Claudia tengah duduk di kursi bar tinggi yang berada di dapur dengan tangan yang menganduk bosan jus alpukat yang baru saja dibuatnya. Tatapannya mengelilingi isi rumah yang luas namun sepi itu, hingga beberapa kali dia membuang napas merasa begitu bosan kerana tidak ada kegiatan.
Awalnya, setelah lama berleha-leha di dapur dengan segelas jus, Claudia akan segera naik ke lantai atas dan memilih tidur rencananya, namun semuanya gagal saat baru di anak tangga ketiga dia mendengar keributan yang berasal dari luar rumah yang membuat Claudia lari ke sana begitu saja.
Tangannya dengan antusias membuka pintu, mendemgar suara familiar yang makin mendekat tidak sabar untuk menyapa dan melupakan beberapa kesalahan yang akan dia perbuat setelahnya.
"Kakk Je!" Teriak Claudia begitu dia berhasil membuka pintu besar rumahnya membuat rombongan yang awalnya berisik itu menjadi hening mendengar suara keras Claudia yang memanggil salah satu dari mereka.
Sedangkan Sean, sang kakak laki-laki yang protektif itu membulat melihat kelakuan adiknya yang kini mendekat, dia kemudian menyuruh teman-teman untuk berbalik sedangkan dia berjalan cepat dan menarik tangan adiknya supaya mengikuti langkahnya yang kembali masuk ke dalam rumah.
"Apaan sih Kak!" sentak Claudia mencoba melepaskan cekalan tangan kakaknya.
"Aku mau sapa Kak Jevin tau," ujarnya kesal begitu Sean malah menyuruhnya untuk kembali masuk kamar.
"Liat dulu dong baju kamu, enggak malu apa di sana banyak temen kakak, ganti dulu sana kalo mau sapa Jevin."
Caludia menunduk demi melihat pakaian yang Sean komentari kemudian dia kembali menaikan pandangannya, beradu pandang dengan netra Sean yang gelap.
"Apasih Kakak lebai banget, pakaian aku biasa aja kok, dikira aku pake celana dalem doang, reaksi Kakak tuh berlebihan tau nggak."
Sean menghela napas lelah, jika dikatakan berlebihan mungkin Sean akan mengiyakannya, namun jelas itu mempunyai alasan dibalik aksinya, dia tahu bagaimana jalan pikiran teman-temannya dan pakaian yang menurut adiknya itu biasa saja dia anggap terlalu atau bahkan sangat pedek dan sangat tidak pantas untuk dilihat teman-temannya yang berotak mesum itu.
"Ganti pakaian dulu kalo kamu mau nyapa Jevin, kalo enggak ya udah. Enggak usah keluar kamar," ujar Sean final dan dia mendorong adik satu-satunya itu supaya cepat baik ke lantai dua dan masuk ke dalam kamarnya sendiri.
"Eh Kak bentarr!" ujar Claudia yang berhenti di tengah-tengah tangga dengan mata menatap kakaknya ragu.
"Tadi aku ada liat cewek, siapa?"
"Yang mana? emang ada ceweknya dua."
"Yang sama Kak Jevin."
Sean kemudian mendengus. "Ceweknya lah siapa lagi, nggak liat kamu tadi mereka nempel gitu?"
"Udah sana masukk."
Claudia kemudian menurut dengan raut wajah yang terlihat sangat bete.
Inilah alasan kenapa dia tidak pernah mengizinkan teman kampusnya itu datang ke rumah, karena Claudia itu sudah diatur dan mengundang orang-orang itu ke sini bukan hal yang baik sampai-sampai sekitar lima menit tadi, Sean habiskan untuk menolak kedatangan mereka yang tiba-tiba Karena ceritanya, Sean akan pulang ke rumah sebentar, dan menyuruh mereka pergi lebih dahulu ke apartemen yang mereka pun sudah tahu seluk beluknya, namun bukannya nurut, tanpa diketahui olehnya orang-orang itu malah membuntuti dari belakang.
Sean yang kekeh mengusir mereka dan mereka yang juga tidak ingin kembali terciptalah keributan yang sangat berisik hingga Sean tidak menyangka jika adiknya akan muncul begitu saja, sial baru segini saja dia sudah merasa kecolongan.