Pemuda kecil itu merutuk dan bergumam sendiri, pasalnya siang hari ini begitu terik dan membuat kepala pemuda itu sedikit pening, jika sudah begini ingin cepat pulang dan berbaring saja rasanya di rumah.
“Aduh! Jake belum kembaliin buku!” ujar pemuda itu kembali bergumam sendiri dengan nada kaget seraya menepuk jidatnya refleks.
Jake lantas melangkahkan kakinya dengan cepat untuk menuju perpustakaan. Dia baru ingat tenggat buku ensiklopedia dan ilmu matematika dasar yang dipinjamnya minggu lalu berakhir hari ini.
Segera setelah membuka pintu perpustakaan, pemuda manis itu langsung berujar riang setengah memekik untuk merayu, “Bu Yuri, Jake mau perpanjang buku ini boleh?”
Wanita berkacamata yang ditanyai oleh Jake tadi memberikan gestur jari telunjuk didepan bibirnya agar Jake jangan berisik dan tidak memecah suasana perpustakaan yang hening, lalu mengangguk singkat untuk memperbolehkan pertanyaan Jake.
Jake mendekat dengan senyuman kaku lalu meletakkan buku yang ia pinjam itu untuk dicek terlebih dahulu ketersediaannya oleh sang guru. Jake lupa-lagi-kalau perpustakaan—dimana saja itu berada—selalu punya peraturan agar tidak berisik dan mempertahankan suasana tenang.
“Loh, Jake.. Buku matematika dasar ini tidak bisa ibu perpanjang lagi untuk kamu. Sudah ada siswa yang menunggu ingin pinjam. Ibu perpanjang yang ensiklopedia saja kalau begitu ya?” ujar Bu Yuri setelah memperhatikan monitor dengan kode buku milik matematika dasar itu tidak tersedia untuk diperpanjang selama satu minggu kedepan.
Jake mendecak sebal, “Kok bisa Bu? Siapa yang pinjam?!”
“Park Sunghoon.” ujar Bu Yuri menjawab.
“Ibu~ Tolong batalin aja si Sunghoon itu dari waiting list, ya?” rengek Jake lagi.
Jake itu suka dan pandai matematika. Namun, saat ini dirinya belum benar-benar menguasai materi matematika dasar. Materi yang satu ini agak sedikit rumit untuknya, jadilah dia perlu waktu yang cukup lama untuk memahaminya.
“Tidak bisa, Jake. Bukankah sudah ketentuannya seperti itu? Ibu hanya bisa menginput namamu ke waiting list. Lalu setelah giliran Sunghoon selesai, barulah kamu dapat meminjam bukunya lagi.”
“Tapi Jake perlunya sekarang, Bu.”
“Kalau sifatnya memaksa begitu, coba tanyakan langsung kepada Sunghoon. Dia rela tidak menunggu satu minggu lagi?” saran Bu Yuri kepada Jake yang merengek. Pemuda manis itu terlihat menimbang-nimbang sejenak saran dari Bu Yuri, kemudian mengangguk setuju, “Park Sunghoon siapa Bu?”
“Dia ketua kelas ruang 11 MIPA 1. Kebetulan Ibu kenal betul dengan anaknya. Yang putih, tinggi dan tampan itu, Jake kenal tidak? Harusnya kenal ya, kan ruangan kalian bersebelahan.” tutur Bu Yuri menjelaskan kepada Jake.
“Ngga Bu, Jake gak kenal. Jake malah gak inget ada siswa namanya Park Sunghoon di kelas sebelah. Padahal di kelas itu ada Jay, harusnya Jake minimal pernah dengar. Apalagi ketua kelas ya dia? Jay gak pernah ngomong, Bu. Apa Jake lupa lagi ya?” jawab Jake dengan bertubi-tubi.
“Masa sih? Mungkin kamu lupa. Anaknya sering ke perpustakaan kok.” guru itu bertanya sambil matanya melirik jam yang tertempel di dinding perpustakaan lalu kembali berujar, “Ini kayaknya Sunghoon lagi belajar tuh di atas. Coba tanyakan saja langsung sama dia.”
“Siap, laksanakan! Terimakasih, Bu Yuri. Jake sayanggg sekali sama Ibu!” ucap Jake final dengan senyuman merekah lalu sesegera mungkin melangkah cepat menaiki anak tangga yang menuju ke lantai dua perpustakaan.
Sekedar informasi, perpustakaan yang sekolah mereka miliki memang luas dan besar sehingga hanya dua lantai saja yang diperlukan. Lantai pertama adalah pusat informasinya, hampir seluruh ruangan lantai pertama ini berisikan lorong rak besar yang penuh dengan buku-buku sehingga tidak ada ruang untuk tempat membaca.
Lalu pada lantai kedua, kita memang masih menemukan lorong yang penuh dengan rak berisikan buku. Namun lantai kedua memiliki banyak space untuk membaca. Lantai kedua dilengkapi dengan beberapa sofa empuk berwarna pastel yang tertata rapi mengelilingi meja. Pihak sekolah juga memfasilitasinya dengan Air Conditioner yang selalu membuat suhu ruangan lantai kedua perpustakaan ini sejuk.
Belum cukup sampai disitu, pada bagian ujung spot bacaan juga disediakan kursi dan meja panjang yang menghadap langsung kearah pemandangan taman belakang sekolah mereka yang indah. Mungkin untuk yang satu ini bisa dikatakan wajar, mengingat seluruh dinding lantai dua perpustakaan dibuat khusus menggunakan material kaca.
Kembali lagi pada Jake, dia masih mencari satu demi satu siswa dengan nama ‘Park Sunghoon’ yang menjadi targetnya. Matanya membaca nametag yang tersemat pada seragam siswa mulai dari yang duduk di sofa hingga bagian ujung pojok baca dekat dinding kaca. Namun nihil, dirinya masih belum juga menemukan seseorang yang bernama Sunghoon.
Kakinya itu melangkah lagi kearah lorong-lorong rak buku, menyusuri setiap inci lorong untuk mencari orang yang bernama Park Sunghoon.
Hingga maniknya mendarat pada satu eksistensi yang tengah berdiri memindai buku pada salah satu rak. Dari samping, Jake bisa melihat kalau pria itu sesuai dengan deskripsi Bu Yuri tadi.
Tinggi? Ya.
Berkulit putih? Kelihatannya begitu, malah sedikit pucat.
Tampan? Jake belum lihat.
“Sunghoon?” panggil Jake, memastikan.
Merasa namanya dipanggil, pemuda yang semula menatap buku-buku di rak itupun melihat kearah Jake dengan raut wajah yang seolah-olah berbicara, ‘Kenapa? Apa aku mengenalmu?’
Berbanding terbalik dengan Sunghoon yang heran. Jake malah mematung. Matanya berbinar melihat nametag pemuda dihadapannya yang benar bernama Park Sunghoon. Namun maniknya kembali ia pusatkan pada mahakarya Tuhan yang berada dihadapannya ini. Ranumnya tak mampu menjawab tatapan heran yang ia dapati dan jantungnya pun mendadak berdegup sangat kencang. Jake terpesona.
‘Duh.. Jake suka ya sama Sunghoon?’
‘Jake jatuh cinta pada pandangan pertama ya ini sama Sunghoon?’
‘Kok Sunghoon ganteng banget ya?’
‘Jake darimana aja, kok Jake baru tau Sunghoon sekarang?’
Batin Jake sudah tidak karuan lagi.
Merasa tidak ada respon apapun dari pemuda asing yang tadi memanggil namanya, Sunghoon pun pergi dari sana dengan buku yang ia cari sebelumnya dan meninggalkan Jake yang masih mematung, sendirian.
“Aneh.”
HALOOOOO, akuu aister! ini work pertama aku yang pairingnya Sungjake. Semogaaa bisa suka yaaa?Anywaayy mungkin ada yang pernah baca atau nonton mariposa? Aku terinspirasi darii itu yaa. Tapi cerita ini gaakan sama persis kaya mariposa kok, aku lebih fokusin step demi step yang harus dilalui Jake buat ngeluluhin hatinya Sunghoon nih.
Kira-kira bisa gak ya step yang Jake pakai bikin Sunghoon luluh? Teruss ikutin work akuu yaa, terimakasih semuanyaaa.
With love,
aister ❄️🤍
KAMU SEDANG MEMBACA
15 steps to get sunghoon, sungjake.
FanfictionJake itu suka banget sama Sunghoon. Satu detik liat Sunghoon diperpustakaan, Jake langsung jatuh cinta. Tapi, Sunghoon itu dingin banget sama dia. Kira-kira kalau Jake luluhin hatinya pake lima belas langkah bisa ga ya? ──── ini bxb. homophobic jang...