Setelah kejadian itu, aku belum melihat Sakura lagi akhir-akhir ini. Aku khawatir Dia benar-benar sakit. Apa perlu aku menjenguknya? Tunggu biasanya ketika hendak menjenguk seseorang, biasa orang tersebut membawa buah-buahan? Atau bunga?
Tunggu, apa dia akan berpikir macam-macam jika aku membawakan kedua benda itu?
Aku merasa terganggu dengan pikiranku sendiri, saat ini aku hanya ingin bersantai. Tapi kenapa akhir-akhir ini gadis itu selalu menghantui pikiranku. Tidak mungkin Aku jatuh cinta padanya. Jelas aku hanya mengkhawatirkannya saja.
Mungkin beberapa tusuk dango membuat pikiranku kembali seperti semula. Aku mulai berjalan menuju kedai itu. Betapa terkejutnya aku ketika hendak masuk ke dalam kedai itu.
Gadis itu muncul. Dia berpapasan denganku, Dia juga hendak masuk ke dalam kedai ini.
"Sensei!" Ujar gadis itu.
"Ya?" Jawabku.
Dia menggeleng lalu segera masuk. Aku mengikutinya dan duduk di meja yang sama dengannya. Aku memperhatikan gerak-gerik gadis itu. Dia tampak terlihat berbeda. Sedikit canggung sepertinya. Apa ada hal yang membuatnya bersikap demikian?
"Kau baik-baik saja?" Tanyaku.
"Eh? Iya aku baik-baik saja. Kau sendiri Sensei?"
Aku masih terus memperhatikannya, "Hm ya, aku baik."
Aku terdiam sejenak, lalu bertanya padanya. "Sakura, kemana saja kau akhir-akhir ini?"
"Aku? Aku tengah sibuk di rumah sakit akhir-akhir ini."
Mendengar jawabannya, membuatku teringat bahwa dia kini bekerja di Rumah Sakit Konoha.
"Ah begitu, jadi kali ini kau tengah libur?" Tanyaku lagi.
Dia mengangguk, "Ya begitulah."
Dia terdiam beberapa saat. Aku pun ikut diam. Entah mengapa kini aku yang merasa canggung. Ingin sekali ku selesaikan urusanku di tempat ini. Tapi sayangnya dango pesananku baru saja ku pesan.
Aku mengetuk-ngetuk meja dengan telunjukku. Sambil sesekali melirik gadis itu. Rambut panjangnya sangat indah terurai, ditambah simbol segel byakugou di keningnya, menambah kesan estetika di wajah gadis itu.
Seketika aku tersadar, aku menepis pemikiran aneh itu. Tanpa sadar pesananku juga sudah tersaji di hadapanku.
"Sensei, apa kau akan mencalonkan diri sebagai calon Hokage keenam?" Tanya Sakura padaku.
"Hm, mungkin saja. Itu keinginan Obito." Dia menatapku dengan penuh tanda tanya.
"Aku ingin mewujudkan keinginannya. Maka aku harus menjadi seorang Hokage."
Dia sedikit tertunduk. "Berarti kau pasti akan segera mempersiapkan segalanya bukan?"
Aku mengangguk, dia menghela nafas lalu lanjut menyantap kue dango.
***
Sore hari yang indah.
Jujur saja keadaanku saat ini benar-benar sangat nyaman. Setelah perang selesai, aku jadi memiliki banyak waktu untuk bersantai. Berjalan kesana kemari, singgah dari kedai yang satu ke kedai yang lain. Duduk dan bersandar di sebuah pohon sambil membaca novel Icha Icha Paradise.
Sebuah hal yang tak pernah terpikirkan saat aku dihadapkan oleh sebuah misi. Jika dulu aku hanya berpikir setelah misi selesai, aku akan kembali ke rumah, bersantai dan menunggu panggilan misi berikutnya.
Mendapat kesempatan emas seperti ini, tidak mungkin akan ku sia-siakan. Bahkan ini jauh lebih baik, ditambah tidak ada lagi yang namanya rival abadi.
Meskipun begitu, terkadang aku merasa sepi. Tidak ada lagi orang konyol yang merepotkan saat menjalani misi, atau tak ada lagi ketegangan yang memacu adrenalin.
KAMU SEDANG MEMBACA
KAKASAKU : Near
RomanceCerita ini terinspirasi dari banyaknya fanfic Kakasaku yang ada di platform ini. Jujur saya juga peminat shipper KakaSaku. Jadi, maaf jika penggambaran tokoh dalam cerita ini kurang mirip dengan karakter asli. Karena ini hanya sekedar karangan saja...