𝐖𝐀𝐑𝐍𝐈𝐍𝐆 𝟏𝟖+ ⚠️
#𝑺𝟓 𝑳𝒊𝒏𝒈𝒔𝒕𝒐𝒏 𝑺𝒆𝒓𝒊𝒆𝒔
CERITA INI DI PENUHI ADEGAN DEWASA ⚠️
Dia seperti langit. Keindahannya tak terbatas. Bersinar. Sulit di gapai dan tak tersentuh. Cerminan sebuah harapan. Bersih dan tak ternoda. Penuh cinta...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Selamat membaca dan Semoga suka . . . . .
Czar termenung melihat suasana malam. Dia senang Miracle berada di sampingnya. Namun, dia juga tidak ingin membuat Miracle berjauhan dari papanya sendiri. Meskipun bukan salahnya. Dia merasa sangat bersalah dan menganggap jika keretakan Miracle dengan Papanya. Terjadi karena dirinya. Dia berencana untuk menyerah. Karena kerugian yang di tanggung sudah begitu banyak. Hutangnya pada Stoneheart juga belum lunas. Namun Miracle melarangnya untuk menyerah. Wanita itu memilih untuk berada di sisinya meskipun saat ini itu sudah tidak memiliki apapun.
Uang di rekeningnya masih ada. Ia belum menghitung total kerugiannya. Jika uang di dalam rekeningnya cukup untuk mengganti semua total biaya kerugian. Dia tidak akan membiarkan Miracle untuk meminta uang pada keluarganya. Dia juga akan mencari cara lain agar Miracle tidak serba kekurangan.
"Czar ..." Miracle memeluk tubuh Czar dari belakang. "Jangan terlalu di pikirkan. Sudah ku bilang aku akan membantu mu."
"Tidak Ruby. Selama ini aku sudah banyak merepotkan mu. Uang di rekening ku masih ada. Jika kurang, aku akan melakukan pinjaman di bank."
"Czar! Seperti kau yang berani untuk mendapatkan ku. Maka aku juga berani melakukan apapun untuk mu. Semua akan baik-baik saja. Percayalah padaku." Pikiran Czar sedang kacau. Ia harus membantunya untuk mengalihkan pikiran.
"Aku ini sungguh tidak berguna ya. Aku hanya bisa merepotkan mu saja."
"Sudah ku bilang berhenti mengatakan hal itu. Sekarang kau tidak boleh menganggap ku lebih tinggi dari mu. Aku adalah pasangan mu. Jadi cintai aku, sentuhlah aku Czar. Aku milik mu." Miracle membalikkan tubuh Czar menjadi menghadapnya. Menarik kepala pria itu untuk menduduk agar bibir mereka dapat bersatu.
Czar melahap bibirnya dengan rakus. Mereka bertautan lidah. Saling memungut. Meredakan dahaga.
"Apa ... Apa boleh aku melakukannya? Kita belum menikah. Aku tidak berhasil mendapatkan restu tuan Lingston. Apa tidak masalah jika aku tetap mendapatkan hadiah?"
Miracle tersenyum tipis. "Kau masih saja segan dengan ku Czar. Kau mencintaiku begitu juga dengan ku. Aku milik mu dan kau milik ku. Ini adalah keinginan ku sebagai pemenang. Berhenti berpikir jika aku lebih baik kembali ke keluarga ku. Dan sentuhlah aku semaunya. Kaulah pemenangnya Czar. Tuan Lingston itu pengecut. Dia sengaja melakukan ini karena takut dengan kekalahan." Miracle melucuti satu-persatu pakaiannya. Setelah membuat tubuhnya telanjang. Wanita itu naik ke atas kasur merebahkan dirinya. "Kemarilah Czar! Ambil hadiah mu!"
Miracle benar. Dia tidak kalah. Rue lah yang kalah. Dialah pemenangnya. Maka sudah sepantasnya dia mendapatkan hadiah. Batasan waktu adalah ulang tahun Miracle. Untuk semuanya akan dia pikirkan nanti saja. Saat ini dia ingin menikmati hadiahnya.
Miracle tersenyum melihat Czar yang sedang melucuti pakaiannya sendiri. Prianya itu mulai merambat naik ke atas. Menindih tubuhnya. "Ya! Begitu Czar!"