3

193 14 4
                                    


Entah mengapa, tapi aku merasa. Kakashi-Sensei terlalu bersikap berlebihan padaku. Entah apa yang dia khawatirkan tentang diriku. Aku merasa dia terlalu meremehkanku. Ah tidak bukan meremehkan, bisa dibilang masih melihatku sebagai Sakura yang selalu berada di belakang Naruto dan Sasuke.

Sebenarnya tidak masalah jika dia melihatku dengan sudut pandangnya. Tapi kadang aku hanya merasa takut. Aku takut salah paham dengan perhatian yang dia berikan padaku.

Setelah Sasuke pergi. Aku mencoba untuk menerima pilihannya. Aku mencoba untuk menghapus semua perasaanku. Dan aku ingin mencoba jatuh cinta pada laki-laki yang juga jatuh cinta padaku.

Dan saat ini, perlahan rasa itu memudar. Aku sudah tidak memikirkannya lagi, aku sudah tidak terlalu memperdulikannya lagi, dalam artian aku hanya peduli sebagai seorang teman.

Maka dari itu, melihat perhatian yang diberikan Kakashi-Sensei padaku. Membuatku sedikit khawatir.

"Kau sedang apa?"

Aku terperanjat, ketika mendengar suara itu. Apa mungkin dia tahu bahwa aku sedang memikirkannya.

"Sensei! Aku hanya sedang bersantai." Jawabku.

"Apa kau libur hari ini?" Dia bertanya seraya duduk di sebelahku.

"Hmm, ya aku libur hari ini."

"Sore nanti," Kalimatnya menggantung. Jelas itu membuatku merasa sedikit bingung.

"Sore nanti? Apa akan ada sesuatu Sensei?" Tanyaku.

Dia terdiam sejenak, dan saat itulah tanpa sadar aku memperhatikannya. Menatap wajahnya yang tertutup masker. Sorot matanya menatap kedepan, entah apa yang dia lihat di depan sana. Semilir angin sedikit menggoyangkan rambutnya. Melihat hal itu, tanpa sadar sudut bibirku terangkat. Apa aku terpana?

"Tidak ada." Seketika dia membuatku terkejut lagi. Buru-buru aku memalingkan wajahku. Berharap dia tidak menyadari apa yang sedang kulakukan.

"Lalu?" Tanyaku sedikit gugup.

"Sore nanti, bisa kau menemaniku?"

Aku mengerutkan keningku, "Menemanimu? Kemana?"

"Hanya menemaniku, tidak kemana-mana. Kau bisa?"

Aku terdiam cukup lama setelah dia berkata seperti itu. Aku tengah masuk ke dalam pikiranku. Mencoba berpikir bahwa memang dia tidak bermaksud apapun. Seperti yang kupikirkan tadi, aku benar-benar merasa ini tidak seperti Kakashi-Sensei yang ku kenal dulu. Apa yang sebenarnya dia inginkan.

"Jadi, bagaimana? Kalau kau bisa aku akan menunggumu disini." Ujarnya sambil berdiri sebelum dia berlalu pergi.

***

Entah ini benar atau tidak rasanya sangatlah aneh. Aku tidak tahu kenapa, bahkan aku tidak tahu dari mana datangnya keberanian ini. Rasanya seperti bukan diriku.

Aku merasa sangat malu setelah mengatakan hal itu. Bagaimana aku bisa menampakkan wajah ini di hadapannya kali ini. Meskipun hampir tidak ada yang mengetahui wajahku, tetap saja ini memalukan.

Kini aku tengah menatap foto tim 7 yang kala itu bahkan tidak terpikirkan olehku untuk mendekati gadis itu. Kuakui dia gadis manis yang mungkin terkadang agak bersikap kekanak-kanakan tapi itu dulu, wajar jika dia bersikap seperti itu.

Sore ini seharunya aku sudah menunggunya di tempat yang sudah disepakati. Namun aku urungkan niatku.

Hingga malam tiba, aku memutuskan untuk kesana, berharap aku tidak menemukan dia disana. Percaya diri sekali aku berkata bahwa dia akan datang menungguku disana. Ini seperti aku yang mengharapkan kehadirannya disana.

Sebelum benar-benar kesana, aku menyempatkan diri untuk mampir ke kedai ramen. Dan aku kembali teringat saat tim 7 telah menyelesaikan misi terkadang aku mentraktir mereka bertiga.

Gelak tawa menghiasi kedai ramen ini saat itu, ketika Naruto dengan tingkah konyolnya kembali berulah.

Setelah selesai dengan ramen, aku kembali melangkah menuju tempat itu. Rembulan kali ini bersinar terang, sangat indah untuk dipandang.

Sesampainya di sana, aku melihat gadis itu. Apa dia menungguku sejak tadi?

***

Apa aku harus datang menemuinya?

Dia memang tidak mengatakan dengan jelas apa alasannya. Tapi mungkin saja dia memerlukan saran dariku.

Baiklah, aku akan datang. Aku harap ini tidak terlambat, karena aku banyak memakan waktu untuk memikirkan ini. Sampai akhirnya aku menemukan titik positif dari pemikiranku.

Namun, sesampai disana. Aku tak melihat keberadaan Kakashi-Sensei. Apa mungkin dia sudah pergi?

Aku menepis hal itu, mungkin dia terlambat. Karena memang itu sudah menjadi kebiasaannya. Tapi kali ini, hingga senja usai. Kakashi-Sensei tidak kunjung datang. Sebenarnya ada apa dengan dirinya.

"Maaf aku terlambat."

Ketika mendengar suaranya, rasanya seperti atmosfer disekitar sini terasa berbeda. Aku merasa lebih gugup dari pada ketika aku berada di dekat Sasuke saat itu. Perasaan apa ini?

"Tidak apa-apa. Aku juga baru sampai."

"Apa aku boleh duduk?" Tanyanya padaku.

"Ah tentu. Tentu saja boleh."

Lalu dia duduk di sampingku. Entah dia merasa gugup seperti yang kurasakan atau tidak. Tapi perlahan detak jantungku meningkat. Aku khawatir dia bisa mendengarnya.

"Maaf sudah mengganggu waktu liburmu Sakura, aku hanya ingin mencoba mengatakan apa yang ingin ku katakan kali ini. Ku harap kau tidak merasa aneh setelah mendengarnya."

Aku berusaha untuk tenang, berpikir positif dan terus mengatur nafasku.

"Kau, tidak perlu khawatir Sensei. Katakan saja apa yang ingin kau katakan."

"Aku ingin, kau menjadi gadis yang kuat. Melihatmu tersenyum aku ikut tersenyum, melihatmu menangis aku ikut merasa sedih. Entah apa yang kurasakan. Aku hanya ingin kau menjadi gadis yang kuat tapi jika kau ada masalah, aku ingin kau bersandar padaku sambil bercerita tentang masalah yang sedang kau hadapi. Karena aku tidak ingin kau berjuang sendirian."

Aku tertegun menatap Kakashi-Sensei, wajahnya yang disinari cahaya bulan. Hanya dengan melihatnya saja membuatku merasa damai. Mendengar perkataannya, membuatku merasa senang.

Aku ingin menangis, bukan karena sedih tapi karena betapa bahagianya aku. Aku tidak sendirian.

"Te-tentu saja aku gadis yang kuat. Kau tidak perlu mengkhawatirkanku Sensei. Terima kasih kau sudah mau menemaniku."

***

Matanya berbinar kala aku mengatakan apa yang ingin kukatakan. Itu membuatku sedikit lega. Aku ingin memastikan perasanku sebelum aku benar-benar yakin bahwa aku memang mencintainya.

Memang akhir-akhir ini, aku sangat ingin berada di dekatnya. Untuk sekedar memastikan bahwa dia baik-baik saja. Entah sejak kapan aku mulai memperhatikannya.

Dia pantas dicintai. Dia tidak pantas berjuang sendiri. Dan aku ingin menemaninya melawan dinginnya dunia.

Dengan begitu aku merasa senang. Seperti duniaku mengalami musim semi setiap hari. Aku juga ingin dunianya mengalami musim semi yang indah.

Walau mungkin, orang akan menganggap ini tidak masuk akal. Tapi apakah cinta memang mengikut sertakan logika?

Aku rasa untuk sementara, biarkan aku tetap dekat dengannya. Sambil memastikan bahwa aku mencintainya. Bahkan jika nanti dia merasakan hal yang sama, aku tidak keberatan.

Itu tandanya, aku memang berhasil menemukan apa yang sedang kucari.

、、、

KAKASAKU : NearTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang