Wooyoung dan bayinya akhirnya dibawa pulang ke rumah orang tuanya.
Rumah yang dulu terasa dingin kini berubah hangat oleh kehadiran Kelly, bayi perempuan kecil itu. Ia dan Kelly dirawat dengan penuh kasih sayang. Ibunya dengan telaten mengajari Wooyoung tata cara menyusui yang benar, bagaimana memastikan posisi bayi nyaman, dan cara memerah ASI jika diperlukan.
"Begini, Wooyoung," kata ibunya sambil memegang dada Wooyoung dengan lembut dan membimbing bayinya agar bisa menyusu dengan baik. "Posisikan Kelly seperti ini, pastikan mulutnya menutup penuh putingmu."
Wooyoung mengangguk, matanya terfokus pada Kelly yang perlahan mulai menyusu. Perasaan hangat dan puas merayapi hatinya. "Terima kasih, Bu. Aku tak pernah tahu ini bisa begitu sulit, tapi sekarang... terasa lebih mudah dengan bantuanmu."
Ibunya tersenyum, mengelus kepala Wooyoung dengan lembut. "Kamu akan terbiasa. Semuanya butuh waktu dan kesabaran."
Selain mengajarkan cara menyusui, ibunya juga mengajarkan cara memandikan bayi dan cara mengatasi bayi saat sakit. Wooyoung dengan tekun menyerap semua ajaran itu, merasa bermanfaat bagi dirinya dan Kelly. Dia menyadari betapa pentingnya dukungan keluarganya dalam membesarkan Kelly.
Suatu malam, setelah Kelly tertidur pulas, Wooyoung duduk bersama ibunya di ruang tamu. Cahaya lampu redup menciptakan suasana hangat dan nyaman.
Wooyoung mengambil napas dalam, matanya berkaca-kaca. "Bu, aku... aku minta maaf. Selama ini aku jadi anak yang nakal, sekarang aku tahu betapa sulitnya mengandung dan melahirkan. Aku juga menghabiskan uang yang ayah cari dengan susah payah hanya untuk main game. Sekarang aku tahu betapa sulitnya mencari uang."
Ibunya mengusap bahu Wooyoung dengan lembut, menatapnya penuh kasih. "Tak apa, Nak. Setiap orang punya kesalahan. Yang penting sekarang kamu sudah berubah dan berusaha menjadi lebih baik."
Ayahnya yang duduk di sebelah juga menatap Wooyoung dengan penuh pengertian. "Kita semua membuat kesalahan, Wooyoung. Yang penting adalah belajar dari kesalahan itu dan berusaha untuk tidak mengulanginya. Aku bangga padamu karena kamu mau bekerja keras dan bertanggung jawab."
Mereka saling memaafkan, air mata penyesalan dan kebahagiaan bercampur menjadi satu.
Hari-hari berlalu dengan ketenangan yang baru ditemukan. Wooyoung, meski lelah, merasa hatinya penuh. Kelly tumbuh sehat, senyum mungilnya menjadi cahaya bagi kehidupan Wooyoung yang sebelumnya kelam.
Setelah masa nifas berakhir dan Wooyoung pulih sepenuhnya, ia kembali bekerja di kafe.
Di kafe, Wooyoung menemukan kembali ritme pekerjaannya. Setiap cangkir kopi yang disajikan, setiap senyum yang diberikan kepada pelanggan, membawa rasa syukur dalam hatinya.
Namun, ada satu hal yang terus membayangi pikirannya: misteri ilmu hitam yang menjeratnya.
Suatu hari, ketika sedang membersihkan meja, ia mendengar dua rekan kerjanya berbisik-bisik di pojok ruangan. Salah satu dari mereka, Yeosang, menatapnya dengan sorot mata penuh kebencian.
"Kau tahu, dia mendapatkan semua perhatian itu hanya karena dia hamil," bisik Yeosang pada rekannya. "Padahal aku yang lebih berhak mendapatkannya."
Wooyoung yang mendengar itu merasa ada yang tidak beres.
Suatu sore, saat kafe sepi, San duduk di depan Wooyoung, matanya memancarkan tekad yang dalam. "Wooyoung, kita harus menyelesaikan ini. Kita harus menghadapi orang yang melakukan ini padamu."
Wooyoung menghela napas panjang. "Aku tidak ingin dendam. Tapi aku juga tidak bisa terus hidup dalam bayangan ketakutan."
San menggenggam tangan Wooyoung erat. "Kita tidak akan dendam. Kita hanya akan mencari keadilan."
Malam itu, mereka menyusuri lorong-lorong gelap kota, menuju rumah Yeosang yang kini terlihat sepi dan sunyi. Wooyoung mengetuk pintu dengan hati-hati.
Ketika pintu terbuka, Yeosang berdiri di sana, tatapannya penuh kebencian yang tersisa.
"Apa yang kalian inginkan?" tanyanya dengan suara dingin.
Wooyoung menatap Yeosang dengan penuh keberanian yang baru ditemukan. "Kami tahu apa yang kau lakukan. Kami tahu kau yang mengirim guna-guna padaku."
Yeosang tersenyum sinis. "Kalian tidak bisa membuktikan apa-apa."
San maju ke depan, suaranya penuh determinasi. "Kami tidak perlu bukti. Kami hanya ingin kau tahu bahwa kami tahu. Dan kami tidak akan membiarkanmu menghancurkan hidup orang lain lagi."
Yeosang tertawa kecil, tetapi ada ketakutan yang tersembunyi di matanya. "Kalian pikir bisa menakutiku?"
Wooyoung melangkah maju, matanya menatap tajam ke dalam mata Yeosang. "Kami tidak di sini untuk menakutimu. Kami di sini untuk memberitahumu bahwa kejahatan tidak akan pernah menang. Aku telah melalui neraka, dan aku keluar lebih kuat. Tidak ada yang bisa menghancurkanku sekarang."
Yeosang terdiam, tatapannya melunak sejenak sebelum berubah menjadi kebencian lagi. "Pergilah. Jangan pernah kembali."
Wooyoung dan San berbalik, meninggalkan rumah itu dengan perasaan lega. Mereka telah menyelesaikan bagian terakhir dari puzzle kehidupan Wooyoung.
Kembali ke rumah, Wooyoung mendapati Kelly sedang tertidur nyenyak di pangkuan ibu Wooyoung. Ia tersenyum, menyadari bahwa meski masa lalunya kelam, masa depannya penuh harapan.
Beberapa bulan kemudian, saat Wooyoung duduk di teras, Kelly tertawa kecil di pangkuannya. Ia menatap langit malam yang cerah, merasa hatinya tenang. Kehidupan terus berjalan, dengan segala liku-likunya, namun Wooyoung tahu ia kini lebih kuat dari sebelumnya.
"Ibu, terima kasih telah mengajarkanku begitu banyak hal," katanya sambil memandang ibunya yang sedang menyiram tanaman di taman.
Ibunya tersenyum lembut. "Kau anak yang kuat, Wooyoung. Kau telah melalui banyak hal. Ingatlah, selalu ada cahaya di ujung terowongan gelap."
Wooyoung mengangguk, merasakan kata-kata ibunya meresap dalam hatinya.
Dengan senyuman, ia menatap Kelly yang kemudian tertidur pulas, berjanji dalam hati untuk memberikan yang terbaik bagi buah hatinya. Kehidupan mungkin penuh dengan cobaan, tetapi cinta dan dukungan keluarganya adalah kekuatan terbesar yang ia miliki.
Wooyoung menutup matanya, merasakan kedamaian yang baru ditemukan, siap untuk hari esok dengan semangat yang baru.
Cerita hidupnya mungkin penuh liku, namun setiap babaknya membawa pelajaran berharga dan kekuatan yang tak tergoyahkan.
Selesai
KAMU SEDANG MEMBACA
Outta Hell • All × Wooyoung ✔
Fanfiction"Aku telah melalui neraka, dan aku keluar lebih kuat. Tidak ada yang bisa menghancurkanku sekarang." ⚠rape implied, mpreg, black magic ©2024, yongoroku456