Jake datang dengan perasaan bahagia. Bermula dari pagi ini ketika diberikan uang saku lebihan oleh tante-mamanya, lalu sekarang dia kedapatan pesanan borongan empat puluh cookies dan tujuh puluh toples kue kering yang dititipkan kepadanya, kemudian hasil ujian kimianya yang menginjak kepala sepuluh. Jake kan jadi bertanya-tanya, dunia sedang baik padanya atau hanya sebuah keberuntungan sesaat?
“Jake.”
Kan, ini benar hari keberuntungan Jake atau memang dunia sedang baik ya? Masa Jake mendengar suara Sunghoon melantunkan namanya?
Jake yang tadinya mematung sebentar memilih menggelengkan kepalanya—jelas sekali berusaha abai dengan suara Sunghoon yang terdengar memanggil namanya karena dia pikir dia sedang berhalusinasi—lalu melanjutkan langkah kakinya untuk berjalan kearah kelas.
“Jake.”
Jake berhenti lagi, merinding. Setan kah yang mengerjainya ini?
“Ck. Jake.”
Decakan sebal itu terdengar di telinga Jake dan untuk memastikan bahwa ini bukanlah halusinasi–maupun setan–maka badannya ia arahkan untuk menghadap kebelakang, mencari sumber suara yang memanggil namamya.
“Hah.. Ini benar Sunghoon?” ujarnya tak percaya setelah membalikkan badan menghadap kebelakang dan menemukan Sunghoon dengan wajah lempengnya itu menyodorkan sebuah paperbag berwarna coklat pastel dengan motif kartun anak anjing.
“Makan.” ucap Sunghoon tanpa mengiyakan perkataan Jake yang bertanya-tanya benarkah itu dirinya.
“H-hah? Sunghoon mau makan? Makan aja! Jake udah makan kok pagi ini dimasakin sama tante-mama.”
Jake jadi kikuk setelah keheranan dengan gelagat Sunghoon yang agak aneh menurutnya.
Lain halnya dengan Sunghoon, setelah mendengar perkataan pemuda dihadapannya lantas alis itu menukik heran, tante-mama? Konsepnya Jake ini bagaimana?
Namun kembali Sunghoon abaikan rasa herannya itu, lalu memilih melanjutkan ucapan sebelumnya, “ini bukan buat gue, ini bekal buat lo. Di makan kalau dikasih, kata lo rejeki gak boleh ditolak, kan?”
Rahang Jake jatuh kebawah. Mimpi macam apa lagi yang dia rasakan sekarang? Bagaimana mungkin Sunghoon memberikannya bekal?
Tapi keheranan itu tidak berlangsung lama karena setelahnya senyum bahagia terkembang dari ranum Jake, manik penuh binar itu pun beranikan diri untuk bertubrukan dengan manik jelaga tanpa emosi milik Sunghoon, “Berarti Sunghoon udah suka sama Jake ya?”
“Jangan kepedean. Ini bekal juga ada gara-gara gue mau balikin wadah bekal punya lo.”
Mendengar jawaban dari Sunghoon, senyuman yang tadinya begitu manis itu kini terlihat melengkung kebawah, sedikit manyun dengan maniknya yang tidak lagi terlihat antusias.
Jake tau sih, tau banget malah kalau Sunghoon tuh memang gak suka sama dia. Tapi kok, rasanya tetep nyelekit ya tiap ditolak begini? Kan Jake juga mau Sunghoon jangan terlalu jujur.
“Yah, makasih ya Sunghoon.. Jake gapapa loh padahal kalau Sunghoon kembaliin tempat bekalnya aja.”
Tapi Sunghoon tetaplah Sunghoon, wajah rupawan—yang dipuja Jake teramat sangat itu—miliknya tetap tidak beriak. Tidak menunjukkan ekspresi sama sekali seolah-olah dirinya adalah robot.
“YAS! Pas banget kalian berdua kumpul disini!”
Sunghoon dan Jake refleks menoleh kearah sumber suara, mendapati dua orang gadis yang berseragam sama seperti mereka berdua.
Yang berbicara adalah gadis berkepang dua dengan sumringah bahagia di wajahnya, sementara gadis satunya hanya diam mengikuti setiap langkah kaki si gadis berkepang dua yang begitu bersemangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
15 steps to get sunghoon, sungjake.
FanfictionJake itu suka banget sama Sunghoon. Satu detik liat Sunghoon diperpustakaan, Jake langsung jatuh cinta. Tapi, Sunghoon itu dingin banget sama dia. Kira-kira kalau Jake luluhin hatinya pake lima belas langkah bisa ga ya? ──── ini bxb. homophobic jang...