02. manifulatif (2/2)

191 6 1
                                    

Sial, Claudia kembali mengumpat saat dia menceritakan ulang kejadian yang dia alami kepada Ruby dan Lili. Matanya tidak berhenti berapi-apa saat dia menceritakan kesialan yang menyebalkan ditambah laki-laki yang kelihatannya anak kuliahan itu menerornya dengan banyak panggilan dan spam pesan.

"Sial banget sih lo. Makanya kemana-mana tuh jangan sendiri, udah tau lo orangnya ceroboh, mana manja lagi."

Claudia mendengus kesal. "Kan gue bosen di rumah terus Li, mana si Sean enggak ngizinin gue main anjir banget ih sumpah semalem nyebelin banget."

Melihat Claudia yang kembali berkaca-kaca, Ruby mengusap bahu sahabatnya itu.

"Tapi ujungnya lo enggak dianterin kan?"

"Enggak lah, dia lepasin gue pas gue kasih nomer telpon, mana pas itu dia langsung call gue, takut dikira dikasi nomer palsu kali ya."

"Terus-terus."

"Terus pas udah sampe di rumah, dia chat gue minta intro gitu anjir geli banget nggak sihh, ya udah nggak gue bales ya kan, eh malah spam terus nelpon juga dia. Ngeri banget anjirr!"

"Eh mana earphone gue ilang lagi, ah sial banget emang."

Lili kemudian terbahak melihat wajah berapi-api Claudia saat menceritakan peristiwa itu. Ceritanya memang menyebalkan, namun melihat Claudia yang bercerita Lili merasa ingin tertawa melihatnya.

"Ih, kok malah ketawa?!" protesnya sebal.

"Ya sorry Clauu. Lo lucu banget sihh!" ujarnya gemas kemudian menggerakan tangannya untuk mengunyel-unyel pipi cabi itu.

"Sakitt Liii!"

Saat ini mereka berada di kafe, Claudia dengan sengaja menahan ceritanya dan membuat Ruby serta Lili penasaran seharian ini, lantas di ruangan ini lah Claudia berakhir memuntahkan segala kekesalannya dengan puas. Claudia yang melihat ke arah pintu masuk melihat ada seorang laki-laki yang dia kenali lantas matanya membulat. Tangannya membenarkan rambut yang acak-acakan.

"Gue masih cantik nggak?" tanyanya kepada Ruby dan Lili bergantian.

"Kenapa emang?"

"Crush gue yang kemarin gue ceritain ada di sinii!!"

"Manaa?" tanya Lili dan Ruby berbarengan lantas melihat ke arah sekitar.

"Itu, yang pake kemeja kebuka digulung sampe sikut."

Keduanya menghentikan pandangannya, melihat ada laki-laki tinggi yang berdiri di hadapan tempat memesan. Laki-laki yang memakai kemeja tanpa kancing yang tak lupa didalamnya menggunakan kaus putih. Rambutnya acak-acakan, namun itu malah menambahkan kesan keren membuat Ruby dan Lili kembali melihat ke arah Claudia.

"Heh Clau, kok gue enggak tau ada manusia seganteng itu di dunia?!" tanya Ruby hiperbola membuat Claudia memutar bola mata.

"Diem! dia.punya.gue."

"Eh, mau kemana?"

Claudia masih membereskan barang-barangnya dan kembali memakai tasnya saat melihat Jevan akan segera pergi. "Kan gue di kasih tau sama lo Ruby, jangan sia-siain kesempatan kan?" ujar Claudia lantas segera menyusul Jevan membuat kedua sahabatnya itu membuka mulut mereka tak percaya dengan apa yang dilihatnya.

"Anjir, gue ngasih saran kayak gitu nggak tau kalo cowoknya macem gitu," Ruby melirik ke arah Lili horor. "Ganteng sih banget, tapi red flag nya kerasa banget cuy."

Lili mengangguk dan meringis kecil. "Nggak ada takutnya anjir temen lo Byyy."

....

Short Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang