4. Kenangan itu kembali lagi

3 3 1
                                    

“Flashback”

“Ma, Juan kesana dulu ya. Mau liat-liat di toko mainan itu.”

Arpa Juanka Aldebaran bocah laki-laki berusia 4 tahun itu menarik lengan sang ibu dengan lembut untuk meminta izin agar diperbolehkan pergi ke toko mainan yang Juan mau.

“Bentar dulu mama masih beli sayuran nanti mama temenin. Juan disini dulu jangan kemana-mana.”

Kirana Rudira Estungkara wanita berusia 25 tahunan itu yang berperan sebagai ibu dari Juanka, ia sedang berdialog tawar menawar dengan penjual sayuran di pasar.

“Mama lama, Juan janji deh nanti nyebrangnya hati-hati”

“Mama bilang nanti ya nanti Juan!”

“...”

“Bu sawi nya satu ikat nya berapa?”

“6.000 bu”

“2.000 aja deh buk kemahalan itu. Masa sawi cuma satu ikat aja 6.000”

“Gabisa bu, ini harga sawi lagi melonjak. Rugi dong saya nanti kalo jualnya segitu. Ini mah udah standar harganya.”

“Gini aja 5.000 dua udah”

“Gak bisa gitu to bu, satu ikatnya kan 6.000”

“6.000 dua ikat udah dill ya bu”

“Yaelah bu, yaudah deh. 6000 dua ikat. Nih”

Sewot pembeli menyerahkan sekantong plastik berisi dua ikat sawi hijau itu. Tak bisa dipungkiri bahwa tawaran ibu-ibu memang paling diluar nalar.

“Nah gitu dong bu. Nih uangnya.”

Kirana menyerahkan selembaran uang 5.000 dan 1.000 an itu kepada penjual dihadapannya.

“Juan ayo, katanya mau beli mainan ditoko depan itu.”

“Juan”

Tak ada sahutan dari bocah kecil itu.

“Juan”

Kirana menoleh kekiri kekanan tempat ia berdiri tetapi tidak menemukan anaknya itu. Panik, kesan pertama yang wanita itu rasakan.

“Bu liat anak saya ga, cowo umurnya 4 tahun. Kulitnya putih, pakek baju biru. Tadi ikut saya belanja disini tadi”

“Waduh galiat bu. Saya taunya ibu beli sendiri disini ga ngajak anak” Jelas si penjual sayuran tadi.

“Yaudah Bu saya cari anak saya dulu. Makasih. Assalamualaikum”

“Iya iya. Waalaikumsalam”

Disisi lain Juan yang sedang bingung menoleh kesana kemari hendak menyebrang jalan. Mobil dari arah kiri dan kanan terlalu ramai.

Juan anak itu memang tidak sabaran. Jadi dia memutuskan untuk pergi ke toko mainan itu sendiri.

Melihat kondisi yang sedikit sepi, anak laki laki itu lantas mencoba menerobos bahayanya jalan yang terbilang lumayan ramai itu.

Juan merentangkan tangan kecilnya setinggi dada guna sebagai isyarat untuk menyuruh mobil yang akan melintasi untuk memperlambat kecepatannya.

Namun tanpa disadari dari arah kanan terdapat Mobil Sedan berwarna putih melintas dengan kecepatan tinggi. Hingga suara keras terdengar dari tengah jalan yang tadi dilintasi oleh Juan.

CITTT… BRAKK

Dentuman keras terdengar hingga puluhan mata menoleh secara bersamaan. Teriakan-teriakan histeris dari para ibu-ibu dan pengguna jalan lainnya mulai menyoraki telinga. 

"i with you, you're with me"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang