Di sepanjang jalan aku merenung. Aku memikirkan bagaimana caranya aku terlihat baik untuk esok hari. Aku sudah membuat janji dengannya, tidak mungkin aku batalkan, dan sebentar lagi dia akan mengambil tugas yang cukup besar.
Bagaimana jika saat dia bertugas sebagai hokage nanti, dia tidak ada waktu untukku?
Tidak, tidak. Aku selalu berpikiran seperti itu. Padahal apa salahnya. Dia hanya berusaha menjadi Shinobi yang baik. Lagipula apa hubungannya denganku.
"Sakura."
Aku mendengar seseorang memanggil namaku ditengah keramaian ini. Memang aku memutuskan untuk berjalan-jalan di malam hari. Suasana desa sangat ramai saat akhir pekan seperti ini. Banyak para Shinobi menghabiskan waktu mereka untuk bersantai.
Meskipun aku mendengar suara itu, aku tidak menghiraukan panggilan itu. Aku tetap fokus pada pikiranku. Sampai suara itu terdengar untuk yang kedua kalinya.
"Sakura."
Aku menoleh ke kiri dan kanan. Mencari asal suara itu. Dan terlihat dari jarak yang tidak begitu jauh, seorang gadis seumuranku tersenyum kearahku. Gadis berambut pirang itu kini mendekat.
"Ku perhatikan dari jauh, kau tampak sedang memikirkan sesuatu. Apa yang mengganggu pikiranmu?" Tanyanya.
"Kau benar Ino. Ada yang mengganggu pikiranku."
"Perlu bantuanku?"
Aku mengangguk lalu mengajaknya ke suatu tempat. Tidak enak jika mengobrol di jalan yang ramai seperti ini.
"Bisa kau ikut denganku?"
Lalu kamipun menuju ke sebuah tempat. Tidak ramai dan sangat cocok untukku bercerita padanya.
"Aku kira kau mau mengajakku ke kedai makanan, lalu mentraktirku."
"Lain kali aku akan mentraktirmu, tapi tidak hari ini." Ujarku sambil melempar senyum padanya.
"Sungguh?" Tanyanya dengan antusias.
Aku mengangguk. "Sebenarnya, aku ragu untuk menceritakan ini padamu. Tapi jika tidak diceritakan akan jauh lebih sulit untukku."
"Memangnya apa yang ingin kau ceritakan?"
"Soal, itu. Apa kau, pernah berkencan?" Secara perlahan aku mengatakan hal itu.
"Berkencan ya, kalau itu tentu aku pernah. Aku punya saran jika kau bertanya tentang itu."
Syukurlah dia tidak terkejut. Mungkin jika dia bertanya, mengapa aku menanyakan hal itu. Jawabku yang selanjutnya bisa jadi membuatnya sangat terkejut.
"Tunggu, apa ada seorang pria yang mengajakmu berkencan?"
Aku menghela nafas. "Ya, begitulah."
"Sungguh?!"
Seperti yang kupikirkan tadi. "Ino bisakah kau tenang. Aku membawamu kesini karena tempat ini sepi. Jika kau berteriak seperti itu orang akan mengira ada sesuatu disini." Aku mengarahkan telunjukku ke bibirnya.
"Baiklah, baiklah. Kalau begitu aku bisa dengan mudah mendekati Sasuke."
Aku memicingkan mataku. "Kalau kau bisa meluluhkan hatinya lakukan saja."
"Kau sungguh tidak ingin menunggu Sasuke lagi?"
Aku terdiam sejenak. "Dia sudah memberikan jawaban atas perasaanku. Aku juga tidak ingin berlarut-larut dalam cinta yang bertepuk sebelah tangan itu."
"Sungguh! Dia sudah menjawab perasaanmu? Jadi dia menolakmu?"
"Dia tidak menolakku, dia hanya memilih apa yang dia inginkan. Prioritasnya sekarang hanya untuk desa Konoha. Dan aku mendukung apa yang jadi pilihannya. Biarkan dia menjadi pelindung desa ini dari jauh."
KAMU SEDANG MEMBACA
KAKASAKU : Near
RomanceCerita ini terinspirasi dari banyaknya fanfic Kakasaku yang ada di platform ini. Jujur saya juga peminat shipper KakaSaku. Jadi, maaf jika penggambaran tokoh dalam cerita ini kurang mirip dengan karakter asli. Karena ini hanya sekedar karangan saja...