Himmel - Episode 32

6.4K 811 423
                                    

"Miracle

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Miracle ..."

"Miracle ..."

Mici mengusap air matanya. Suami jatuhnya sakit. Dia terbaring lemah. Tidak mau makan ataupun minum obat. Dia hanya tidur sepanjang hari sambil memanggil putri mereka. Sama seperti Rue. Dia juga merindukan Miracle. Mici sudah mencoba berulangkali menghubungi Miracle. Namun putrinya itu tak kunjung mengangkat teleponnya.

"Miracle ..."

Rue sangat dekat dengan Miracle. Meskipun sudah dewasa, putrinya terlambat pulang sedikit saja pria itu akan langsung pergi mencarinya. Dia tidak akan bisa tidur dengan nyenyak selama keberadaan putrinya belum di pastikan aman. Saat kecil saja, sewaktu Miracle tidur sendiri di kamarnya. Rue tidak hentinya keluar masuk untuk memeriksa apakah putrinya tidur dengan nyenyak. Dia takut putri terbangun karena mimpi buruk.

Rasa kasih sayang Rue terlalu berlebihan. Mici tidak berada di pihaknya untuk yang satu itu. Wajar saja Miracle sangat marah.

"Rue, makan dan minum obatlah sedikit. Kau harus sembuh jika ingin bertemu Miracle."

"Miracle ..."

"Apa kau ingin melihat putri kita menangis lagi karena keadaan mu saat ini?!" Mici terus berusaha untuk menghubungi Miracle. Dia sudah minta bantuan pada Melione. Tapi, kenapa putrinya itu juga belum datang. "Astaga Miracle! Kau berada dimana?! Kenapa kau tidak menjawab telponnya?!"

Di sisi lain. Miracle yang sedang duduk di rumah. Mengabaikan teleponnya yang terus berdering. Ponselnya itu tidak pernah diam. Selalu ada panggilan yang masuk. Meskipun ya sudah mengabaikannya. Orang itu tidak menyerah dan terus saja memanggilnya. Puluhan panggilan tak terjawab oleh satu kontak yang di beri nama Mommy. Miracle tahu ini hanya akal-akalan Rue agar dia pulang.

Dia sudah terlalu sering mengalaminya sejak kecil. Membuat drama seolah-olah untuk jadi satu pada dirinya. Menggunakannya sebagai alasan untuk menariknya pulang. Pernah hari itu Ia sedang menghadiri perkemahan. Ia mendapatkan kabar jika Rue sakit hati yang membuat harus pulang saat itu juga.

Rue tidak belajar dari kesalahan yang sama.

Czar menatap Miracle yang hanya terdiam menatap ponselnya yang tak berhenti bergetar. "Ponsel mu bergetar. Kenapa tidak di angkat?"

Miracle tersenyum kikuk. Membalikan layar ponselnya. "Bukan hal penting."

"Penting atau tidak bukankah tidak masalah untuk mengangkatnya sebentar saja?" Czar duduk di sebelah Miracle. Mengerahkan sendok besar ke mulutnya.

Miracle menerima suapan tangan Czar. Padahal Ia suka masakan Czar. Pria itu sudah berkali-kali memasak menu ini untuknya. Selalu enak tidak pernah gagal. Tapi, kenapa kali ini terasa begitu hambar di lidahnya. "Aku kenyang."

"Apa?! Kau baru makan sedikit." Satu sendok saja tidak akan membuat perut seseorang kenyang.

Miracle meraih piring itu. Meletakkannya di atas meja. Wanita duduk di atas pangkuan Czar melahap bibirnya dengan rakus. "Mmhhh ..."

Himmel [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang