Step 3 - Beri penjelasan.

188 25 4
                                    

Jay masih tersenyum bak orang bodoh ketika dia terbangun pagi ini, ya bagaimana mungkin dia tidak bahagia saat dirinya mengingat satu kecupan cepat dari Jake dipipi kanannya kemaren?

“Nyengir terus, udah kaya orang gila.” ledek ibunya Jay, Irene.

“Bunda ini, anaknya lagi bahagia kok malah diledekin?” sungut Jay, memperhatikan Jake yang sedang asyik berbincang dengan ayahnya.

“Bahagia kenapa emang? Kemaren-kemaren juga males-malesan terus nganterin bunda kontrol.” sindir Irene, mengingatkan sang anak dengan ekspresi mukanya yang ditekuk malas.

“Bunda mah gitu, ini beda deh bahagianya. Bahagianya anak remaja kasmaran, bunda emang pernah ngerasa?” balas Jay, mendelik pada sang ibunda yang cantik.

“Pernahlah, bunda ini primadona kampus. Tuh liat, ayahmu aja cinta banget kan sama bunda?” jawab Irene percaya diri sambil mengibaskan rambutnya.

“Bunda, besok sekalian kontrol kerumah sakit jiwa mau ngga? Ini Jay ikhlas kok nganterinnya.” ujar Jay kemudian berlari pergi sebelum ibunya melemparkan sendok kayu besar yang ada digenggamannya.

🦋🦋🦋

“Sakit banget, Jake.”

Jake mencebikkan bibirnya kesal sambil menjitak pelan kepala Jay yang sudah memerah karena lemparan sendok kayu Irene,
“Jay sih! Gak baik tau bercanda kaya gitu sama bunda.”

Jay menggaruk lehernya canggung, “Gapapa Jake, bunda kan memang enak diajakin bercanda.”

“Tapi gak boleh kaya gitu juga, Jay. Jake jadi rindu mama. Apa kabar ya mama sekarang?” gumamnya sedih, menurunkan lengan mungilnya yang daritadi membantu Jay mengompres luka lemparan sendok ibundanya sebelum jadi membiru.

“Besok pulang sekolah mau gak dateng mama, Jake?” tawar Jay memperhatikan riak wajah sahabatnya yang terlihat sedih.

“Boleh, Jay mau anterin Jake?” tanya yang lebih muda dengan binar mata bahagia.

“Boleh, apapun buat Jake.”

🦋🦋🦋

Sunghoon berdecak sebal, pagi-pagi begini malah sudah lihat ibu dan ayahnya bertengkar.

“Terusin aja, pa. Mama perlu Sunghoon bantu ambilin pisau sekalian?” ucapnya datar ketika melihat dua orang dewasa dihadapannya semakin beringas, saling adu mulut dan melempar-lemparkan barang terkhususnya sang ayah.

“Jangan jadi anak kurang ajar kamu! Tugas kamu itu cuma sekolah yang baik! Papa gak mau tau, pokoknya nilai kamu harus tetep sempurna. Kalau tidak mau menurut, silahkan kamu angkat kaki dari rumah ini!” tutur ayahnya disela-sela adu mulut mereka.

“Park Wooseok! Sunghoon itu anak kamu, jangan paksa dia terus-terusan.” balas ibunya Sunghoon membela.

“Itu satu-satunya cara supaya dia bisa sukses, Sonee!” elak Wooseok membantah ucapan istrinya itu, dan kedua orang dewasa tersebut kembali berdebat.

“Sunghoon berangkat.” ucap Sunghoon, sebenarnya dia ingin membantu ibunya, tapi dia sendiri tidak ingin terlalu ikut campur urusan kedua orang dewasa tersebut. Itu sudah jadi pemandangan biasa, toh biar bagaimanapun juga mereka itu orang dewasa kan? Harusnya mereka mengerti dan bisa menahan ego mereka, menjaga perasaan satu sama lain demi hubungan keluarga mereka. Kan sudah berkomitmen, ya?

Ah, Sunghoon pening sekali rasanya sekarang. Dia sudah berjanji pada dirinya sendiri tidak ingin ambil pusing tentang masalah ini.

Lagipula, sejak kapan dia peduli dengan urusan oranglain?

15 steps to get sunghoon, sungjake.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang