"Enggak papa emang?""Ya enggak papa lah, emang kenapa?"
"Di rumah kamu ada siapa aja emang?"
"Paling cuma ada mami sama papi, santaii lah Bi, kayak sama siapa aja."
Bia lantas tertawa kecil dan mengangguk.
Sore itu, mereka berdua-Bia dengan Alice, baru saja pulang dari tempat les. Jika biasanya Bia akan pulang menaiki transportasi umum, atau kadang menaiki ojeg online, sore ini berbeda karena dia merasa lelah dan memilih menunggu Papanya menjemput.
Alice sang sahabat baik hati menawarkan Bia untuk datang ke rumahnya saja dari pada menunggu di tempat les yang sudah hampir sepi, dikarenakan jarak antara tempat les dengan rumah Alice sangat dekat, jadilah Bia mengangguk setuju meski dia merasa sedikit canggung jika harus menumpang makan di rumah sahabatnya itu.
"Tapi malu deh kalo makan malem bareng keluarga kamu, kita makan mie instan di kamar kamu aja deh gimana?"
Alis Alice menukik tidak terima. "Bia apaan sih, kenapa harus malu coba, mami papi gue baik kok, masa mami gue udah masak lo malah mau makan mie instan."
"Kan malu Alice, gimana sih."
"Jangan malu lah, santai aja okee??" ujarnya menarik tangan Bia supaya berjalan lebih cepat.
"Eh Bi, mending sekalian nginep aja gimana? lo belum pernah lou nginep di rumah gue, padahal gue sering banget nginep di rumah lo."
"Enggak ah, mending nanti kamu ikut aku aja, terus kita nginep di rumah aku oke?"
"Enggak mau, kali-kali gantian dong, lo nginep di rumah guee."
Bia tak menjawab, masih memikirkan keputusan yang akan dia ambil. Matanya memandang ke arah Alice yang nampak sangat memperlihatkan permohonan.
"Ya ya ya?"
"Hem, kalo papa kasih izin aku nginep."
"Yes! janji ya."
"Nggak tau deh, gimana nanti."
Alice kembali merenggut, tangannya semakin memegangi lengan Bia dengan kuat. "Ah enggak jelas lo, padahal gue mau curhat loh."
"Oh ya? tentang apa?"
"Rahasia. Nginep dong makanya, ntar gue kasih rahasia terbesar gue," ujarnya persuasif. Mencoba merayu Bia sebisa mungkin supaya menginap di rumahnya.
"Iya deh iya. Aku chat papa dulu."
"Nah gitu dong dari tadi," Alice mengembangkan senyum dan melepaskan lilitan tangannya dari lengan Bia, membiarkan sahabat satu-satunya itu mengeluarkan ponsel dari rok pendek yang dia pakai.
"Eh, liat siapa yang dateng?"
Bia dikagetkan dengan suara mami Alice yang tiba-tiba terdengar, dia yang awalnya fokus pada ponsel karena sedang meminta izin kepada papanya untuk menginap lantas menaikan pandangan dan kembali menyimpan benda pipih itu ke dalam rok.