bukan yang paling pintar. Seperti bisa dalam banyak hal tapi ga jago juga.
Tumbuh dengan tuntutan untuk serba bisa, malah bikin dia jadi ga punya tujuan. Ga tau harus apa, maunya apa bahkan jadi kehilangan jati dirinya.
Di cerita ini juga karakternya selalu di salah artikan, dia jadi dimanfaatin sama orang di sekitarnya", Raya menjelaskan sedikit tentang buku yang dibacanya.

Just Give Me A ReasonWhere stories live. Discover now